Senin, 04 Mei 2009

suara hati

aku hanya segelembung ombak yang kapan saja musnah…
aku selalu bingung apa sebenarnya arti hadirku
untuk apa sebenarnya aku
aku mencoba selalu tegar
aku mencoba selalu tersenyum
aku mencoba selalu kokoh
aku mencoba selalu jadi yang terbaik
aku mencoba selalu dan selalu….
aku bosan
aku jenuh
ingin merontah
tapi apa dan kepada siapa aku merontah
kepada sang pencipta?
itu sungguh tidak mungkin
betapa malu sekali aku merontah pada-Nya
DIA yang selama ini selalu ada dan hadir disisiku
tapi aku saja yang selalu berpura-pura bahkan menganggap DIA gk ada disisiku.
ya… Allah ampunilah hambah mu ini,
hambah hanyalah beberapa dari umatmu yang ingin mencari jati dirinya sendiri
mancari apa sebenarnya makna kehidupan ini….,
hambah tau Engkau selalu ada dan menemani hambah
hambah hanya butuh waktu saja…


Sumber : http://www.antologi.net/

Tanpa Judul

Maaf saya tidak dapat menemukan judul yang tepat
untuk untaian kalimat yang hendak saya tulis
hari-hariku dipenuhi oleh suara-suara tak bergetar seperti kemarin ....
getaran itu semakin lama semakin sayup... perlahan
getaran itu melemah dan berhenti
seperti denyut nadi anak-anak ingusan
tak terdengar mereka oleh gesekan angin

Jika demokrasi adalah judul terindah bagi suatu bangsa
maka bangsaku hendak menggunakannya pula
mereka mengorbankan jiwa dengan sukarela atau dengan pesan
mereka sama-sama berdarah dan bahkan hilang oleh dahaga tanah
aliran sari-sari makanan kebebasan tak pernah sampai
tersebar ke seluruh tubuh
berhenti mereka di antara lembaran-lembaran kertas berstempel

Maaf jika hidupku adalah demokrasi
nampaknya ia tak punya judul lagi
kadang saya merasa sangat berharga dan ingin hidup
seperti jiwa Chairil Anwar
namun kadang saya menemukan ketidakbernilaian
yang mendorongku untuk mengakhiri hidup
the object of my affection telah mati
bersama judul tulisan-tulisan tentang demokrasi yang semakin kabur


Sumber : http://www.seasite.niu.edu/

Jawaban Waktu

Ragaku yang terduduk dalam lamunku kini

tiada menorehkan senyuman abadi lagi
Hatiku yang telah kau iris dengan luka dalam
hingga tertembus jantung ini kini tiada menangis lagi
Yang terekam manis sekarang hanyalah status palsu yang selalu kujunjung tinggi pada tiap pemerhatiku
Aku tersesat pada hatiku sendiri karena kerelaan akan melepasmu pergi tuk menebus segala dosamu padaku
Namun saat akan ku cari jalan keluar
mengapa terjadi pesimpangan yang tiap artinya berbeda akan hatiku?
Suatau masa depan cerah tanpa dirinya
atau hanya hidup dalam kesalahan yang selalu membekas di hati
Dalam kebimbangan raga dan pikiranku
yang selalu tertuju pada sisi terburuk,
cahaya jalan penerangNya perlahan mulai mampu menerangi jalanku
Walau sampai sekarangpun ku hanya mampu berharap,kini ku hanya bisa menjalankannya sambil menunggu jawaban waktu


Sumber : http://toppuisi.blogspot.com/

Akhir Cerita

cahayanya perlahan berubah kelam
hancur jatuh berantakan
padahal belum sempat ku utaraka sajak-sajak cinta yang tercipta karenanya

_taman langit seolah suram
petang tak benderang tak membuat hatiku berteman.,

_bintang hati telah lebur terganti
namun tiada arti
sajak ku suram tak ada setitik terang

_mungkin inikah akhir cerita cinta di tengah malam terhias purnama menyatu dalam angin melantun pilu

_purnama itu terluka,bercucur air mata di tahan dengan senyum sayup merekat dengan cinta dalam pertemuan di iringi sepatah kata

“ini yang terbaik” bisikmu

_daun menari sendu angin melantun pilu perpisahan memang harus tercipta

_malam merapat pulang
di tengah sesal jalan ku kini terkikis kelam.

Karya : trie
Sumber : http://toppuisi.blogspot.com/