Sabtu, 12 September 2009

Bangkit Negriku

kesedihan terlihat dari pancaran mata yang kian tirus
Kembali ibu pertiwi menangis

Negeriku berduka
Terlintas sebuah tanya pada setiap benak jiwa-jiwa rapuh
Belum cukupkah penderitaan bangsa ini?
Setelah berbagai kasus tikus-tikus kantor yang menggerogoti daging saudaranya sendiri
Mengapa kini harus ada kematian demi kematian tragis lagi??
wahai jiwa-jiwa yang luka
yang merana,hampa dan mati rasa
Kembalilah engkau bersinar
Terangi negeri ini dengan semangat
Bersatulah….

Karya : Gerbera


Cinta Dalam Hati

Meski kau jauh

Namun dekat di hati
Meski kau tak hiraukanku
Namun aku tetap menanti

Bayangan dirimu
Selalu dalam mimpi
Dipelukmu
Harapan dalam hati

Aku tak ingin tubuhmu
Tapi kuingin cintamu
Rasa ini telah lama ku miliki
Cinta ini kan ku simpan dalam hati

Karya: Masdalena

Rasa Tak Berarti

Sesungguhnya hatiku merintih
bergumul kesusahan menanti kasih
dari sahabat pun kekasih
mata hatiku menangis perih
karena hidupku yang sedih
dengan jiwa yang selalu tertindih
beban yang selalu datang tiada henti

adakah seorang di sana mengerti
bahwa semua kuberi
meski kucoba berlari
meninggalkan hari-hari
seolah tiada diberi arti
ku hanya ingin dimengerti

Karya: Ramses

Kuburan Cintaku

Semuanya berakhir perlahan

meninggalkan aku
yang tidak berdaya
mungkin
inilah takdir cintaku
Aku bertanya dalam hati
akankah aku berdiri sendiri
di tengah laut yang tak bertepi itu?
Jika itu memang takdirku
biarkanlah aku menenang ombak besar
dengan sekeping hati yang kau tinggalkan
Biarkanlah aku
menghadang badai itu dengan kehancuran hidupku
lepaskanlah aku
dilamun ombak
yang menenggelamkanku ke dasar laut
dan mengubur kisah cintaku
ke dasar samudera

Karya: Yusparizal


Ayah - Sebuah Puisi

Kau merantau di ujung bendul
menarik urat leher
mengusir asap meninggalkan api
kerena kau tahu
rezeki elang tak akan dapat musang

ayah
walaupun kau berendam sesayak air
berpaut sejengkal tali
kau masih berhati baja berurat kawat
dan menadahkan tangan ke langit
agar selangkah berpantang surut,
setapak berpantang mundur

ayah
kau kandil sukmaku
di dalam hidupku

Karya: Zulkarnain,

Ruang Rindu

Aku temui rumah berpintu rindu
Aku membuka tersibak
melihat wajah penuh cahaya
ini ruang rindu
tempat kau dan aku berkaca
tapi kau pergi tanpa kata
wajahmu masih menyimpan cahaya
bersinar di atas untaian seribu bayangan
aku tahu kau tak kembali
ini ruang rindu kau dan aku
untuk menghadap pada-Nya nanti!

Karya: Edi Sarjani


Sumber : http://xpresiriau.com/

Tak Kulebur

Tak kumaki halimun senja

dalam kabutmu
Senja menguning
membenamkan dendam
Tak kukutuk debu
membatu dalam karatmu
Batu-batu mengapungkan
malam yang ringkih
Tak kuhunjam hitam nafasku
dalam darahmu
Nafas menggamang yang semput
Tak kuribut sunyiku terbengkalai
dalam dunia gemamu
Bengkalai kata meremukkan serapah
Tak kuhancur. Tak kulebur.
Tak habis jemari kutekan.
Hingga angin terjungkal
tak kugenggam

Karya: Bambang Kariyawan

Andai Aku Cantik

Satu demi satu kupandangi cermin

Perlahan kubuka mata
Di antara cahaya
Andai….
Paras biasa namun mempesona
Gurat suram namun bercahaya
Bias risau namun memukau
Geliat kisut namun berkharisma
Tautan lara berganti suka cita
Khayal inilah khayalanku
Ingin inilah keinginanku
Harap inilah harapanku
Pinta inilah pintaku
Mengubah rupa suram dengan tentram
Mengganti hati luka menjadi bahagia
Menyalin kalbu rusak dengan keikhlasan
Memindahkan impian kacau dengan iman
Menyerukan raga dengan kharisma

Karya: Suzhi Soemardiah

Kesombongan

Kau seperti pagi
yang tak hiraukan petang
Aku adalah malam
yang bangga akan kelam
Dia bagaikan waktu
yang berlalu sia-sia
Kau dan Aku sebenarnya
hanyalah katak dalam tempurung,
setetes air di lautan luas.
Begitu juga dia.
Kau, aku, dan dia….
Mereka hanyalah seonggok
tanah bernyawa
yang akan menjumpai kematian
dengan nista,
lebur menjadi tulang belulang
tanpa sisa,
dan akan kekal di neraka.
Janji-Nya.

Karya: Khairul Anwar

Ikrar Sebuah Janji

Telah kuberi jiwaku

Pada pertiga malam
Sebongkah asa
yang tak pernah diam
manakala airmata
menjadi penyatu antara isak
yang menyulam rindu

Gigil tubuh
Merapat kian dekat
Memberi ratap
Dalam pinta yang menggugat
Adalah aku mendapat tempat
Maka kutangkup puisi
Hati menyelam di kali diri
Dia yang menyandang puji
Aku ikrarkan sebuah janji

Karya: Cikie Wahab

Doa

Tuhan,
Dengarlah kidungku
Dalam gulir-gulir zikir
Terangkai dalam tasbih
Kugelimang puja
Sambil merapal doa-doa

Tuhan,
Pandanglah aku
Telah mengeras tulangku
Menyumbat liang dosa
Dalam megap nafasku
Dan telapak tangan
Yang meracik darah
Aku tidak berhenti
Tak ingin pulang
Ke sana lagi

Karya: Zurnila Emhar .Ch

Tahadjud

Malam larut terpaku hening
Suara jangkrik bersahutan nyaring
Mata lelap di tubuh lelah tak bergeming
Membawa mimpi ke alam asing

Hentakan embun berurai dingin
Dipeluk beku sepoian angin
Menarik tangan tuk berselimut kain
Berpindah ke alam mimpi yang lain

Tidaklah bagi pemilik hati nan bening
Jauhkan diri dari jiwa yg kering
Bagai selalu dibasahi embun bening
Bangun bangkit dari baring

Tundukkan malam berbuat ihsan
Tebarkan sajadah nyalakan dian iman
Terlena sujud di belaian Tuhan
Mohon ridho dan ampunan
Bersihkan diri dari dosa dan kesalahan
Menjadikan malam penuh keberkahan
Takkan tahajud pernah ditinggalkan
Walau mimpi menggodakan
Kobarkan semangat penuh ketaqwaan

Karya: Nova Violita

Kitab Alquran

Alquran engkau tempat petunjuk

Sebagaimana engkau telah disempurnakan
Saat aku membacanya hatiku terasa terang
Saat tidak membacanya hatiku gelisah

Alquran..
Engkau kitabullah
Saat hatiku membacanya hatiku terasa segar dan bugar
Saat aku menghafalnya pikiranku tenang

Alquran
Engkau adalah tempat mencari ilmu
Kalau tidak ada engkau
Seperti apakah manusia ini

Alquran
Begitu indahnya engkau
Kalau engkau dibaca
Pahala yang kudapati

Karya: Afridol


SURAT DI MEJA DEMOKRASI

dengan segala hormat,

tuantuan berlencana
berkencana mewah dari bavarian
yang selalu menimang ribuan rencana

saya tardjo,
pedagang soto di balik tembok pemisah
di belakang, berdiri rumahrumah mewah
di depan gerobak soto yang hampir terbelah
berdiri juga banyak rumah
ukurannya bervariasi kalau tak salah
kirakira tipe 21 kurangnya lebih dari setengah.

maksud kedatangan surat ini
bukan untuk menghakimi
apalagi memprovokasi!
saya hanya mewakili,
segenap aspirasi
yang berkasnya tak sampai di meja demokrasi

atas perhatiannya, saya ucap terima kasih.
Tangerang, 2008

by:Roy Manu Leveran


Sumber : http://vanindita.name/

Doa dan Harapan

Lirihku semoga jadi doa
Tangisanku semoga jadi sesal
Nafasku semoga jadi tasbih
Tatapanku semoga jadi rahmat
Perkenankanlah Ya Rabb…

Harapanku semoga jadi kenyataan
Resahku semoga jadi jawaban
Deritaku semoga jadi kesabaran
Pelitaku semoga jadi impian
Kabulkanlah Ya Rabb…

Doa di dalam sujud dan ruku
T’lah menghadirkan cahaya
Melaksanakan kepingan sisa harapan
Tuk meraih ampunanMu … Ya Rabb

by:Azwar

PENYAIR

Dia adalah rantai penghubung
Antara dunia ini dan dunia akan datang
Kolam air manis buat jiwa-jiwa yang kehausan,
Dia adalah sebatang pohon tertanam
Di lembah sungai keindahan
Memikul bebuah ranum
Bagi hati lapar yang mencari.

Dia adalah seekor burung ‘nightingale’
Menyejukkan jiwa yang dalam kedukaan
Menaikkan semangat dengan alunan melodi indahnya

Dia adalah sepotong awan putih di langit cerah
Naik dan mengembang memenuhi angkasa.
Kemudian mencurahkan kurnianya di atas padang kehidupan. Membuka kelopak
mereka bagi menerima cahaya.

Dia adalah malaikat diutus Yang Maha Kuasa mengajarkan Kalam Ilahi.
Seberkas cahaya gemilang tak kunjung padam.
Tak terliput gelap malam
Tak tergoyah oleh angin kencang
Ishtar, dewi cinta, meminyakinya dengan kasih sayang
Dan, nyanyian Apollo menjadi cahayanya.

Dia adalah manusia yang selalu bersendirian,
hidup serba sederhana dan berhati suci
Dia duduk di pangkuan alam mencari inspirasi ilham
Dan berjaga di keheningan malam,
Menantikan turunnya ruh

Dia adalah si tukang jahit yang menjahit benih hatinya di ladang kasih sayang
dan kemanusiaan menyuburkannya

Inilah penyair yang dipinggirkan oleh manusia
pada zamannya,

Dan hanya dikenali sesudah jasad ditinggalkan

Dunia pun mengucapkan selamat tinggal dan kembali ia pada IlahiInilah penyair yang tak meminta apa-apa
dari manusia kecuali seulas senyuman

Inilah penyair yang penuh semangat dan memenuhi
cakerawala dengan kata-kata indah

Namun manusia tetap menafikan kewujudan keindahannya
Sampai bila manusia terus terlena?
Sampai bila manusia menyanjung penguasa yang
meraih kehebatan dgn mengambil kesempatan??
Sampai bila manusia mengabaikan mereka yang boleh memperlihatkan
keindahan pada jiwa-jiwa mereka
Simbol cinta dan kedamaian?
Sampai bila manusia hanya akan menyanjung jasa org yang sudah tiada?
dan melupakan si hidup yg dikelilingi penderitaan
yang menghambakan hidup mereka seperti lilin menyala
bagi menunjukkan jalan yang benar bagi orang yang lupa
Dan oh para penyair,

Kalian adalah kehidupan dalam kehidupan ini:
Telah engkau tundukkan abad demi abad termasuk tirainya.

Penyair..
Suatu hari kau akan merajai hati-hati manusia
Dan, kerana itu kerajaanmu adalah abadi.
Penyair..periksalah mahkota berdurimu..kau akan menemui kelembutan di
sebalik jambangan bunga-bunga Laurel…

(Dari ‘Dam’ah Wa Ibtisamah’ -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)

Kahlil Gibran


Sumber : http://vanindita.name/

SYUKUR

Bangun di fajar subuh dengan hati seringan awan
Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan
Istirahat di terik siang merenungkan puncak getaran cinta
Pulang di kala senja dengan syukur penuh di rongga dada
Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari
Dan sebuah nyanyian kesyukuran terpahat di bibir senyuman

Kahlil Gibran


Suber : http://vanindita.name/

PERKAHWINAN

SEKARANG, CINTA mulai menciptakan puisi dalam prosa kehidupan, untuk

mencipta fikiran-fikiran masa lalu menjadi nyanyian pujian agar bersenandung siang hari dan menyanyi pada malam hari.

Sekarang, hasrat menyingkapkan tabir keraguan dari kebingungan pada
tahun-tahun yang telah berlalu.

Dari rangkaian kesenangan, ia merajut kebahagiaan yang hanya bisa dilampaui dengan kebahagiaan jiwa ketika ia memeluk tuannya.

Itulah dua peribadi kukuh yang berdiri berdampingan untuk
mempertentangkan cinta mereka dengan kedengkian dari takdir yang lemah.

Itulah perpaduan anggur kuning dengan anggur warna lembayung untuk
menghasilkan paduan keemasan, warna cakerawala saat fajar merekah.

Itulah pertentangan dua roh untuk pertentangan dan kesatuan dua jiwa
dengan kesatuan. Ia adalah curahan hujan jernih dari langit murni ke dalam
kesucian alam, membangkitkan kekuatan-kekuatan ladang yang penuh berkat.

Apabila pandangan pertama dari wajah sang kekasih adalah seperti benih
yang ditaburkan oleh cinta di ladang hati manusia dan ciuman pertama dari

dua bibir adalah seperti bunga pertama cabang kehidupan, maka perkahwinan adalah buah pertama dari bunga pertama benih itu.

(Dari Suara Sang Guru)

Khalil Gibran


sumber : http://vanindita.name/

PANDANGAN PERTAMA

Itulah saat yang memisahkan aroma kehidupan dari kesedarannya.
Itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah-wilayah jiwa.
Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia.

Itulah saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa tentang risalah hari-hari yang telah berlalu dan mengungkapkan karya kesedaran yang dilakukan malam, menjadikan mata jernih melihat kenikmatan di dunia dan menjadikan misteri-misteri keabadian di dunia ini hadir.

Itulah benih yang ditaburan oleh Ishtar, dewi cinta, dari suatu tempat yang tinggi.

Mata mereka menaburkan benih di dalam ladang hati, perasaan
memeliharanya, dan jiwa membawanya kepada buah-buahan.

Pandangan pertama kekasih adalah seperti roh yang bergerak di permukaan
air mengalir menuju syurga dan bumi. Pandangan pertama dari sahabat
kehidupan menggemakan kata-kata Tuhan, “Jadilah, maka terjadilah ia”

Khalil Gibran


sumber : http://vanindita.name/

Gemuruh Desah Bibir Pantai

pucuk rembulan di puncak malam
jadi saksi bisu gelisah ombak,
di tengah luap dan teriak alpa
rimbun pening pikat
tak terhembus angin rindu ujung pantai
semakin pengap isi otak bercecer sembarang
bersama pasir putih yang terenyuh

gigi pantai dirajam tawa
gelombang air terpasung dosa

pertarungan lidah bersimbah lelah
terengahengah desah penuh gairah
kecup gunung berbongkah mengusap lembut ke bawah
: menarinari, meliukliuk di sisi lembah

di pinggir pantai, basah
baris riak merantai, jengah
saksikan sunah berubah zinah

by:Roy Manu Leveran


sumber : http://vanindita.name/