Selasa, 16 Juni 2009

Akhirnya Ku Menemukanmu

Untuk kedua kalinya Fany ngerasain jatuh cinta. Cinta pertama yang udah bikin hati Fany terluka nggak membuat cewek itu kapok untuk jatuh cinta.
Kali ini sasarannya adalah Jati...Cowok yang Fany kenal saat bertemu dengan temannya yang bernama Eka. Fany dan Eka merupakan sahabat sejak kelas 1 SMP. Nggak heran kalo hubungan keduanya kayak kakak adik.
Awalnya Fany belum merasakan perasaan kayak sekarang. Maklum... Fany terkenal nggak peka akan kehadiran cowok. Tapi lambat laun, hati mulai bertindak...Fany jatuh cinta sama Jati. Seneng sih karena bisa ngelupain cinta pertamanya, Krisna. Tetapi... KENAPA JATI UDAH PUNYA CEWEK???
"Fan, cewek gue mau ultah nih. kado yang cocok buat dia apa ya?" tanya Jati saat Fany dan Jati beserta teman - teman lainnya ngumpul di rumah Eka.
Fany menatap Jati dengan pandangan aneh. "Boneka kek.. Bunga kek.. kain kafan kek..." kata Fany dengan judesnya. Habis nggak hanya sekali Jati ngomongin tentang ceweknya sama Fany. Jelas aja Fany jadi BT!
"Kok kain kafan sih?!" tanya Jati yang bener - bener nggak perasaan. Nggak liat apa muka Fany kayak orang mau bunuh macan?!
Fany manyun. "Ya kali aja dia mau mampus." celetuk Fany asal.
Jati tertawa. Nggak heran kalo Fany sering ngomong asal. Udah biasa. "Jadi enaknya di kasih kado apa?"
Fany memikirkan sesuatu. "Cewek lo khan suka tuh sama binatang.. Lo kasih aja macan!" celetuk Fany asal lagi.
Jati menimpuk kepala Fany dengan snack ringan yang hendak dimakannya."Ngaco lo!"
Fany menatap Jati. "Lo tau nggak kalo kebanyakan cewek nggak terlalu mentingin kado dari cowoknya. Asalkan perhatian yang cukup aja bikin cewek itu seneng kok. Terkecuali kalo cewek itu ngeliat cowok dari materi."
Jati terdiam. Saat bareng sama Fany dia ngerasa cewek yang duduk di sampingnya saat ini lebih ngerti dirinya di bandingkan ceweknya, Yura. Apa iya gue jatuh cinta sama Fany? tanya Jati dalam hatinya.
Fany tertunduk dalam diam. Kenapa gue mesti ketemu Jati dan jatuh cinta sama Jati di saat dia punya cewek??!!! Emang gue nggak boleh pacaran apa? Dulu sama Krisna nggak direstuin karna Krisna keburu pindah ke Aussie. Sekarang sama Jati dan kayaknya juga nggak di restuin karna Jati udah punya cewek...
miauw
Fany tengah asyik bermain gitar di teras rumahnya saat Jati tengah berkunjung ke rumahnya.
"Fan, lo sibuk nggak?" tanya Jati sambil menghampiri Fany.
Fany mengangguk. "Jelas dong! Ntar ada pemotretan terus bakal syuting." celetuk asal Fany lagi.
"Lo ikut gue bentar ya..." pinta Jati dengan wajah memohon.
Kalo Jati udah pasang tampang gitu, Fany jadi nggak bisa nolak. "Bentar.. Gue pamit nyokap dulu!" kata Fany sambil berlari memasuki rumahnya.Sesaat kemudian, Fany keluar rumah sambil meneteng jaketnya. "Mau kemana sih?" tanya Fany penasaran.
"Udah.. Diem aja... Ntar lo juga tau kok!" kata Jati sambil menjalankan motor racingnya.
miauw
"Gila!! Keren banget!!!" kata Fany sambil berdecak kagum memandang hamparan pemandangan di bawah sana."Kok lo tau masih ada tempat bagus di sini?"
Jati tersenyum. Cowok itu nggak menjawab pertanyaan Fany. Yang ada Jati malah gantian bertanya. "Lo sayang sama gue nggak?"
Fany menatap Jati dengan terkejut. Muka Fany langsung memerah. "Kenapa lo tanya gitu?"
"Udah... Jawab aja!" desak Jati.
Fany memainkan jari - jarinya. "Hm,... Anu... iya..." kata Fany pelan nyaris berbisik.
Jati tersenyum senang. Dengan hati - hati dipeluknya Fany. "Gue juga sayang sama elo." kata Jati yang membuat Fany melepaskan pelukannya.
"Tapi kita nggak bisa pacaran... Lo masih jadian sama Yura! Dan gue nggak mau dicap sebagai cewek perebut cowok orang!" kata Fany pelan.
"Kemarin waktu Yura ulang tahun, dia ngenalin tunangannya sama gue. Gue mundur aja. setelah gue merenung semaleman, gue sadar kalo gue sayang sama elo." jelas Jati yang membuat Fany tersenyum.
"Berarti nggak ada yang marah kalo kita jadian?" tanya Fany penasaran.
"Ada!" kata Jati yang membuat Fany melotot. "Adek gue yang marah. Soalnya perhatian gue buat dia berkurang. Hehehe..."Fany memukul lengan Jati dengan hati - hati. Bukannya takut kebablasan. Tapi saat ini mereka tengah berada di atap rumah Eka. Jadi kalo kebanyakan gerak, selain bisa jatuh dan patah tulang, genteng rumah Eka bisa rusak dan pasti disuruh benerin!


Gadis Korek Kuping

Dahulu kala, terkisahlah kehidupan seorang gadis kecil berasal dari sebuah desa yang sangat terpencil dan di desa terpencil itulah si gadis kecil itu dijuluki tukang ngutil..hhoo
***
"Hei gadis mungil.. Kamu Lagi ngapain?" Sebuah suara serak² basah mengagetkan Sang Gadis Kecil yang sedang duduk kedinginan menggigil [megso] di atas kursi kecil yang ada di taman, persis di sebelah kanan pohon bunga kanthil.
Sang Gadis Kecil terkaget hingga hampir menjathukan tubuhnya yang kecil dari atas kursi kecil.
"Haaa?? Aku Lagi merenung.. Kenapa aku dijauhi orang hanya karna aku pengutil?" Sang Gadis Kecil menjawab pertanyaan dari seorang besar yang mirip dengan Buto Cakil.
"Kamu juga aneH ngiL.. Eh, tunggu! Sepertinya Gadis Mungil terLaLu baik untuk menyebutmu.. Bagaimana kalau aku memanggiLmu Gadis Kecil saja? Hhaa.. Lucu.." Seorang yang mirip Buto Cakil itu tertawa terbahak² membuat Sang Gadis Kecil semakin sedih.
"Ah kamu gitu! Gag tau apa kalo aku bener² Lagi bingung?" Gadis Kecil mulai beranjak dari kursi kecil yang ada tepat di sebelah kanan pohon bunga kanthil.
Seorang yang mirip dengan Buto Cakil itu hanya terdiam.
"Kadang aku berfikir, aku ingin bunuh diri saja dengan minum obat dosis tinggi berbentuk pil." Sang Gadis Kecil kembali mengeluhkan nasibnya.
"Jangan Cil, kalo saran aku, gimana kalo kamu pergi aja ngubah nasib kamu, ngubah sifat kamu yang suka ngutil itu dari desa ini yang terpencil??" saran seorang yang mirip Buto Cakil membuat Sang Gadis Kecil sedikit tersenyum.
"Betul itu!! Aku baru saja ingin mengusulkan padamu Cil.. Tapi sudah keduluan deh..Hhe" tanpa angin tanpa hujan, seorang Kerdil muncul dari sisi kanan Taman kecil itu.
"Ah.. kamu ikut²an ajja!! Tapi.. Emang menurutku Lebih baik begitu Cil.. setidaknya kamu gag nyusahin Nenek kamu di rumah tuu.. Ntar biar Nenek kamu dijagain samma tetangga² yang lain.. Mau gag? Ntar aku sama si raksasa ini bantuin kamu deh.. Gimana?" Si Kerdil berkata panjang dengan semangat diikuti dengan anggukan seorang yang mirip Buto Cakil.
"Betul itu Cil.. Ntar kita bantuin deh.. Oke?" seorang mirip Buto Cakil itu meyakinkan Sang Gadis Kecil.
"Hmmm.. Iya deh, sekarang yuk.. Ikut aku ke rumah Nenekku" ajak Sang Gadis Kecil pada Si Kerdil dan seorang yang mirip Buto Cakil setelah menyetujui saran dari mereka.
***
Sesampainya di rumah Nenek dari Sang Gadis Kecil, ditemuinya sang Nenek sedang asyik mengupil sambil makan buntil. Pemandangan itu tak pelak membuat Sang Gadis Kecil malu kepada Si Kerdil dan seorang yang mirip Buto Cakil karena mereka berdua ikut melihatnya.
"Neneeeeeeeekkk!! Kan udah aku bilangin, jangan makan buntil sambil ngupil! Ntar nenek kebalik malah mbuntil sambil makan upil [megsoo] kan aku yang susaaahh..." Sang Gadis Kecil berteriak pada neneknya yang masih belum sadar akan kehadiran ketiga makhluk itu di rumahnya.
"Eh..kamu.. Maav.. abis nenek suka sih makan buntil sambil ngupil.. bikin tambah enyaaakk.. nyaammm" Nenek menjawab asal sambil melanjutkan kegiatan makan buntiLnya sambil ngupil.
"Ah udahlah.. terserah nenek.. Aku mau pamit sama nenek! Aku mau pergi adja dari desa ini yang terpencil [kembali megsoo]!!!" Sang Gadis Kecil mengungkapkan apa yang menjadi niatnya pada Nenek sembari membereskan baju²nya yang keciL² ke dalam Tas kecil dan menjeLaskan panjang Lebar tentang apa yang menjadi alasannya.
"Ya sudah kalau gitu.. Nenek cumman pesen : kamu jaga diri kamu baik².. Kalo sewaktu² kamu pengen pulang kesini, puLang aja, tapi jangan Lupa bawain Nenek oLeh² yaa.." Nenek berpesan pada Sang Gadis kecil yang baru saja selesai mencium tangan kanan Nenek, berpamitan.
***
Seorang yang mirip Buto Cakil dan si Kerdil mengantarkan Sang Gadis Kecil sampai perbatasan Desa Terpencil.
"Cil.. maavin aku ya, aku gag bisa nemenin kamu pergi dari desa terpencil ini, aku masih punya adik yang kecil².. takutnya mereka pada ngintil.. maavin aku ya.." seorang yang mirip Buto Cakil itu meminta maav pada Sang Gadis Kecil dan memeluknya dengan penuh haru.
"Aku jugag minta maav yah Cil.. Aku gag bisa ikut kamuu.. Pacarku si Kerdil Mungil gag mau jauh² dari aku.. Maavin aku yah, Cil.. Ini aku ada sesuatu buat kamu.. Mudah²an bisa kamu manfaatin sesampainya kamu di tempatmu nanti yang baru.." Si Kerdil yang sama² pendek memasukkan bungkusan kecil ke dalam tas kecil Sang Gadis Kecil.
***
Sesampainya Sang Gadis Kecil di sebuah Kota, mimik wajahnya tampak sumringah melihat banyak bunga Bugenvil yang adda di sekitaran Kota itu.
"Mungkin ini Kota Bugenvil.. Hmmm.. BUnganya bagusss.." Gumam Sang Gadis Kecil itu sendiri.
Tak terasa dia sudah menghabiskan waktunya di perjalanan semalaman dan berhentilah dia di depan sebuah toko Roti Kecil [yang di Bogor banyak disebut dengan Roti Unyil..hhoo]. Dia merasakan lapar yang sangat, membuatnya berusaha mencari uang di dalam tas kecil yang ada di balik punggungnya.
Tak beruntuk Sang Gadis Kecil, ia Lupa kalau sebelum kepergiannya dari Desa Terpencil itu sang Nenek meminta seluruh uang Sang Gadis Kecil. Kehabisan akal, membuatnya terduduk lemas di depan Toko Roti Kecil itu dengan barang²nya yang sedikit berserakan keluar dari tas kecil.
Seorang Tua mendatanginya..
"Hei Gadis Kecil, kamu Lapar ya? Aku mau memberimu roti dari tokoku, tetapi kamu harus menukarnya dengan barangmu.. Bagaimana?" Ternyata eh ternyata seorang Tua itu adalah pemilik Toko Roti Kecil yang sedang ia belakangi.
Belum sempat Gadis Kecil itu menjawab seorang Tua yang baru saja menawarkan makanan padanya, Seorang Tua itu melihat bungkusan hitam yang berserak keluar dari tas kecil milik Sang Gadis Kecil.
"Appa ini? Hahh?? KOrek Kuping?? Akhirnya ada juga yang membawa barang ini padaku.. Sudah lama aku menantikan Korek kuping ini.. Bagaimana kalau kamu berikan aku lima batang korek kuping untuk dua buah roti.. Kamu setuju?" Kalimat seorang tua itu membuahkan senyuman Lebar Sang Gadis Kecil dan hanya mampu mengangguk setuju.
"Baiklah kalau begitu.. MMmmm.. Bagaimana kalau aku memanggiLmu Gadis Korek Kuping sajja?" seorang Tua itu kembali bertanya pada Sang Gadis Kecil dan kembali dijawabnya dengan anggukan kepala tanda setuju.
Setiap Korrek kuping itu diambil dalam jumlah 5 batang, akan muncul lagi korek kuping sebanyak 2x Lipat, membuat korek kupingnya tidak pernah habis.
Dan akhirnya, sejak saat itu, Sang Gadis Kecil dipanggil dengan sebutan Gadis Korek Kuping di kota itu.


Hantu Foto

Hantu FotoGuntur dan gerimis mengiringi kedatangan Dani ke rumah bibinya. Seperti biasa, setahu sekali Dani selalu datang ke rumah bibinya, yang ia sudah anggap sebagai ibunya.“Bibi, aku pulang!!”Panggilan itu diulang lagi oleh Dani, tetapi tak dijawab juga. Dani pun memberanikan dirinya menelusuri ruang demi ruang yang ada di rumah bibinya. Akhinya Dani melihat sesosok wanita yang duduk di samping seorang lelaki. Di ruangan yang pengap sekali.“Bi…….Bibi….”“Oh, kamu Dani…….” Bibi Dani menghhusap air mata yang membasahi matanya.“Kok bibi nangis ?! ”“Enggak kok. Bibi hanya……”“Itu siapa, Bi?” Unjuk Dani kepada lelaki yang duduk dengan kaki terpasung.“Kamu tentu masih ingat kan, ini Sandri, yang dulu sering main sama kamu waktu kecil.’Dani berusaha mengingat – ingat nama itu, sesekali ia memukul kepalanya. Akhirnya ia ingat dengan sosok lelaki itu.“Oh, Sandri!! Yang dulu sering ngambil mangga tetangga ya bu ?! Kok dia sekarang seperti ini sih Bu!?Air mata bibi keluar duluan sebelum ucapan darinya keluar. Bibi terlihat sedih sekali untuk menceritakan hal ini. Setelah terdia beberapa saat, akhirnya bibi mau menceritakan hal itu.“Begini ceritanya, nak.”****“San…..San……” teriak sesosok wanita dari kejauhan.“Siapa ya……!?” Sandri berusaha mengingat – ingat lagi sosok wanita itu, yang terus berlari ke arah dia.“San…..kok bengong aja? Bingung ya ngelihat aku? Atau kamu lupa sama aku?”“Kamu siapa ya…? Kayaknya kita pernah ketemu”.“Ini aku, Siska. Teman kamu waktu SMA dulu. Masa kamu lupa!!!”Sandri berupaya untuk mengingat- ingat nama itu, Siska yang melihat Sandri berpikir keras, juga membantu Sandri untuk mengingat – ingat lagi dirinya, dengan menunjukkan foto – foto waktu mereka SMA.“ Oh, kamu, Siska, yang dulu pernah menang lomba menyanyi tingkat provinsi kan!!”“Nah, itu baru ingat. Dasar master pelupa!!” Siska menjitak kepala Sandri.“Ya…maklum!! Banyak bacaan yang harus dihafal, jadi urusan yang kayak begitu kadang suka lupa.”“Memangnya sekarang kamu jadi apa?”“Fotografer. Eh, kamu mau ikut aku makan siang nggak?”“Mmm……boleh,” Siska langsung menggangdeng tangan Sandri.“Dasar, master makan sama master rayu!!”Siska menjulurkan lidahnya kepada Sandri. Seakan tak menghiraukan ucapan Sandri. Mereka meluncur ke tempat makan favorit mereka. Sandri memesan nasi uduk dengan semangkuk sup ayam didepannya serta lemon tea, sedangkan Siska hanya memesan sepiring pie apel kesukaannya dan segelas susu hangat.“Ngomong – ngomong sekarang kamu kerja jadi apa?””“Aku jadi editor majalah misteri.’ Ucap Siska sambil melahap sesendok pie yang dipesannya.“Kok kamu malah kerja jadi editor majalah misteri. Bukkanya kamu dulu takut sama yang berbau misteri.”“Yah…apa mau dikata. Kerjaan sekarang semakin sudah didapat. Bukan hanya IT, atau kerjaan banking yang susah untuk dapatinnya. Kerjaan seperti aku saja, yang kata orang – orang nggak menghasilkan duit lebih, malah susah juga dapatinnya.” Siska menggambil sebuah catatan kecil dan majalah misteri dari tasnya. Sepertinya ada yang mau ditanyakan kepada Sandri.“San…waktu itu, aku menulis sebuah kasus. Kamu lihat disini deh!!” Unjuk Siska kepada sebuah foto dan artikel di majalah itu, “ Foto cewek itu kelihatan samar dan terpisah dari foto – foto lain. Foto ini diambil tanggal 12 Agustus, dan cewek ini meninggal keesokannya.”“Terus?”“Kamu kan seorang fotografer. Kamu tahu nggak sebab – sebab foto seseorang bisa buram?”“Ehm…biasanya pada saat memfoto kurang fokus, ketajaman lensanya kurang diatur.....”“Atau bisa juga ada hantu foto!?” Siska langsung memotong penjelasan Sandri. Bulu kuduk Siska langsung merinding, ia langsung menutup majalah yang ia tunjukkan kepada Sandri.“Dasar penakut!! Nggak mungkinlah ada hantu foto!!”“Eh, bi….bisa aja tahu!! Kasus ini sudah menimpa sekitar 5 orang dalam jangka waktu satu bulan.”“Ya…nantikamu yang keenam, nanti ia datang ke rumah kamu dan berkata Siska ikut dengan aku!!!Hi..hi..hi!!” kata James seraya menjulurkan tangannya ke arah Siska. Siska yang ketakutan langsung menutupi wajahnya.“James, sudahlah!!! Aku takut tahu!!”“Makanya jangan berpikir yang nggak – nggak!! Jadilah orang yang selalu berpikir positif dan jangan mudah percaya.” Jame skembail melanjutkan makannya setelah puas menakut – nakuti Siska.“Ya…deh. Aku nggak mudah percaya lagi.” Siska mengambil minuman yang sudah tersedia di depannya“Tapi bisa juga sih….” Ucap Sandri perlahan.“Nah, sekarang kamu yang berpikiran kayak begitu!”“A…aku…cuma… Sudahlah, aku mau balik dulu!!” Sandri langsung memanggil pelayan untuk membayar pesanan mereka, lalu bergegas pergi tanpa menghiraukan Siska.“Dasar egois, giliran dia yang takut, malah langsung kabur aja!!” gumam SiskaSelama perjalanan, Sandri terus memikirkan apa yang dikatakan Siska barusan. Ia terus berpikir apakah kasus yang menimpa cewek itu benar kecelakaan murni, atau memang ada campur tangan hantu foto. Sesekali ia berusaha melepaskan hal itu dalam benaknya, tapi hal itu terus menggantung dipikirannya.Keesokan harinya, Siska datang ke tempat kerja Sandri. Sandri pun kaget ketika mendapati Siska datang dengan raut wajah yang stress, dan kurang tidur juga. Seperti orang begadang, begitulah banyak orang menggambarkan raut wajah seperti itu.“San….” Panggil Siska dengan pelan.“Kenapa, Sis? Kok kayak orang stress begitu? Ada masalah ya?”“Ya….aku nggak bisa tidur. Di mimpiku ada seorang cewek yang datang ke kamarku . Cewek itu terlihat sangat pucat. Ia duduk disampingku. Semula aku heran kenapa ia bisa masuk ke kamarku, aku berusaha bertanya kepadanya, tapi ia tak merespon. Lalu, ia menjulurkan tangannya ke leherku, dan mencekiku sekeras mungkin. Aku berusaha melawan, tapi tak bisa. Aku yang serasa sudah mau mati, akhirnya terbangun dari mimpiku itu dan kulihat ke sekelilingku tidak ada sesuatu yang terjadi.” Siska lemas, sangat lemas sekali. Sandri mengambil kursi dan segelas air putih untuk Siska. “Kamu nggak coba untuk tidur lagi?” “Tidak bisa, San!!! Aku berusaha untuk tidur lagi. Memejamkan mataku, tapi wajah perempuan itu terus muncul dimimpiku.”Sandri bingung. ”Mengapa arwah perempuan itu mengganggu Siska? Apakah Siska ada masalah dengan wanita itu?” gumamnya“Aku sepertinya tak ada masalah dengan siapapun, termasuk orang yang meninggal dunia. Tapi, kenapa ???!!” “Mungkin kamu harus berkonsultasi dengan psikiater atau juga kepada ahli – ahli agama.”Siska hanya mengangguk kecil, seakan sudah mengiyakan saja apa yang dikatakan oleh Sandri. Pikirannya masih kosong, apa yang akan dilakukannya masih belum ia pikirkan.“Kamu nggak kerja hari ini ?”“Nggak, aku cuti. Mungkin aku juga ambil cuti selama seminggu. Untuk menenangkan pikiranku.”“Sudah, pulang sana. Tenangkan pikiranmu dulu. Atau kamu ingin di kantorku? Temani aku bekerja?“Nggak, aku mau pulang dulu, thanks ya.”“Sama – sama. Hati – hati di jalan!!”Teriak Sandri dari ruangannya kepada Siska, yang hanya terdengar sedikit oleh Siska.Sandri makin bingung akan masalah Siska. Ia membeli majalah – majalah misteri, termasuk majalah kepunyaan Siska dan buku – buku psikolog. Ia membaca semuanya, namun tak menemukan masalah – masalah seperti Siska dan pemecahannya. Kemudian ia mengambil buku fotografi sewaktu ia kuliah, disitu hanya dijelaskan foto – foto penampakan oleh sebuah foto polaroid ataupun digital, yang belum terbukti kebenarannya. Ia pun semakin bingung, apakah benar hantu foto itu sengaja menggangu kehidupan Siska? Apakah maksud dan tujuan si hantu itu?Keesokan harinya, Siska kembali datang ke kantor Sandri, namun ia tak menemukan Sandri di ruang kerjanya. Ia pun mencari Sandri di tempat pencucian foto, karena pikirnya Sandri pasti sedang mencuci foto atau sedang memotret. Siska masuk ke ruangan itu dan memanggil Sandri dengan suara yang lebih pelan dari kemarin. Sandri menoleh dan kaget ketika ia melihat raut muka Siska lebih muram daripada yang biasa. “Kenapa lagi, Sis? Ia datang lagi? Pakai cara apa lagi,?”“Lebih sadis lagi dari yang kemarin, Ia datang ke kamarku dengan membawa pisau dapur, aku yang melihat pisau itu berusaha bangkit, tapi ia memegang tanganku dan menutup mulutku dengan tangannya, kemudian ia menusukkan pisau itu ke tubuhku sebanyak 13 kali, pada hujaman terakhir, akupun bangun lagi dari mimpiku.”“Kamu sudah konsultasi belum?”“Sudah…aku sudak konsultasi dengan psikiater. Katanya aku mungkin sedang banyak pikiran sehingga aku berpikir yang tidak – tidak. Kepada ahli agama aku disuruh untuk sering berdoa kepada Tuhan.“Ya, kamu ikuti kata – kata mereka!!”Siska mengangguk“Kamu sedang apa?” tanya Siska “Lagi mengeringkan foto – foto ini. Kamu mau lihat nggak, ini foto – foto yang tadi baru aku cuci.” Sandri menyerahkan foto – foto itu kepada Siska. Siska melihat foto – foto itu dengan seksama, namun ia terkejut pada satu foto, foto itu mirip sekali dengan foto pada majalah misteri yang ia bawa. “San… Fo..foto ini mirip dengan foto pada majalah misteri itu.”Sandri mengambil foto itu dari tangan Siska, ai melihat dengan seksama.“Apa!! Nggak ada apa – apa. Kamu mimpi kali!? Mungkin kamu kurang tidur jadi mata kamu kurang melihat dengan jelas!”“Nggak kok, aku benar – benar melihat itu. Foto itu mirip banget sama foto di majalah itu.”“Mungkin kamu mimpi kali!! Sudahlah, aku mau taruh foto – foto ini dulu.” Sandri mengambil foto – foto itu dari tangan Siska.*“San….”ucap Siska di telepon.“Kenapa?”“Lusa, tanggal 13 aku mau pergi ke psikiater di luar kota. Besok bisa ketemuan?”“Bisa….bisa kok. Mau jam berapa?” Sandri langsung mengambil HP-nya dan membuka pengingat, untuk mencatat pertemuan mereka.“Jam 10.30, bisa?”“Jam 11.00 bisa nggak? Soalnya aku ada rapat sekitar jam segitu.”“Boleh, kita ketemuan di taman kota ya.”“Oke.”Sandri langsung meluncur dengan motornya ke taman kota, tempat mereka bertemu. Disana Siska sudah menunggu dengan mantel kotak – kotak dan dandanan yang sangat natural sekali. Ia juga membawa 2 buah soda dan sebuah kamera.“Sis….sorry telat. Tadi aku baru selesai rapat jam 11.00” “Nggak apa – apa kok. Nih, soda buat kamu.”“Makasih. Kamu kenapa, kok ngajak ketemuan? Memangnya ada masalah lagi?” “Nggak, cuman salam perpisahan. Besok kan aku mau pergi, jadi aku ingin ketemu kamu untuk yang terakhir kalinya.”“Ah, kan cuman keluar kota doang.”“Siapa tahu besok aku udah nggak ada di dunia ini lagi!”Bulu – bulu kuduk Sandri berdiri, angin yang menyentuh kulitnya membuatnya ia gemetar. Kata – kata Siska membuat ia ketakutan.“Sis, jangan ngomong kayak begitu dong. Aku takut nih!!”“Loh, bukannya kamu bilang jangan berpikir negatif atas apapun. Kamu jangan pikiran negatif dulu terhadap kata – kataku. Kan kematian datangnya tiba – tiba.”“Oke..oke…Aku mengaku, tapi jangan ngomong kayak gitu lagi.”“Ya…ya…San, kita foto yuk. Buat tanda kenang – kenangan.”Mereka pun berfoto dengan pose mereka masing – masing , mereka berdua sangat senang. Sepertinya masalah - masalah mereka sirna sudah.“Tolong cuci foto itu ya, untukku.”Siska menyerahkan kameranya kepada Sandri.“Tenang saja, besok sebelum kamu pergi, aku akan memberikan ini kepadamu.” Sandri langsung menyimpan kameranya, seakan tak ingin kehilangan momen – momen indah mereka.“Makasih…”*Keesokan paginya, sebelum Siska pergi, Sandri mencuci film di kamera Siska, yang dititipkan kepadanya untuk dicuci. Sandri mencuci foto itu dengan sebaik mungkin, setelah foto itu ia cuci dan keringkan. Alangkah kagetnya Sandri, semua gambar – gambar Siska buram, sedangkan ia tidak.“Kok, gambar Siska buram ya? Padahal semuanya telah kufoto dengan baik.” Sandri pun bingung, lalu ia terpikir sesuatu, kemudia ia mengambil majalah – majalah yang menyimpan foto – foto itu. Ia mencocokannya dan ternyata mirip. Ia memeriksa foto itu dengan seksama, terutama gambar Siska, ternyata dibalik foto itu ada bayangan perempuan disamping Siska, yang menyelimuti gambar Siska dengan tubuhnya, sedangkan wajah Siska dihalangi oleh rambutnya.“Kok, ada per…em…puan…di…foto…i..tu…ya…?” Sandri melempar foto – foto itu. Ia sangat takut, takut sekali.Tiba – tiba ponselnya berbunyi, ia menerima sms dari Siska.“San, udah cuci fotoku belum? Aku udah mau jalan, entar kamu titipkan ya, sama Bibi Surni. Dah…”“Gawat, aku harus menyusul Siska, dan mengatakan bahwa ia tidak boleh pergi, akan ada bencana besar menimpa dia, seperti korban – korban lainnya.”Sandri pun bergegas menuju motornya dan mengendarainya menuju rumah Siska. Akhirnya, ia sampai di rumah Siska, tapi ia sudah pergi.“Kemana ia pergi, bi!?”“Tadi sih ke arah sana, den. Emangnya ada apa, den?” ucap Bibi Surni sambil menunjuk arah yang dilalui oleh SiskaSandri langsung menelusuri jalan yang ditempuh Siska, tapi sampai tengah jalan motornya mogok, terpaksa ia menintipkan motornya, dan berlari menuju mobil Siska yang sedang antri bersama mobil lainnya di lampu merah. “Sis…sis..tunggu aku. Kamu jangan pergi!!” ucap Sandri berulang – ulang sambil berlari menuju mobil Siska. Namun, asmanya kambuh pada saat perjalanan.“Ayo, dong asma jangan kambuh.” Sandri berusaha sekuat mungkin untuk berlari, tapi ia sudah lemas, ia pun mengeluarkan inhalernya dan duduk di jalanan untuk berstirahat sebentar. Tapi mobil Siska sudah jalan bersama mobil yang lainnya. Di lain arah, ada sebuah truk gandeng yang menerobos lampu merah, dan menabrak deretan mobil di depannya, termasuk mobil Siska.“Siska…..Siska!!!!!” teriak Sandri sekencang mungkin di antara sekerumunan orang yang berlari menuju lokasi kejadian.**“Jadi, Sandri melihat denagn mata kepalanya sendiri temannya tewas dengan tragis.” Tanya Dani kepada bibinya yang terus menangis menceritakan kisah anaknya.“Ya….setiap hari ia memanggil nama temannya, warga sini sudah mengira ia gila dan memaksa ibu untuk memasung dia, akhirnya ibu lakukan saja, dengan terpaksa tentunya.”“Ibu sudah membawanya ke psikiater?”“Sudah banyak psikiater yang ibu kunjungi, termasuk ahli – ahli pengobatan, namun ia tak sembuh juga. Sepertinya ini penyakit yang sulit disembuhkan.”“Tabah ya, Bi” Dani menempuk pundak bibinya, bibinya sangat terpukul atas kejadian – kejadian itu.“Makasih. Ayo makan dulu. Kamu pasti sudah lapar.” Mereka berdua pun bangun dari temat duduk mereka yang sudah mereka tempati selama beberapa jam. Namun, sesuatu yang terselip di tas Dani, jatuh dan mengenai wajah Sandri.“Ups…maaf. Sini saya ambil.”Sandri tak mengembalikan barang itu, ia melihat isi dari kantong tersebut, dan ternyata adalah foto – foto kepunyaan Dani, setelah ia melihat dengan seksama. Ia menangis dengan kerasnya, seperti waktu ia melihat kematian Siska.“Dia datang lagi, dia datang lagi. Dia akan membunuh kerabatku lagi!!!” Kata – kata itu terus diulang dengan suara yang keras. Ibunya Sandri langsung menenagkan Sandri. Ia pun melihat foto – foto yang dipegang oelh Sandri, ia tercenang akan foto –foto itu.“Dani, hati – hati!! sesuatu yang hebat akan menimpa kamu, sama seperti yang dialami Siska.”“Ma…maksud Ibu!?” tanya Dani heran“Ya…kematian mengenaskan oleh hantu foto.”


Dilarang Jatuh Cinta

Semua mata terbelalak -- berpusat kepada laki-laki yang berdiri persis di atas atap gedung berlantai 33, siap untuk bunuh diri. Sejumlah polisi sibuk mengamankan lokasi yang dipenuhi orang-orang yang ingin menyaksikan peristiwa tragis itu secara langsung, dengan berbagai ekspresi yang tak kalah seru. Ada yang bergidik, ada yang terbelalak histeris, ada juga yang terkagum-kagum. Situasi heboh itu melumpuhkan lalulintas. Beberapa polisi sibuk berdebat dan stres -- mencari solusi bagaimana mencegah orang sableng itu agar tidak mewujudkan kegilaannya. Ada juga polisi yang langsung menghubungi pihak rumah sakit untuk segera mengirimkan ambulans. Mengapa ada yang ingin bunuh diri?Silakan tanya kepada para penduduk di sebuah negeri yang sedang dilanda cinta, atau kepada seorang laki-laki muda yang tampan, yang kini berdiri gagah dan tenang di bibir gedung pencakar langit, dan siap terjun bebas. Padahal, embun masih terjun ke bawah ketika polisi yang memanjat baru mencapai setengah gedung. Orang-orang pun berteriak histeris. Dan, lihatlah, seperti tubuh yang bunuh diri pertama, wanita itu juga melayang-layang ke bawah. Dari tubuhnya, satu per satu tumbuh bunga-bunga yang mekar. Dan, begitu tiba di tanah, tubuhnya telah menjelma sebatang pohon bunga beraneka rupa. Di pucuk bunga terselip kertas yang bertulis, ''Kubuktikan cinta dengan kepasrahan!'' Belum habis keterkejutan orang-orang, kembali terdengar teriakan seseorang, ''Lihat! Di atas gedung bertingkar 52 sana juga ada yang hendak bunuh diri!''Semua terperangah, berteriak ngeri. ''Kegilaan apa lagi ini?!''''Lihat! Di gedung 67 tingkat itu juga!''''Lihat! Di gedung warna kelabu ungu bertingkat 73 itu juga!''''Lihat! Di atas menara pahlawan itu juga!'' Semua menggigil seputih kapas di ujung ilalang. Bahkan angin pun beringsut ketakutan. Sebab, hari itu lebih sepuluh orang melakukan bunuh diri dengan cara yang sama (melompat dari atas gedung bertingkat) dan motif yang sama atau hampir sama. Mungkinkah cinta yang menciptakan semua tragedi yang mencemaskan ini? Peristiwa itu mencengangkan semua orang, sekaligus menimbulkan rasa takut dan khawatir yang hebat. Dan peristiwa ini menjadi topik utama di mana-mana, dari kedai kopi, kafe hingga hotel berbintang, terutama menjadi headline koran-koran terkemuka. Berbagai kalangan pengamat memberi komentar dan tanggapan, dari psikolog hingga pengamat sepakbola. Ternyata, hari demi hari, peristiwa bunuh diri itu tiada henti, terus-menerus terjadi. Sehingga, semakin panjang daftar orang yang mati bunuh diri dengan melompat dari atas gedung. Bahkan menjadi ancaman, melebihi wabah penyakit menular. Bunuh diri itu sudah melanda semua orang, dari jompo hingga anak-anak, dengan teknik yang semakin aneh. Sableng bin edan! Ada yang berpakaian Pangeran, Ratu, Pendekar, Batman, Superman. Ada yang bersalto, jumpalitan di udara, berselancar. Ada pula yang terjun sambil baca puisi. Penduduk negeri itu semakin dicekam rasa takut dan waswas yang luar biasa. Semua mengkhawatirkan sanak keluarganya dan dirinya akan ikut bunuh diri suatu waktu. Sebab, penyakit bunuh diri itu dengan cepat menyebar dan menjangkiti siapa saja. ''Bila tidak segera dihentikan, anak-anak kita, saudara kita, bahkan kita sendiri akan terpengaruh, dan melakukan tindakan bunuh diri itu.''''Ya. Ini harus kita hentikan!''''Bagaimana caranya? Adakah cara jitu yang kamu pikirkan?'' ''Ah. Ayo, kalangan intelektual, berpikir dan bertindaklah segera. Jangan cuma ngoceh ke sana ke mari!'' teriak orang-orang, kehilangan arah.Penduduk semakin panik, saling bertanya satu sama lain. Tetapi, semua menggeleng. Semua angkat bahu. Semua jadi buntu jadi batu. Apa lagi yang dapat dilakukan? Maka, tanpa dikomando, semua tekun berdoa dan samadi agar wabah penyakit bunuh diri itu segera berakhir. Sayangnya, ketika doa-doa meluncur di udara, burung-burung gagak berebutan menyerbu dan mencabik-cabiknya sehingga tidak pernah sampai di meja kerja Tuhan. Jika pun ada yang sampai, cuma berupa sisa atau percah. Tentu Tuhan tidak sudi mendengarnya. Apalagi Tuhan semakin sibuk menata surga -- sambil mendengarkan musik klasik -- karena kiamat sudah dekat. Disengat kepasrahan yang mencekam itu, tiba-tiba Maharaja menemukan gagasan, ''Kita bikin pengumuman!'' teriaknya pasti.Seketika semua melongong. ''Pengumuman? Untuk apa?''''Di setiap tempat, kita buat pengumuman: Dilarang Jatuh Cinta!''Semua kurang menanggapi. ''Apakah mungkin efektif untuk mengatasi maut yang mengancam di depan mata kita?'' Maharaja angkat bahu. ''Coba dulu, baru tahu hasilnya,'' jawab Maharaja. ''Masalah utamanya sudah jelas, akibat cinta. Setiap orang yang terjerat cinta, entah mengapa jadi ingin bunuh diri. Satu-satunya cara, ya, kita larang orang-orang jatuh cinta. Siapa pun tak boleh jatuh cinta agar hidup terjamin.'' ''Wah, mana mungkin. Jatuh cinta itu manusiawi. Beradab dan berbudaya. Berasal dari hati. Kata hati. Muncul begitu saja -- tanpa diundang. Apalagi, cinta kan pemberian Tuhan,'' protes orang-orang, tak dapat menerima pendapat Maharaja yang dinilai ngawur. ''Terserah. Jika ingin selamat, menjauhlah dari cinta. Kalian jangan pernah jatuh cinta. Mengerti?! Tetapi jika sudah bosan hidup, ya, silakan jatuh cinta!'' tegas Maharaja. ''Sekarang, mari kita pasang pengumuman itu sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya!'' Meski dijerat tali ketidakmengertian yang luar biasa, pengumuman akhirnya dibuat juga. Dipancangkan dan ditempelkan di mana-mana, termasuk di bandara. Maharaja bahkan melakukan siaran langsung di seluruh televisi: ''Saudara-saudari sekalian yang saya benci. Sebab, mulai sekarang, saya tak ingin mencintai, agar berumur panjang. Saya harus benar-benar dipenuhi kebencian. Seperti kita saksikan bersama-sama, cinta telah menyebabkan banyak orang bunuh diri. Cinta telah membutakan mata. Cinta telah merenggut nyawa sanak keluarga kita. Cinta mengancam kita. Maka, dengan ini, kepada semua yang mendengarkan pengumuman ini, saya tegaskan: dilarang jatuh cinta! Kita harus melawan cinta. Kita tegas-tegas menolak cinta. Cinta tidak memberi apa-apa yang berharga bagi kita, cuma kematian. Mengerikan, bukan? Mulai sekarang, kita proklamirkan semboyan baru kita: hidup sehat tanpa cinta. Hiduplah dengan saling membenci, bercuriga, menghasut, dan sebagainya. Jangan pernah mencintai!'' Aneh. Penduduk bertepuk sorak menyambut pengumuman itu. Bahkan, untuk selanjutnya, banyak yang memuji kebijaksanaan Maharaja sebagai sikap brilian. Mereka merasa telah menemukan solusi jitu memberantas wabah penyakit bunuh diri itu. Hidup tanpa cinta, tidak terlalu buruk demi hari depan yang lebih baik. Dengan saling membenci, esok yang lebih cerah dan terjamin siapa tahu segera tercapai. Hari masih terlalu subuh. Ayam dan burung-burung masih ngorok. Tetapi keributan orang-orang dan kesibukan polisi telah merobek cadar ketenangan. Apalagi wartawan-wartawan sibuk meliput dan melaporkan -- blizt dan lampu kamera televisi berpantulan. Apa yang sedang terjadi. Wah. Sungguh mengejutkan dan mencengangkan! Betapa tidak, di depan gedung istana Maharaja berlantai 113 yang mencuat menusuk langit kelam, Maharaja dengan masih memakai piyama sedang berdiri di atasnya bersiap-siap bunuh diri. Orang-orang menahan napas dan terbelalak ngeri menyaksikan tragedi ini. Sementara, istrinya, Maharani menyorot api kebencian, ''Biarkan ia menikmati kesempurnaan cintanya!'' Maharaja mengembangkan tangan. ''Ah. Ternyata cinta itu indah. Kita tak dapat hidup tanpa cinta. Cinta itu anugerah. Berdosalah orang-orang yang tak memiliki cinta!'' teriak Maharaja, lalu melompat ke bawah. Tubuhnya melayang dan ditumbuhi bunga-bunga mekar. Tiba-tiba menyusul sesosok tubuh wanita muda yang sintal, melompat sembari bersenandung lagu cinta. Tubuhnya juga melayang, seperti menari -- dan ditumbuhi bunga-bunga mekar. Begitu tiba di tanah, bunga-bunga itu pelahan merambat dan menyatu, lalu membesar dan menjadi belukar yang menjalari dinding-dinding istana dan rumah tangga-rumah tangga. Semua melotot heran. ''Mengapa Maharaja bisa segila itu?''''Selingkuh. Ia selingkuh dengan sekretarisnya!'' cibir Maharani sambil meludah ke tengah belukar itu. Akibat ludah itu, tiba-tiba belukar itu bergerak-gerak liar sepenuh nafsu kelabu, membelit kedua kaki Maharani, dan menariknya, ''Cintakah?!'' Jakarta, 2003/2004