Kamis, 16 April 2009

Kecerdikan Abu Nawas

Pada suatu hari Sultan merasa sungguh “boring n bete
abis”, jadi dia Tanya Bendahara, “Bendahara, siapa orang
yang paling pandai saat ini?”
“Abunawas” jawab Bendahara. Sultan pun manggil
Abunawas n baginda bertitah : “Kalau kamu pandai,
cobabuat satu cerita seratus kata tapi setiap kata mesti
dimulai dengan huruf ‘J’.

Terperanjat Abunawas, tapi setelah berfikir, diapun
mulai bercerita:

Jeng Juminten janda judes, jelek jerawatan, jari
jempolnya jorok. Jeng juminten jajal jualan jamu
jarak jauh Jogya-Jakarta. Jamu jagoannya: jamu jahe.
“Jamu-jamuuu. .., jamu jahe-jamu jaheee…!”
Juminten jerit-jerit jajakan jamunya, jelajahi jalanan.

Jariknya jatuh, Juminten jatuh jumpalitan. Jeng
Juminten jerit-jerit: “Jarikku jatuh, jarikku
jatuh…”. Juminten jengkel, jualan jamunya
jungkir-jungkiran, jadi jemu juga.

Juminten jumpa Jack, jejaka Jawa jomblo, juragan
jengkol, jantan, juara judo. Jantungnya Jeng
Juminten janda judes jadi jedag-jedug. Juminten janji jera
jualan jamu, jadi julietnya Jack.


Sumber: http://jamil.niriah.com/

oleh: Jamil Azzaini

Gerhana

Suatu kebetulan selalu mengejutkan, dan munculnya tak disangka-sangka. Berbeda dari biasa, dan pasti jarang terjadi. Tapi seperti sudah takdir, kebetulan dalam hidupku selalu datang.Namaku Rembulan, dan biasa dipanggil Bulan. Pasti kan? Dan kebetulan, ada seorang cowok baru di sekolahku, namanya Matahari. Kebetulan, dia seumuran denganku. Kebetulan, dia sekelas denganku, dan yang selalu kebetulan, bangku kami bersebelahan.Kalau begini, aku percaya saja kata-kata temanku yang kecanduan komik, kalau di dunia ini nggak ada yang kebetulan, tapi sudah ditakdirkan. Kalau begitu.... apakah Matahari itu ditakdirkan untukku?Aku ini gadis jelek, pemurung kuper dan selalu tidak dihiraukan orang. Kata orang-orang aku pendiam, sombong, dingin dan kelam. Seperti malam yang dingin pada saat bulan ada. Berbeda dengan dia.Matahari itu betul-betul hebat. Cowok ganteng, serba bisa, jago dalam pelajaran dan olahraga. Bahkan dia sangat ramah, murah senyum, supel dan disukai banyak orang.

Pertama kali dia pindah, dia sudah hapal semua teman sekelasku, dan kurang dari seminggu, namanya sudah dikenal di seluruh sekolah. Benar-benar hebat. Dan aku juga… bukankah bulan yang memantulkan sinar matahari tampak indah?Tapi kami berbeda. Sangat berbeda. Kami tidak akan bisa bertemu, seperti bulan dan matahari juga, yang takkan bisa bersama. Sebenarnya kenyataan ini cukup membuatku syok. Karena bagaimanapun juga, ada rasa yang terpendam dalam tubuh, jiwa dan rohku ini. Meskipun akal sehatku menentang, tapi begitu melihat dia, bahkan badanku langsung bereaksi tanpa bisa kucegah. Aku langsung mendekat. Untung beberapa detik sesudah itu aku langsung sembuh.“Maaf ya!” Katanya waktu itu, pagi saat dia datang ke sekolahku. Saat aku menuju kelas dengan membawa buku paket yang akan kami gunakan. Tak kusangka, cowok asing yang keren itu tersenyum ramah dan bahkan membantuku yang terjatuh karena buku yang terlalu berat dan dia menyangka itu ulahnya yang terburu-buru mencari kelas barunya. Aku hanya diam dan mengumpulkan buku paket cepat-cepat. Dia juga membantuku.“Namaku Matahari. Sering disingkat Hari. Ngomong-ngomong, kelas 2 PIS 2 di mana ya? Aku kayaknya kesasar sampai disini.”“Aku juga kelas 2 PIS 2. kelasnya ada di ujung sana. Pergilah, pasti kamu ditunggu.” Jawabku cepat. Aku nggak mau sama-sama orang cerewet sok ramah itu.“Kita sekelas? Jangan bilang kayak gitu. Kubantu ya!” tanpa menunggu jawabanku, dia membawa semua buku paket dan pergi begitu saja. Sesaat, aku merasa jengkel. Tapi senyumnya saat itu langsung membuatku terpesona. Mungkin sejak saat itulah... aku menyukainya.Mungkin sejak saat itu juga, aku selalu tanpa sadar memperhatikannya. Dan aku sangat senang, begitu dia menyapaku setiap ada kesempatan.

Tapi kebodohanku, aku selalu menjawab dingin.“Kebetulan, kita ketemu di sini ya?” Katanya menyapaku waktu itu. Beberapa minggu sesudah pertemuan pertama kami. Aku yang sedang memilih buku langsung tertarik mendengar suaranya.“Oh, kamu.... mau nyari buku juga?” Tanyaku.“Iya. Aku lagi milih komik. Ternyata aku ketemu kamu ke sini lagi milih teenlit. Konsen banget ya? Apa karena pilihanmu banyak? Nggak kusangka.”“Apanya yang nggak kamu sangka? Tapi aneh juga ya, anak sepintar kamu hobi baca komik. Kupikir anak sepintar dan sebesar kamu nggak bakal suka baca komik.” Kataku masih sibuk memilih.“Iya sih, kita kan sudah SMA tapi itu menurutku nggak masalah kok. Kamu suka buku seperti apa?”“Hm... buku apa saja.”“Tuh kan? Sudah kuduga. Bulan orangnya simpel, tapi ternyata pemilih juga ya? Gimana kalau ini saja?”“Kalau ngambil kayak gitu, kesannya kamu ngambil sembarangan.” Komenku. Tapi kuterima juga.“Kamu sibuk nggak? Ada acara habis ini?” Tanya Matahari.“Nggak. Terus, kenapa?” “Jalan yuk! Kita makan siang, terus main.”“Nggak usah. Aku mending pulang.” Jawabku ketus. Aaah!!! Bodoh! Padahal aku mau banget!!! Sudah kebiasaan sih...“Sekali aja. Kamu nggak ada acara apa-apa kan? Kutraktir deh!” katanya lagi. Kesempatan!!!Aku senang. Kami akhirnya bisa jalan berdua. Meski dunia kami berbeda, aku bisa bersamanya bersenang-senang seperti sekarang. Meski hanya sebentar, aku bahagia banget.“Makasih ya, sudah nemanin aku sepanjang hari ini.” Katanya.“Nggak masalah!”“Bye.” “Jadi... sekarang kamu sendirian?” Tanya Matahari padaku saat istirahat siang. seneng banget waktu tahu dia yang datang. kadang kami jalan bareng kalau ke perpus, atau mengantar tugas ke ruang guru bareng. tapi nggak pernah kalau makan siang. dia dikerumuni banyak orang sih. dasar orang tenar.“Ya... jarang-jarang aku punya teman. Ngapain kamu ke sini?” Tanyaku dingin. dan itu melengkapi kebodohanku.“Memangnya kenapa? Kan kamu temanku yang pertama.” Jawabnya.“Sudahlah! Ngapain kamu ngobrol sama dia? Dia itu nggak bakal ramah sama siapa aja. Ngebosenin!” Tiba-tiba saja banyak cewek yang datang sama-sama dengan dia. Kenapa sih, mereka ngomongin itu terus? Memangnya kenapa kalau aku nggak menarik? Dasar bodoh!“Betul. Nggak ada apa-apanya kamu temenan sama cewek nggak menarik kayak dia. Orang yang nggak punya emosi, payah lagi! Jangan-jangan... ada tujuan lain ya?” Kata para cowok kompak. Aku nggak tahan lagi!!!Aku langsung pergi.

Percuma saja. Dasar orang-orang jahat! Pasti Matahari juga berpikir sama dengan mereka. Aku ini....“Tunggu dulu! Bulan, tunggu!!!” Terdengar suara Matahari. Rupanya dia mengejarku. Kenapa sih? Dia berhasil meraih tanganku.“Apa-apaan sih?” ku tangkis tangannya. “Jangan marah. Maafkan mereka, mereka keterlaluan memang. Kau mau kan?”“Aku nggak marah. Mereka juga nggak keterlaluan. Semua ucapan mereka betul kok! Aku ini nggak ramah, ngebosenin, sombong payah, nggak menarik, semuanya!! Kamu juga pasti berpikiran sama kayak mereka kan? Kamu pasti enak, dikelilingi sama mereka. Kamu pasti juga menganggap aku ini cewek nggak menarik kan?” kataku berusaha bicara biasa-biasa saja, tapi rasanya sakit. sakit banget.“Aku nggak pernah bilang gitu, dan kami itu nggak seperti yang kamu pikir!!”“Bohong!”“Nggak bohong!!! Aku nggak pernah menganggap kamu cewek nggak menarik, karena aku suka kamu dari dulu!!”Sesaat, aku tertegun mendengarnya. Matahari punya perasaan yang sama denganku?? Aku senang sekali!!! Tapi.... tapi....“Kita ini berbeda!!! Jauh berbeda. Kita ini sama seperti nama kita. Aku ini seperti rembulan, yang nggak ada apa-apa tanpa matahari. Tidak seperti kamu, yang selalu cerah ceria seperti matahari. Apa jadinya kalau kita jadian? Nggak bakal cocok kan? Apa kamu mau mempermainkanku?”“Siapa yang mau mempermainkanmu? Aku selalu memperhatikanmu sejak pertama kali bertemu. Aku... aku... sangat menyukaimu. Waktu kita bertemu di toko buku, aku sangat senang bisa mengajakmu jalan. Karena itu... karena itu...”Tiba-tiba dia jadi gugup. Lucu sekali. Tapi nggak mungkin kan, aku bersamanya? Apa kata teman-temannya nanti? Bisa-bisa Matahari terkena imbasnya juga.“Sudah kubilang kan? Dunia kita jauh berbeda. Matahari nggak bakal muncul barengan dengan Rembulan. Aku nggak bisa bersamaku. Maaf...”“Dari tadi alasanmu Cuma matahari dan bulan saja! Siapa bilang Matahari dan Bulan nggak bisa menyatu? Apa kamu nggak pernah melihat gerhana? Gerhana muncul dari perpaduan Matahari dan Bulan. Semua orang menantikannya, entah itu gerhana bulan ataupun gerhana matahari.”Dia bahkan memakai istilah itu untuk menyakinkanku!!“Lagipula, kita ini manusia. Nggak ada hubungannya nasib kita dengan alam, atau pertanda, atau apapun. Bahkan nama sekalipun. ya ampun... kenapa kamu sampai bikin aku ngomong sekonyol ini? yang namanya perasaan itu kan nggak pernah ada hubungannya dengan hal-hal konyol kayak gitu. Kamu... kamu mau jadi pacarku?”Rasanya seperti mendengar petir di siang bolong.“Kamu.... nggak bakal takut bersamaku? Yakin?”“Tentu saja!!! Kau pernah melihatku nggak yakin?” Katanya tegas. begitulah Hari. ramah, konyol, lucu, dan serius. “Aku...”Tentu saja yang membaca kisah konyol ini tahu apa yang terjadi. Mungkin ini kisah yang singkat, tapi nyata bagiku. Perlahan, aku menerima Matahari, dan seperti namaku (meski Matahari nggak suka ngomongin itu), akhirnya aku bersinar indah berkatnya.Apakah ini benar kebetulan atau takdir? Aahh... biarlah. Yang penting, malam ini pun aku masih bisa melihat Rembulan yang indah malam ini dan seterusnya.

Sumber: http://cerpen.net/
oleh: Flow-er-n

Tentang Pantun

Pantun adalah bentuk puisi yang terdiri atas empat baris yang bersajak bersilih dua-dua (pola ab-ab), dan biasanya, tiap baris terdiri atas empat perkataan. Dua baris pertama disebut sampiran (pembayang), sedangkan dua baris berikutnya disebut isi pantun. Ada dua pendapat mengenai hubungan antara sampiran dan isi pantun. Pendapat pertama dikemukakan oleh H.C. Klinkert pada tahun 1868 yang menyebutkan bahwa, antara sampiran dan isi terdapat hubungan makna. Pendapat ini dipertegas kembali oleh Pijnappel pada tahun 1883 yang mengatakan bahwa, hubungan antara keduanya bukan hanya dalam tataran makna, tapi juga bunyi. Bisa dikatakan jika sampiran sebenarnya membayangkan isi pantun. Pendapat ini dibantah oleh van Ophuysen yag mengatakan bahwa, sia-sia mencari hubungan antara sampiran dan isi pantun. Menurutnya, yang muncul pertama kali dibenak seseorang adalah isi, baru kemudian dicari sampirannya agar bersajak. Dalam perkembangannya, Hooykas kemudian memadukan dua pendapat ini dengan mengatakan bahwa, pada pantun yang baik, terdapat hubungan makna tersembunyi dalam sampiran, sedangkan pada pantun yang kurang baik, hubungan tersebut semata-mata hanya untuk keperluan persamaan bunyi. Pendapat Hooykas ini sejalan dengan pendapat Dr. (HC) Tenas Effendy yang menyebut pantun yang baik dengan sebutan pantun sempurna/penuh, dan pantun yang kurang baik dengan sebutan pantun tak penuh/tak sempurna. Karena sampiran dan isi sama-sama mengandung makna yang dalam (berisi), maka kemudian dikatakan, “sampiran dapat menjadi isi, dan isi dapat menjadi sampiran.”

Dalam kehidupan masyarakat Melayu sehari-hari, pantun merupakan jenis sastra lisan yang paling populer. Penggunaannya hampir merata di setiap kalangan: tua-muda, laki-laki-perempuan, kaya miskin, pejabat-rakyat biasa dst. Dalam prkatiknya, pantun ini diklasifikasi ke dalam beberapa jenis yaitu: Pantun Nasihat, Pantun Berkasih Sayang, Pantun Suasana Hati, Pantun Pembangkit Semangat, Pantun Kerendahan Hati, Pantun Pujian, Pantun Teka-teki, Pantun Terhadap Perempuan, dan Pantun Jenaka.
Pantun juga berfungsi sebagai bentuk interaksi yang saling berbalas, baik itu dilakukan pada situasi formal maupun informal. Pantun pada masyarakat Melayu mengalir berdasarkan tema apa yang tengah diperbincangkan. Ketika seseorang mulai memberikan pantun, maka rekan lainnya berbalas dengan tetap menjaga tali perbincangan. Dalam interaksi pantun berbalas ini berlatar belakang pada situasi formal maupun situasi informal. Pada situasi formal semisal ketika meminang atau juga membuka sebuah pidato, sedangkan pada situasi informal seperti perbincangan antar rekan sebaya.

Pantun adalah genre sastra tradisional yang paling dinamis, karena dapat digunakan pada situasi apapun. Sebagaimana dikatakan bahwa:

Di mana orang berkampung disana pantun bersambung. Di mana ada nikah kawin disana pantun dijalin. Di mana orang berunding di sana pantun bergandeng. Dimana orang bermufakat di sana pantun diangkat. Di mana ada adat dibilang, di sana pantun diulang. Di mana adat di bahas di sana pantun dilepas”.

Karena itu tidak pandang latar belakang apapun, pantun dapat digunakan baik untuk anak-anak, orang muda maupun orang tua. Adapun beberapa klasifikasi berbagai pantun antara lain berupa: Pantun nasehat, Pantun lucu, Pantun cinta, Pantun pujian, Pantun suasana hati, dan lain-lain.

Sumber: http://pantoenfull.wordpress.com/

Pantun Suka Cita

Elok rupanya kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang

Dibawa itik pulang petang
Dapat dirumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah datang
Hati cemas menjadi hilang

Dapat di rumput bilang-bilang
Menghisap bunga dengan mayang
Hati cemas menjadi hilang
Perut lapar menjadi kenyang

Juragan bernama Sutan Tahir
Muat beras bercampur pulut
Selama masa adikku lahir
Telah beroleh kawan bergelut

Orang Bandung memintal kapas
Anak Cina berkancing tulang
Ayah kandung pulanglah lekas
Ananda rindu bukan kepalang

Pergi mengail umpan sinangis
Dapatlah limbat gedang-gedang
Adik kandung jangan menangis
Orang penangis lambat gedang

Cina gemuk membuka kedai
Menjual embeh dengan pasu
Bertepuk adikku pandai
Boleh diupah dengan susu

Ramai orang bersorak-sorak
Menepuk gendang dengan rebana
Alangkah besarnya hati awak
Mendapat baju dengan celana

Ayam kinantan terbang mengekas
Hinggap di ranting bilang-bilang
Melihat ibu pulang lekas
Hatiku besar bukan kepalang

Hanyut batang berlilit kumpai
Terdampar di ujung Tanjung Jati
Bunda pulang bapa pun sampai
Kemi semua berbesar hati

Saya tidak pandai menari
Sebarang tari saya tarikan
Saya tidak pandai menyanyi
Sebarang nyanyi saya nyanyikan

Kita menari keluar bilik
Sebarang ari kita tarikan
Kita bernyanyi adik-beradik
Sebarang nyanyi kita nyanyikan

Tengah rembang panas teduh
Peluh di badan habis bertitik
Ayuhai saudara jangan bergaduh
Lihatlah bunda sudah berbalik

Sayang pisang tiada berjantung
Bunga keluar dari kelopak
Penat sangat ibu mendukung
Adik tak juga mau gelak

Buai-buai dalam buaian
Buaian dari rotan saga
Panjang benar janggut tuan
Mari dibuat tali timba

Burung elang burung merpati
Terbang ke kubur mencari makan
Bukan kepalang senangnya hati
Melihat ibu pulang dari pekan


Suber: http://pantoenfull.wordpress.com/

Karena Kau Tulang Rusuk Ku

Jangan menangis perempuanku....

Jarak ini tidak memisahkan kita sepenuhnya, jarak hanya memisahkan desah...

Nafas ini, nafas kita, tetap satu....tetap padu....

Jangan bersedih perempuanku....

Ketika yang lain bersama cinta mereka, kamu tetap bersamaku, walau sekedar nafas yang menderu....sedang tubuh beku tak satu....

Jangan melihatku seperti ini perempuanku....

karena dadaku sakit ketika kamu nenitikkan air mata kangen itu di pipi, sedang aku bodohnya tak bersama kamu.....

Jangan pergi perempuanku.....

Tulang rusukku kutemukan ada padamu....


Sumber: http://www.kemudian.com/

Oleh: Farid Yuniar