Rabu, 12 Agustus 2009

Puisi Lama dan Puisi Baru

PUISI LAMA

A.PENGERTIAN
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.

Aturan- aturan itu antara lain :

1. Jumlah kata dalam 1 baris
2. Jumlah baris dalam 1 bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama

B. MACAM-MACAM PUISI LAMA

1. MANTRA
Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.

Contoh:

Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

2.GURINDAM
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India)

CIRI-CIRI GURINDAM:

a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
b. Berasal dari Tamil (India)
c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.

Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)

Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )

Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

3. SYAIR
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab.

CIRI - CIRI SYAIR :

a. Setiap bait terdiri dari 4 baris
b. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
c. Bersajak a – a – a – a
d. Isi semua tidak ada sampiran
e. Berasal dari Arab

Contoh :

Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)

Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)

4.PANTUN
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.

CIRI – CIRI PANTUN :

1. Setiap bait terdiri 4 baris
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a – b – a – b
5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)

Contoh :

Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)

MACAM-MACAM PANTUN

1. DILIHAT DARI BENTUKNYA

a. PANTUN BIASA
Pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :

Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati

2. SELOKA (PANTUN BERKAIT)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.

CIRI-CIRI SELOKA:

a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga
c. Dan seterusnya

Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan

Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan

3. TALIBUN
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d

Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu

4. PANTUN KILAT ( KARMINA )
CIRI-CIRINYA :

a. Setiap bait terdiri dari 2 baris
b. Baris pertama merupakan sampiran
c. Baris kedua merupakan isi
d. Bersajak a – a
e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata

Contoh :

Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)

2. DILIHAT DARI ISINYA

2.1. PANTUN ANAK-ANAK
Contoh :

Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang

2.2. PANTUN ORANG MUDA
Contoh :

Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua

2.3. PANTUN ORANG TUA
Contoh :

Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

2.4. PANTUN JENAKA
Contoh :

Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga

2.5. PANTUN TEKA-TEKI
Contoh :

Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki

Puisi Lama

pantun jenaka
nonton tv filmnya aci
sambil nonton makan kuaci
kalau kakak sudah benci
tutup pintu lalu kunci

pantun nasihat
beli sekayu kainkasa
cukup diukur dengan lerengnya
bangsa melayu menjaga bahasa
lengkap dengan sopan adapnya

pantun teka-teki
ada sebiji roda pedati
bentuknya bulat daripada besi
bila bermain diikat sekuat hati
dilempar hidup dipegang mati?

pantun remaja
apa guna pasang pelita
jika dengan sumbunya
apa guna bermain mata
kalau tidak dengan sungguhnya

gurindam
barang siapa mengenal Allah
suruh dan tegahnya tiada ia mengalah
barang siapa mengenal diri
maka telah mengenal Tuhan yang bahri
barang siapa mengenal dunia
tahulah ia barang yang terpedaya

karmina
sudah gaharu cendana pula
sudah tahu masih bertanya pula

syair
kalau anak pergi ke pekan
yu beli belanak beli
ikan panjang beli dahulu
kalau anak pergi berjalan
ibu cari sanakpun cari
induk senang cari dahulu

PUISI BARU

A.MACAM-MACAM PUISI BARU

1. DISTIKON
Distikon adalah sanjak 2 seuntai, biasanya bersajak sama.
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal

Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)

2. TERZINA
Terzina adalah sanjak 3 seuntai.
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana

Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane

3. QUATRAIN
Quatrain adalah sanjak 4 seuntai
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau

Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
4. QUINT
Quint adalah sanjak 5 seuntai
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan

Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)

5. SEXTET
Sextet adalah sanjak 6 seuntai.
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)

6. SEPTIMA
Septima adalah sanjak 7 seuntai.
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
7. STANZA ( OCTAV )
Octav adalah sanjak 8 seuntai
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)

8. SONETA
Soneta adalah bentuk kesusasteraan Italia yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad ke-13 di kota Florance.

CIRI – CIRI SONETA :
a. Terdiri atas 14 baris
b. Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
c. Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.
d. Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sextet.
e. Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
f. Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.
g. Peralihan dari octav ke sextet disebut volta
h. Penambahan baris pada soneta disebut koda.
i. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
j. Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d

Contoh :
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)

B. FUNGSI SONETA
Pada masa lahirnya, Soneta dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan curahan hati.
Kini tidak terbatas pada curahan hati semata-mata, melainkan perasaan-perasaan yang lebih luas seperti :
1. Pernyataan rindu pada tanah air
2. Pergerakan kemajuan kebudayaan
3. Ilham sukma
4. Perasaan keagamaan

C. SONETA DIGEMARI PARA PUJANGGA BARU
Faktor-faktor Soneta digemari oleh para Pujangga Baru antara lain :
1. Adanya penyesuaian dengan bentuk pantun ; yakni Octav dalam Soneta yang bersifat obyektif itu hampir sejalan dengan sampiran pada pantun.
Sedangkan sextet Soneta yang sifatnya subyektif itu merupakan isi pantun.
2. Baris-baris Soneta yang berjumlah 14 buah itu cukup untuk menyatakan perasaan atau curahan hati penyairnya.
3. Soneta dapat dipakai untuk menyatakan beraneka ragam perasaan atau curahan hati penyairnya.

D. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SONETA DENGAN PANTUN
1. PERSAMAAN SONETA DENGAN PANTUN
Pantun dan Soneta sama-sama mempunyai sampiran atau pengantar dan isi atau kesimpulan.

2. PERBEDAAN SONETA DENGAN PANTUN

a. Soneta puisi asli Italia, Pantun puisi asli Melayu
b. Satu bait Soneta terdiri terdiri dari 14 baris, satu bait Pantun terdiri atas 4 baris
c. Soneta berima bebas, pantun berima a-b-a-b
Puisi Baru
di kala surya tenggelam
rahasia hatiku menanti kehadiranmu
menanti datangnya lagu cinta darimu
ditemani lilin-lilin kecil
bersama bintang malam
kuhanya berharap
kau menjadi penjaga hati bagiku
meski ku harus menghitung hari
menunggu waktu yang dinanti
meski tak kudapat kesempurnaan itu
namun ku akan slalu ingat kamu
dan tak mungkin menghapus jejakmu
kaulah sesuatu yang beda yang kumiliki
izinkan aku untuk jadi rahasia hatimu
aku takut kehilangan dirimu
kukan slalu menjaga hati ini



Sumber : http://ngakak.blogdetik.com

Macam-macam Majas

  1. Klimaks

    Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal yang dituntut semakin lama semakin meningkat.

    Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.

  1. Antiklimaks

    Adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan semakin lma semakin menurun.

    Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya

  1. Paralelisme

    Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata pada baris atau kalimat. Contoh : Jika kamu minta, aku akan datang

  1. Antitesis

    Adalah gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan maknanya.

    Contoh : Kaya miskin, tua muda, besar kecil, smuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan bangsa.

    Reptisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai

  1. Epizeuksis

    Adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.

    Contoh : Kita harus bekerja, bekerja, dan bekerja untuk mengajar semua ketinggalan kita.

  1. Tautotes

    Ada;aj repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.

    Contoh : kau menunding aku, aku menunding kau, kau dan aku menjadi seteru

  1. Anafora

    Adalah repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap garis.

    Contoh : Apatah tak bersalin rupa, apatah boga sepanjang masa

  1. Epistrofora

    Adalah repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa pada akhir kalimat berurutan Contoh : Bumi yang kau diami, laut yang kaulayari adalah puisi,

Udara yang kau hirupi, ari yang kau teguki adalah puisi

  1. Simploke

    Adalah repetisi pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.

    Contoh : Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku. Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku.

  1. Mesodiplosis

    Adalah repetisi di tengah-tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan.

    Contoh : Para pembesar jangan mencuri bensin. Para gadis jangan mencari perawannya sendiri.

  1. Epanalepsis

    Adalah pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa atau kalimat, mengulang kata pertama.

    Contoh : Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.

  1. Anadiplosis

    Adalah kata atau frasa terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frasa pertama dari klausa berikutnya.

    Contoh : Dalam baju ada aku, dalam aku ada hati. Dalam hati : ah tak apa jua yang ada.

  1. Aliterasi

    Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.

    Contoh : Keras-keras kena air lembut juga

  1. Asonansi

    Adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi vokal yang sama.

    Contoh : Ini luka penuh luka siapa yang punya

  1. Anastrof atau Inversi

    Adalah gaya bahasa yang dalam pengungkapannya predikat kalimat mendahului subejeknya karena lebih diutamakan.

    Contoh : Pergilah ia meninggalkan kami, keheranan kami melihat peranginya.

  1. Apofasis atau Preterisio

    Adalah gaya bahasa dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal.

    Contoh : Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara

  1. Apostrof

    Adalah gaya bahasa yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir.

    Contoh : Hai kamu semua yang telah menumpahkan darahmu untuk tanah air bercinta ini berilah agar kami dapat mengenyam keadilan dan kemerdekaan seperti yang pernah kau perjuangkan

  1. Asindeton

    Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung agar perhatian pembaca beralih pada hal yang disebutkan.

    Contoh : Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa.

  1. Polisindeton

    Adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut dengan menggunakan kata penghubung.

    Contoh : Kemanakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang merontokkan bulu-bulunya?

  1. Kiasmus

    Adalah gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, yang bersifat berimbang, dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa dan klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa lainnya.

    Contoh : Semua kesabaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu.

  1. Elipsis

    Adalah gaya bahasa yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca.

    Contoh : Risalah derita yang menimpa ini.

  1. Eufimisme

    Adalah gaya bahasa penghalus untuk menjaga kesopanan atau menghindari timbulnya kesan yang tidak menyenangkan.

    Contoh : Anak ibu lamban menerima pelajaran

  1. Litotes

    Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri

    Contoh : Mampirlah ke gubukku!

  1. Histeron Proteron

    adalah gaya bahasa yang merupakan kebailikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.

    Contoh : Bila ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai yang luas dengan pasir putihnya

  1. Pleonasme

    Adalah gaya bahasa yang memberikan keterangan dengan kata-kata yang maknanya sudah tercakup dalam kata yang diterangkan atau mendahului.

    Contoh : Darah merah membasahi baju dan tubuhnya

  1. Tautologi

    Adalah gaya bahasa yang mengulang sebuah kata dalam kalimat atau mempergunakan kata-kata yang diterangkan atau mendahului.

    Contoh : Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan

  1. Parifrasis

    Adalah gaya bahasa yang menggantikan sebuah kata dengan frase atau serangkaian kata yang sama artinya.

    Contoh : Kedua orang itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu

  1. Prolepsis atau Antisipasi

    Adalah gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.

    Contoh : Keua orang tua itu bersama calon pembunuhnya segera meninggalkan tempat itu.

  1. Erotesis atau Pertanyaan Retoris

    Adalah pernyataan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.

    Contoh : inikah yang kau namai bekerja?

  1. Silepsis dan Zeugma

    Adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan sebuah kata dengan dua kata yang lain sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama.

    Contoh : ia menundukkan kepala dan badannya untuk memberi hormat kepada kami.

  1. Koreksio atau Epanortosis

    Adalah gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.

    Contoh : Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf, silakan makan.

  1. Hiperbola

    Adalah gaya bahasa yang memberikan pernyataan yang berlebih-lebihan.

    Contoh : Kita berjuang sampai titik darah penghabisan

  1. Paradoks

    Adalah gaya bahasa yang mengemukakan hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objek yang dikemukakan berbeda.

    Contoh : Dia besar tetapi nyalinya kecil.

  1. Oksimoron

    adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang sama.

    Contoh : Keramah-tamahan yang bengis

  1. Asosiasi atau Simile

    Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu dengan keadaan lain yang sesuai dengan keadaan yang dilukiskannya.

    Contoh : Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam

  1. Metafora

    Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda tertentu dengan benda lain yang mempunyai sifat sama.

    Contoh : Jantung hatinya hilang tiada berita

  1. Alegori

    adalah gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam.

    Contoh : Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman.

  1. Parabel

    Adalah gaya bahasa parabel yang terkandung dalam seluruh karangan dengan secara halus tersimpul dalam karangan itu pedoman hidup, falsafah hidup yang harus ditimba di dalamnya.

    Contoh : Cerita Ramayana melukiskan maksud bahwa yang benar tetap benar

  1. Personifikasi

    Adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup.

    Contoh : Hujan itu menari-nari di atas genting

  1. Alusi

    Adalah gaya bahasa yang menghubungkan sesuatu dengan orang, tempat atau peristiwa.

    Contoh : Pkartini kecil itu turut memperjuangkan haknya

  1. Eponim

    Adalah gaya dimana seseorang namanya begitu sering dihubungakan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan suatu sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.

    Contoh : Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan.

  1. Epitet

    Adalah gaya bahasa yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal.

    Contoh : Lonceng pagi untuk ayam jantan.

  1. Sinekdoke
    • Pars Pro Tato

    Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagianhal untuk menyatakan keseluruhan. Contoh : Saya belum melihat batang hidungnya

    • Totem Pro Parte

    Adalah gaya bahasa yang menyebutkan seluruh hal untuk menyatakan sebagian. Contoh : Thailand memboyong piala kemerdekaan setelah menggulung PSSi Harimau

  1. Metonimia

    Adalah gaya bahasa yang menggunakan nama ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Ia menggunakan Jupiter jika pergi ke sekolah

  1. Antonomasia

    Adalah gaya bahasa yang menyebutkan sifat atau ciri tubuh, gelar atau jabatan seseorang sebagai pengganti nama diri. Contoh : Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.

  1. Hipalase

    Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : ia masih menuntut almarhum maskawin dari Kiki puterinya (maksudnya menuntut maskawin dari almarhum)

  1. Ironi

    Adalah gaya bahasa sindiran berupa pernyataan yang berlainan dengan yang dimaksudkan. Contoh : Manis sekali kopi ini, gula mahal ya?

  1. Sinisme

    adalah gaya bahasa sindiran yang lebih kasar dari ironi atau sindiran tajam

    Contoh : Harum bener baumu pagi ini

  1. Sarkasme

    Adalah gaya bahasa yang paling kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan.

    Contoh : Mampuspun aku tak peduli, diberi nasihat aku tak peduli, diberi nasihat masuk ketelinga

  1. Satire

    Adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.

    Contoh : Ya, Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!

  1. Inuendo

    Adalah gaya bahasa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.

    Contoh : Ia menjadi kaya raya karena mengadakan kemoersialisasi jabatannya

  1. Antifrasis

    Adalah gaya bahsa ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna sebaliknya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.

    Contoh : Engkau memang orang yang mulia dan terhormat

  1. Pun atau Paronomasia

    Adalah kiasan dengan menggunakan kemiripan bunyi.

    Contoh : Tanggal satu gigi saya tinggal satu

  1. Simbolik

    Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan benda-benda lain sebagai simbol atau perlambang.

    Contoh : Keduanya hanya cinta monyet.

  1. Tropen

    Adalah gaya bahasa yang menggunakan kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.

    Contoh : Untuk menghilangkan keruwetan pikirannya, ia menyelam diri di antara botol minuman.

  1. Alusio

    Adalah gaya bahasa yang menggunakan pribahasa atau ungkapan.

    Contoh : Apakah peristiwa Turang Jaya itu akan terulang lagi?

  1. Interupsi

    adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di dalam kalimat pokok untuk lebih menjelaskan sesuatu dalam kalimat.

    Contoh : Tiba-tiba ia-suami itu disebut oleh perempuan lain.

  1. Eksklmasio

    Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata seru atau tiruan bunyi.

    Contoh : Wah, biar ku peluk, dengan tangan menggigil.

  1. Enumerasio

    Adalah beberapa peristiwa yang membentuk satu kesatuan, dilukiskan satu persatu agar tiap peristiwa dalam keseluruhannya tanpak dengan jelas.

    Contoh : Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-sini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang haromonis. Itulah keindahan sejati.

  1. Kontradiksio Interminis

    Adalah gaya bahasa yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang telah dikemukakan sebelumnya.

    Contoh : semuanya telah diundang, kecuali Sinta.

  1. Anakronisme

    Adalah gaya bahasa yang menunjukkan adanya ketidak sesuaian uraian dalam karya sastra dalam sejarah, sedangkan sesuatu yang disebutkan belum ada saat itu.

    Contoh : dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan jam berbunyi tiga kali (saat itu jam belum ada)

  1. Okupasi

    Adalah gaya bahasa yang menyatakan bantahan atau keberatan terhadap sesuatu yang oleh orang banyak dianggap benar.

    Contoh : Minuman keras dapat merusak dapat merusak jaringan sistem syaraf, tetapi banyak anak yang mengkonsumsinya.

  1. Resentia

    Adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu yang tidak mengatakan tegas pada bagian tertentu dari kalimat yang dihilangkan.

Contoh : “Apakah ibu mau….?”


Sumber : http://mynoble.files.wordpress.com/

Jhi Ge Phu dan Putri Naga

Di sebuah daerah di tiongkok hiduplah seorang pemuda bernama Jhi Ge Phu bersama ayahnya yang sudah renta. Mereka adalah ahli tembikar dan mereka hidup dari hasil menjual tembikar buatannya.

Suatu hari di musim salju, Jhi Ge Phu dan ayahnya menuntun keledai mereka ke kota. Keledai mereka yang sudah tua terseok-seok membawa muatan tembikar yang akan mereka jual di kota. Jalanan sangat licin karena tertutup salju. Ayah Jhi Ge Phu khawatir keledai mereka akan terpeleset dan menjatuhkan tembikar-tembikar di punggungnya.

Saat melewati Yuin Nan, mereka harus menyebrangi sebuah sungai yang sudah membeku. Di tengah sungai keledai mereka terpeleset dan jatuh, membuat semua tembikar mereka pecah berkeping-keping. Ayah Jhi Ge Phu yang hendak membatu keledainya malah terpeleset juga. Malang baginya, kepalanya terantuk batu dengan sangat keras sehingga ia pun meninggal.

Jhi Ge Phu sangat sedih. Namun apa mau dikata, semua sudah suratan takdir. Maka dia pun menguburkan jenazah ayahnya di tepi sungai dan juga menguburkan keledainya di samping kuburan ayahnya. Kemudian dia melanjutkan perjalanannya.

Suatu hari dia tiba di pinggir laut. Saat dia sedang merenungi nasibnya, dia dikejutkan oleh suara rebut dan tangisan seorang gadis. Dilihatnya segerombolan pemuda berkuda berlari menuju ke arahnya. Salah seorang diantaranya membawa seorang gadis yang sedang meronta-ronta dan menangis. Jhi Ge Phu merasa yakin bahwa gadis itu pasti telah dibawa paksa oleh mereka. Maka segera dia menghadang mereka. Pemuda yang membawa gadis itu sangat marah, dia mengeluarkan cambuk dan melecutkannya ke arah Jhi Ge Phu. Untungnya Jhi Ge Phu sempat menghindar. Ia mencabut pedangnya dan menebas kaki depan kuda pemuda itu sehingga mereka jatuh tersungkur. Tanpa membuang waktu Jhi Ge Phu menyerang si pemuda yang kewalahan melawannya. Akhirnya gerombolan pemuda itu pun melarikan diri.

Gadis itu sangat berterima kasih dan mengenalkan dirinya sebagai putri Naga.
“Dimana rumahmu Nona, bagaimana kau bisa dibawa oleh pemuda berandalan itu?” tanya Jhi Ge Phu.
“Rumahku ada di dasar laut. Kebetulan tadi pagi aku ingin menikmati fajar di daratan. Lalu saat aku lengah, tiba-tiba mereka datang menculikku,” katanya.
“Wahai pemuda, kau telah menolongku. Sekarang kau ikutlah denganku untuk menemui orang tuaku. Mereka akan sangat senang bertemu denganmu,” pinta putri Naga.

Jhi Ge Phu sangat penasaran sehingga dia menyetujui ajakan putri Naga. Putri tersebut menyuruhnya memejamkan mata. Sedetik kemudian saat putri Naga menyuruhnya membuka mata, Jhi Ge Phu terpesona dengan pemandangan di depannya.

Dia kini berada di sebuah istana yang sangat megah dan indah. Di hadapannya berdiri dua makhluk yang seperti manusia tapi juga seperti naga, dikelilingi para pelayan dengan bentuk seperti ikan. Kedua naga itu memperkenalkan diri sebagai orang tua gadis yang ditolongnya. Mereka sangat berterima kasih atas pertolongan Jhi Ge Phu. Mereka menjamunya dengan berbagai hidangan yang lezat. Kemudia raja membawa Jhi Ge Phu ke sebuah ruangan yang dipenuhi emas dan permata.
“Sebagai tanda terima kasihku, kau boleh membawa emas permata ini sesukamu, pilihlah!” kata raja.

Jhi Ge Phu dengan halus menolaknya, dia katakan bahwa dia tidak menginginkan imbalan. Namun karena raja terus memaksanya, akhirnya dia meminta seekor anak ayam dan sebuah tongkat. Raja sangat terkejut dengan permintaan tersebut karena kedua benda itu adalah pusaka kerajaan yang orang luar tidak mengetahuinya.
“Anak muda dari mana kau tahu benda-benda pusaka itu?” tanya raja.
“Maaf paduka, tuan putrilah yang memberitahuku,” kata Jhi Ge Phu.

Raja dan ratu segera memahami bahwa anak mereka telah jatuh hati pada pemuda itu. Maka dengan berat hati mereka merelakan pusaka tersebut ke tangan Jhi Ge Phu. Setelah itu mereka mengantar Jhi Ge Phu ke permukaan dengan selamat. Jhi Ge Phu sebenarnya ingin berpamitan dengan putri naga namun sepertinya putri naga tidak mau menampakan diri.

Jhi Ge Phu lalu melanjutkan perjalanannya meski dia tidak tahu harus kemana. Berhari-hari dia berjalan tanpa makan dan minum, akhirnya dia pun pingsan kelelahan.

Saat membuka matanya, ternyata dia tidak berada di tanah tempat ia pingsan, namun di sebuah tempat tidur yang besar dan indah. Di hadapannya telah terhidang makanan dan minuman yang lezat. Karena lapar, Jhi Ge Phu menghabiskan hidangan itu dengan lahap.

“Rumah siapa ini,” tanya Jhi Ge Phu dalam hati.

Dia kemudian berkeliling di dalam rumah itu untuk mencari tahu pemiliknya. Anehnya tidak ada seorang pun di dalam rumah itu. Dia menemukan namanya tertempel di salah satu pintu rumah tersebut.
“Mungkin ada orang baik yang meminjamkan rumah ini untukku,” pikirnya. “Aku tidak boleh berdiam diri saja, aku harus bekerja keras!.”

Jhi Ge Phu memutuskan untuk berladang, maka dia segera membabat hutan dan menanaminya dengan sayuran dan buah-buahan.

Dia berangkat ke ladang segera setelah matahari menampakkan diri dan baru pulang saat matahari akan kembali ke peraduannya.

Setiap kali dia bangun tidur dan pulang kerja, Jhi Ge Phu selalu mendapati meja makannya telah dipenuhi hidangan. Demikian pula rumah yang ditinggalinya selalu rapi dan bersih. Padahal Jhi Ge Phu tidak pernah bertemu dengan orang lain di rumah itu.

Karena penasaran, Jhi Ge Phu memutuskan untuk mencari tahu jawabannya. Suatu hari seperti biasa, pagi-pagi dia berpura-pura pergi ke ladang. Padahal dia bersembunyi dan mengintip.

Tiba-tiba anak ayam yang dibawanya dari istana naga mengeluarkan asap dan BUZZ!! Anak ayam itu menghilang dan berdirilah seorang putri yang sangat cantik. Kini tahulah Jhi Ge Phu bahwa selama ini putri Naga selalu bersamanya. Jhi Ge Phu sangat gembira, dia pun menghampiri putri Naga yang tidak bisa berpura-pura lagi. Mereka memutuskan untuk menikah dan bekerja di ladang bersama-sama.

Suatu hari lewatlah seorang raja dan para pengikutnya. Mereka hendak pergi berburu. Raja sangat terpesona melihat keindahan rumah Jhi Ge Phu dan memutuskan untuk singgah. Raja semakin terpesona melihat bahwa Jhi Ge Phu memiliki istri yang sangat cantik. Timbul niat jahatnya untuk menjadikan putri Naga sebagai istrinya.

Maka ditantangnya Jhi Ge Phu untuk bertanding. Raja memutuskan untuk bertanding membabat hutan selama tiga hari. Jika Jhi Ge Phu berhasil, raja akan memberinya hadiah, namu jika gagal, maka Jhi Ge Phu harus menyerahkan istrinya kepada raja.

Jhi Ge Phu sangat sedih karena yakin tidak akan mampu memenuhi tantangan tersebut. Namun putri naga menyarankan untuk meminta tolong pada raja naga.
“Pintalah kapak rembulan pada ayahku!” katanya.

Dengan kapak rembulan di tangannya, Jhi Ge Phu dengan berani berdiri menentang raja. Dia memilih hutan di sebelah timur, sementara raja hutan di sebelah barat. Dengan sekuat tenaga Jhi Ge Phu melemparkan kapak rembulannya ke atas dan BLARR! Seberkas cahaya memancar dan dengan sekejap mata hutan di sebelah timur telah habis terbabat.

Raja sangat marah dan tidak mau mengakui kekalahannya. Dia menantang Jhi Ge Phu untuk menuai padi keesokan harinya. Sekali lagi Jhi Ge Phu meminta pertolongan raja naga yang lalu memberinya sebuah kotak emas berkepala merak.

Esoknya, puluhan pekerja raja bekerja keras menuai padi di ladang sebelah selatan. Jhi Ge Phu segera membuka kotak emasnya. Seberkas cahaya menyilaukan terpancar dari dalamnya dan lalu segera berubah menjadi jutaan ekor burung pemakan padi. Mereka mematuki padi di ladang sebelah utara sehingga dalam sekejap padi-padi itu habis. Raja sangat marah dengan kekalahannya. Dengan geram dia memerintahkan para prajuritnya untuk membawa putri naga dengan paksa.

Jhi Ge Phu berusaha melawan namun saying prajurit raja terlalu banyak sehingga ia kewalahan. Didengarnya putri naga berteriak-teriak ketika para prajurit membawanya.
“Ge Phu, Mantel Bulu Merak! Syair keberuntungan!” teriak putri.

Jhi Ge Phu dengan sedih melihat istri yang dicintainya dibawa pergi. Berhari-hari dia memikirkan arti ucapan istrinya. Tiba-tiba pikirannya terbuka dan dia mengerti bahwa dia harus membuat mantel dari bulu merak dan membawanya ke istana.

Dia segera mengumpulkan bulu merak. Setiap malam di bawah cahaya rembulan dia menyusun bulu-bulu merak dan merangkai syair keberuntungan. Lalu pada malam ke 49 selesailah sudah mantel bulu merak dan syairnya.

Dengan memakai mantel bulu merak tersebut, Jhi Ge Phu berangkat ke istana. Malam itu adalah malam tahun baru Lunar. Masyarakat kota sedang berpesta. Istana dihiasi lentera dan lampion. Kemeriahan pesta begitu terasa saat Jhi Ge Phu berdiri di pintu gerbang istana. Dia lalu menyanyikan syair keberuntungannya dengan lantang. Pakaiannya yang tidak biasa, menarik perhatian banyak orang. Mereka beramai-ramai menonton Jhi Ge Phu.

Raja yang tidak tahu bahwa orang tersebut adalah Jhi Ge Phu segera memerintahkan untuk membawanya ke dalam istana. Putri Naga segera tahu bahwa suaminya telah datang begitu mendengarnya menyanyikan syair keberuntungan. Dia bergegas masuk ke aula tempat Jhi Ge Phu berada dan dengan ceria menebarkan senyum padanya.

Raja gembira melihat putri berubah ceria. Pikirnya jika ia juga memakai mantel bulu merak, putri akan senang padanya. Tanpa pikir panjang raja merebut mantel itu dan memakainya.

Tapi putri naga menunjukan tampang tidak suka, katanya “sungguh tidak pantas seorang raja berpakaian seperti itu. Sangat tidak sopan. Ini akan membuat sial pada kerajaan. Raja seperti ini harusnya dikurung saja.”

Kata-kata sang putri menimbulkan keributan di istana. Beberapa prajurit dan pejabat berusaha menangkap raja dan sebagian lain melindunginya. Kesempatan ini dipakai oleh Jhi Ge Phu dan putri naga untuk melarikan diri. Mereka berlari kea rah laut. Di sana para prajurit istana naga telah menunggunya dan membawanya kembali ke istana naga. Di sanalah mereka hidup bahagia selamanya.

(SELESAI)



Cinta Tertinggal Di Perpustakaan

Gadis berkacamata tebal itu tampak asyik di antara deretan rak buku. Beberapa buku diambilnya lalu dibawanya ke meja yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Di situ sudah ada setumpuk buku yang beberapa menit lalu diambilnya. Entah apa yang akan dilakukannya dengan buku-buku sebanyak itu. Ia terlihat sibuk membuka, membaca, menulis, kemudian membuka buku lainnya, membaca lagi dan menulis lagi. Dia sibuk sendiri dengan dunianya.
“Buku sastra di sebelah mana, ya?” sebuah suara mengalihkan kesibukan gadis itu sejenak. Tanpa menoleh sedikit pun tangan gadis itu lalu menunjuk ke arah sebelah kanan. Pria yang tadi bertanya segera mengikuti arah yang ditunjuk. Gadis itu pun kembali berkutet dengan buku-bukunya.
Tak berapa lama kemudian, “Sorry, kamu kan kayaknya familiar dengan perpustakaan ini, ngngng… bisa bantu nyariin buku ini nggak,” pria itu kembali menghampiri gadis berkacamata sambil menyodorkan secarik kertas.
Masih dengan gaya acuh tak acuhnya, gadis itu membaca coretan dalam kertas yang diberikan oleh si penanya, lalu, “Cari saja di deretan buku sastra, ada di rak buku barisan kedua paling pojok sebelah kanan.”
Laki-laki itu lalu pergi menuruti petunjuk yang dikatakan si gadis yang kelihatannya tak mau diganggu.
“Thanks ya bukunya sudah aku temukan. Dari tadi aku pusing muter-muter nyari buku ini eh nggak tahunya kamu tahu persis di mana letaknya,” ucap laki-laki tadi. “Namaku Aryo, kamu siapa?” lanjut laki-laki itu seolah tak peduli dengan keacuhan si gadis.
“Asti,” jawab gadis itu pendek tanpa menoleh sedikit pun.
“Aku kok nggak pernah melihatmu di kampus ini, kamu anak semester berapa?” tanya pria yang mengenalkan dirinya sebagai Aryo sambil duduk di kursi seberang gadis yang bernama Asti. Sebentar kemudian, Aryo memperhatikan wajah si gadis, mencoba mengingat kalau-kalau pernah bertemu dengan gadis di hadapannya.
Merasa diperhatikan, Asti menghentikan kegiatannya menulis lalu menatap laki-laki di hadapannya. Sedetik kemudian dia tertegun, mulutnya yang hampir berucap mendadak terhenti hingga melongo. Betapa kagetnya dirinya melihat siapa yang kini duduk satu meja dengannya. Laki-laki yang baru saja menanyakan namanya ini adalah Aryo, mahasiswa tingkat tiga yang digandrungi banyak cewek di kampus ini.

Selain berwajah tampan dan berbadan atletis, cowok ini dikenal dengan segudang prestasi olahraganya. Tak salah bila mahasiswa di kampus ini memilihnya menjadi ketua senat. Dan sudah menjadi rahasia umum bila semua cewek berebut menjadi pacarnya.
“Lho kok malah bengong. Kamu anak semester berapa?” tanya Aryo mengulang pertanyaannya tadi sekaligus membuyarkan lamunan Asti.
“Oh eh ngngng… aku?” tanyanya meyakinkan.
“Iya kamu. Emangnya ada orang lain di meja ini selain kita?” senyum Aryo mengembang.
“Aku adik tingkatmu.”
“Lho kamu tahu ya aku semester enam.”
Ups! Kontan wajah Asti memerah malu.
“Aku kok nggak pernah melihatmu?” kata Aryo yang tampak kebingungan.
Jelas saja Aryo merasa bingung dan heran karena hampir semua mahasiswa di kampus ini dikenalnya atau paling tidak ia hafal wajah. Maklum dia kan ketua senat.
Sementara dalam hati, Asti merasa tak heran bila Aryo tidak mengenalnya. Siapa sih yang mempedulikan keberadaan dirinya. Mahasiswa kutu buku yang menghabiskan sisa waktu kuliahnya di perpustakaan. Hampir tak ada mahasiswa yang mengenalnya dengan akrab. Apalagi cowok-cowok.
“Kamu aktif di kegiatan apa?”
Asti hanya menggeleng dan kembali menunduk, pura-pura sibuk kembali dengan buku-bukunya. Padahal saat ini hatinya terasa tidak keruan antara senang, bangga, dan takut bisa ngobrol dengan cowok idola. “Mengapa Tuhan memberiku kesempatan berkenalan dengan cowok idola ini, bikin hatiku nggak keruan saja,” keluhnya dalam hati. Ah, semoga saja tidak ada yang melihatnya sedang duduk bersama Aryo. Asti takut diejek. Takut dikatakan tidak pantas duduk satu meja dengan cowok impian gadis-gadis kampus. Takut.…
“Pasti kamu lebih suka di sini, ya. Pantas saja kamu hafal letak buku-buku di sini. Aku sebenarnya juga senang membaca, tapi waktuku nggak banyak. Oke deh kapan-kapan kita ngobrol lagi, ya, aku harus ke ruang senat dulu. Bye Asti!”
Aryo meninggalkan senyum simpatiknya. Asti pun sekali lagi terbengong-bengong bahkan tak sempat membalas senyum ramah sang cowok pujaan. Dia benar-benar merasa seperti bermimpi bisa duduk dan ngobrol dengan Aryo. Selama ini ia hanya bisa memandangi Aryo dari kejauhan dan buru-buru menduduk, takut ketahuan orang lain. Yah, ia takut dikatakan pungguk merindukan bulan. Ah!
Dua hari kemudian, Asti kembali bertemu dengan Aryo di perpustakaan. Saat itu Aryo bermaksud mengembalikan buku sastra yang dipinjamnya tempo hari.

Cowok keren itu mengurungkan niatnya untuk segera meninggalkan perpustakaan ketika melihat gadis berkacamata yang duduk di meja sebelah pojok. Tiba-tiba ia tertarik untuk menghampiri Asti.
“Hai, Asti,” sapanya ramah sambil menarik kursi di sebelah Asti.
“Oh ka-mu…,” sapa Asti balik dengan setengah grogi.
“Kamu lagi baca apa sih kok asyik banget. Lagi nggak ada kuliah atau sedang menunggu jam kuliah,” cerocos Aryo berusaha memecah kekakuan Asti.
“Barusan saja selesai jam kuliah pertama. A-aku lagi pengin baca buku ini sambil menunggu jam kuliah kedua nanti sore,” tutur Asti sekuat tenaga menyembunyikan salah tingkahnya.
“Wih... buku yang kemarin ternyata menarik, ya. Sebenarnya aku pinjam untuk adikku tapi malah jadi tertarik ikutan baca. Adikku seperti kamu, doyan buku-buku he he…,” kata Aryo setengah bercanda membuat Asti ikut tertawa.
“Membaca buku itu merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Banyak hal yang bisa kita peroleh tanpa harus mengalaminya secara langsung. Seperti membuka jendela saja. Kita dihadapkan pada pandangan yang luas dan bebas menjelajah,” ujarAsti tentang dunia yang dicintainya.
Asti tak lagi canggung. Saat Aryo membuka pembicaraan tentang dunia buku, Asti seolah mendapatkan kepercayaandirinya. Dia merasa buku adalah dunianya dan sesuatu yang sudah tak asing lagi. Menceritakan apa asyiknya membaca sama mudahnya membicarakan tentang dirinya. Dia dan buku seperti tidak bisa dipisahkan.
Pancingan Aryo ternyata mengena. Sengaja Aryo bertanya-tanya tentang buku agar Asti tidak banyak diam. Beruntung dia punya adik yang kutu buku juga. Dan beruntung pula beberapa kali dia mengantar adiknya ke toko buku. Setidaknya jadi tahu hal-hal yang menarik bagi pencinta buku.
Kini Asti tidak lagi pendiam seperti dua hari lalu. Ternyata gadis berkacamata ini pandai bicara juga. Wajahnya tampak berekspresi ketika menjelaskan satu per satu buku yang sudah dibacanya. Mata bulatnya yang tersembunyi di balik kacamata tampak berbinar indah. Wajahnya yang tidak terlalu cantik seperti memancarkan sesuatu yang menarik. Yah, wajah itu menyembunyikan kecerdasan. Mungkin tumpukkan ilmu yang diperolehnya dari membaca buku.
Belum pernah Aryo memandangi wajah gadis yang seperti ini. Biasanya saat berbincang dengan gadis-gadis ia hanya bisa menikmati kecantikan dan kemulusan kulitnya yang terkadang bila terlalu lama dipandang jadi membosankan. Berbeda dengan wajah Asti yang semakin lama dipandang semakin menarik. Aryo bahkan menebak jika Asti mau membuka kacamatanya pasti wajah gadis ini lebih menarik. Matanya bulat dan tatapannya tajam. Tanpa sadar Aryo bergumam sendiri sambil terus mendengarkan Asti yang asyik berceloteh.
Asti pun tanpa sadar menjadi banyak bicara. Satu hal yang jarang dilakukannya. Selama ini ia hanya berbicara banyak dalam hatinya. Paling banter ia menuliskan kejadian-kejadian menarik yang ditemuinya dalam buku diarinya. Atau membuatnya menjadi sebuah cerita untuk dikirimkan ke majalah. Yah, tak ada teman kampusnya yang tahu bahwa Asti adalah penulis cerpen yang karyanya banyak menghiasi majalah-majalah remaja. Hanya keluarganya yang tahu, itu pun setelah Asti memberitahukan nama samarannya.
Tak terasa, sudah satu jam lebih Aryo dan Asti mengobrol panjang lebar. Seperti yang sudah-sudah, Aryo yang duluan berpamitan karena ada jadwal latihan basket. Sebelum pergi, Aryo sempat mengajak Asti untuk menonton latihan basket, tapi segera ditolak oleh gadis itu. Bisa menjadi berita yang menghebohkan di kampus bila ketahuan Asti dan Aryo jalan berdua. Asti merasa minder.
Aryo dan Asti semakin akrab karena sering bertemu dan ngobrol di perpustakaan. Aryo sendiri heran mengapa jadi ketagihan berbincang panjang lebar dengan Asti. Ada satu hal dalam diri Asti yang tidak ditemukan pada gadis lain. Perpaduan antara kepolosan dan kepintaran.
Sementara itu, bisa dibayangkan bagaimana perasaan Asti dengan keakraban yang baru dijalinnya. Kini, tak hanya buku tujuannya ke perpustakaan. Setiap kali datang ke perpustakaan ia merasa deg-degan menunggu kedatangan Aryo. Ia pun tak lagi grogi seperti dulu bahkan kini merasa lebih percaya diri. Aryo pernah dengan terus terang mengatakan bahwa gadis seperti Asti yang memiliki pengetahuan luas tentang pustaka sudah sangat jarang dijumpainya. Apalagi saat mengetahui ternyata Asti juga pandai menulis cerpen. Kekagumannya pun semakin bertambah. Sikap Aryo yang jujur inilah yang membuat Asti merasa tersanjung.
Meskipun merasa bahagia dengan kehadiran Aryo, Asti tidak berani berharap banyak. Dia tidak ingin melambung terlalu tinggi karena jika jatuh pasti sakitnya terasa luar biasa. Beberapa kali Aryo menawarkan diri mengantarkan Asti pulang ke rumah bila waktu sudah hampir petang.
Tapi dengan halus Asti selalu menolaknya. Asti juga menolak untuk sekedar diajak makan dan minum di kantin. Asti tidak mau keakrabannya dengan Aryo diketahui mahasiswa lain. Bahkan ketika berada di perpustakaan, Asti selalu memilih tempat yang agak tersembunyi. Berjaga-jaga kalau Aryo datang, agar keduanya tidak mudah terlihat orang banyak.
Berita kedekatan Aryo dan Asti ternyata tidak bisa ditutup-tutupi. Mungkin karena Aryo adalah sosok yang terkenal di kampus. Atau mungkin karena kabar ini ada sangkut pautnya dengan Asti, gadis yang tidak diperhitungkan di kampus. Anak-anak kampus menjadi penasaran karena selama ini nama Asti hampir tidak pernah disebut-sebut dalam pembicaraan di antara mahasiswa maupun dosen. Cewek seperti apa yang bisa menahan perhatian cowok yang menjadi rebutan gadis-gadis kampus. Begitulah mungkin pertanyaan yang kini beredar dari mulut ke mulut. Akhirnya, Asti pun kini banyak dicari orang.
Hanya Asti yang tidak mengetahui jika namanya kini jadi bahan pembicaraan di kampus. Hingga suatu hari, saat dia menunggu kehadiran Aryo di perpustakaan, datanglah seorang gadis cantik menghampirinya.
“Namamu Ast,i kan? Kamu sedang menunggu kedatangan Aryo, ya?” tanya gadis cantik itu to the point, tanpa basa basi dulu.
Ditanya demikian, Asti langsung kaget dan merasa ada sesuatu yang tidak beres.
“Iya,” jawab Asti lirih tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya.
“Aku Rosa, pacar Aryo. Terus terang saja, aku ke sini hanya ingin mengatakan bahwa gosip kedekatanmu dengan Aryo sangat mengganggu diriku, juga hubunganku dengan Aryo. Jadi nggak usah berpanjang lebar lagi, aku ingin kamu menjauhi Aryo. Lagi pula tidak ada yang kamu harapkan dari Aryo. Aryo tidak mungkin jatuh cinta dengan gadis macam kamu. Jangan menyalahartikan perhatian Aryo.”
Gadis bernama Rosa itu berkata-kata dengan ketus dan sinis. Setelah menyelesaikan kalimatnya yang sedikit mengandung ancaman, ia langsung berbalik pergi meninggalkan Asti yang terbengong-bengong.
Bagai disambar petir di siang bolong Asti mendengar perkataan Rosa. Rosa pacar Aryo? Yah, mengapa selama ini ia tidak berpikir tentang pacar Aryo. Tapi, bukankah selama ini tidak ada yang tahu, Asti dan Aryo sering bertemu? Ah, Aryo… mana mungkin cowok sekeren dia belum punya pacar. Mengapa selama ini ia tidak menanyakan siapa pacar Aryo.

Mengapa selama ini ia hanyut oleh perhatian Aryo. Hampir saja aku menjadi pungguk merindukan bulan. Bodohnya aku. Begitu pikiran yang berkecamuk di otak Asti.
Lihatlah betapa berbedanya Asti dan Rosa. Rosa begitu cantik dengan kulit putih dan rambut pajangnya yang lurus berkilau. Tubuhnya tinggi semampai. Penampilannya seksi dan trendi. Anggun dan indah dipandang mata. Lalu Asti? Ah bagai bumi dan langit. Asti tidak ada apa-apanya dibandingkan Rosa.
“Heh, kok melamun sih bukannya baca buku.” Tiba-tiba Aryo sudah berada di hadapan Asti.
“Maaf aku harus pergi. Ada kuliah,” kata Asti sambil bergegas membereskan buku-bukunya di meja.
“Lho, hari ini kamu sudah nggak ada kuliah lagi, kan?” tanya Aryo yang hafal jadwal kuliah Asti.
“Pokoknya, aku harus pergi,” buru-buru Asti menjawabnya. Ia lalu beranjak pergi, namun baru selangkah kakinya terhenti dan kembali berbalik ke arah Aryo.
“Mulai sekarang kita tidak usah bertemu lagi. Please, jangan temui aku lagi di perpustakaan,” pinta Asti dengan sorot mata yang terluka.
“Tapi kenapa? Apa yang terjadi? Asti… Asti… jangan pergi dulu. Tunggu!” kejar Aryo berusaha menghadang langkah Asti. Tiba-tiba sebuah tangan halus mencengkeram lengannya menahannya untuk tidak berlari mengejar Asti.
“Rosa?! Ngapain kamu di sini?”
“Aku mencarimu. Ternyata benar gosip yang beredar. Diam-diam kamu sering menemui Asti di perpustakaan ini, ya. Buat apa, sih? Apa menariknya gadis itu?” Rosa memberondong Aryo yang menjadi salah tingkah. Namun dengan cepat Aryo menguasai keadaan.
“Apa yang kau katakan pada Asti? Kau tidak berhak menyakiti gadis itu. Dan bukan urusanmu lagi aku berteman dengan siapa. Kita sudah putus. Ingat itu!” Aryo berkata tegas.
“Tapi aku tidak rela kamu mencari gantiku dengan gadis semacam dia.”
“Ah, sudahlah. Aku tidak mau bertengkar lagi denganmu. Dan ingat ya jangan sekali lagi menemui Asti.”
Aryo pergi mengejar Asti. Rosa yang ditinggalkannya hanya tertegun kemudian menangis. Mengapa Aryo tertarik dengan Asti? Kenapa bukan gadis lain yang lebih cantik dariku? Pertanyaan itu sekali lagi mengganggunya. Rosa merasa terhina.
Setelah kejadian itu Asti bagai ditelan bumi. Berkali-kali Aryo bolak balik ke perpustakaan, tapi tak dijumpainya gadis itu. Aryo tidak tahu mesti ke mana mencari tahu keberadaan Asti. Teman kuliahnya tak banyak yang mengenalnya.Alamat rumahnya Aryo tak pernah punya karena Asti tak perah memberikannya. Apalagi nomor teleponnya. Satu-satunya tempat yang diharapkan bertemu dengan Asti adalah perpusatakaan. Hampir setiap hari Aryo duduk di bangku yang biasa diduduki Asti sembari berharap gadis itu muncul. Tapi hari berlalu, minggu berlalu, bulan berlalu, Asti tak juga nongol. “Ah, Asti... di mana kamu? Aku akan tetap menunggumu di perpustakaan ini. Aku ingin menjelaskan sesuatu.... Tentang perasaanku.”

karya : Nurhayati

Bulan Yang Iri Hati

Langit ditaburi bintang dan bulan yang bersinar indah. Senang sekali rasanya melihat keindahan malam dari ketinggian. Alam di bawah tampak sunyi. Hampir di setiap beranda rumah, tampak orang duduk-duduk. Mereka memandang ke langit.

Bulan merasa senang, lalu katanya kepada bintang-bintang,"Lihat, teman-teman. Mereka mengagumiku." "Mengagumimu? Belum tentu. Mungkin mereka mengagumi kami," kata sebuah bintang. "Tapi dari bawah, aku kelihatan lebih besar dan indah!" sahut Bulan. "Huh, sombong!" sungut sebuah bintang pada teman-temannya.

"Dia boleh saja sombong. Tapi, dia tak kan dapat mengalahkan Matahari," kata bintang yang lain. "Apa?" sahut Bulan terkejut. "Ya, kau tak bisa mengalahkan Matahari. Karena Matahari lebih banyak penggemarnya. Pagi hari, saat Matahari terbit, orang-orang ingin menyaksikannya. Waktu Matahari naik, orang-orang berjemur untuk kesehatan. Selain disukai, Matahari pun disegani. Walaupun ia bersinar terik, orang-orang tidak mengumpat. Mereka hanya mencari tempat yang teduh. Matahari mempunyai jasa yang besar, mengeringkan jutaan pakaian yang dicuci orang. Terus terang, kami pun lebih menyukai Matahari karena ia hebat," kata sebuah bintang.

"Tidak sombong lagi!" sahut bintang yang lain. Bulan diam. Ia sangat kesal. Betulkah Matahari sehebat itu? Sepanjang malam ia tak bisa tenang. Ia terus berpikir bagaimana mengalahkan Matahari. Akhirnya Bulan mendapat akal. Pagi datang. Matahari segera menghampiri bulan.

"Selamat pagi, Bulan. Sudah saatnya aku bekerja. Sekarang kau boleh beristirahat." "Tidak!" "Lo, kenapa?" tanya Matahari heran. "Aku pun ingin bekerja pada siang hari," sahut Bulan. "Bulan, siang hari akulah yang bertugas. Kau harus beristirahat supaya bisa tampil segara malam nanti," kata Matahari. "Tidak! Sebenarnya aku ingin bertarung denganmu," kata Bulan. "Bertarung? Bertarung bagaimana?" Matahari makin bingung. "Bintang-bintang mengatakan kau lebih hebat dariku. Aku ingin lihat, apa benar kau lebih hebat?" "Bagaimana caranya?" tanya Matahari.

"Aku akan tetap tinggal di sini bersamamu. Lalu kita lihat, siapa yang lebih disukai orang-orang," kata Bulan. "Ha ha ha," Matahari tertawa geli. "Bulan, di pagi hari kau tak kan terlihat. Sinarku lebih kuat dari sinarmu. Jadi apa gunanya?"

Bulan tidak peduli. Ia ingin tetap tinggal bersama Mathari. Tetapi, kemudian ia kecewa. Sepanjang hari ia di sana, tak seorang pun menyapanya. Mereka hanya menyapa Matahari. "Hu hu, tak seorang pun menyukaiku. Bintang-bintang benar, Matahari lebih hebat dariku," Bulan menangis sedih.

"Benar 'kan Matahari lebih hebat," kata bintang-bintang yang mengelilinginya. "sekarang beristirahatlah, Bulan. Malam segera tiba." "Tidak, aku tidak mau! Tak seorang pun menyukaiku. Apa gunanya aku ada di sana?" sahut Bulan sedih. "Bulan, dengarlah! Matahari itu tak sehebat yang kau kira. Tapi, kami senang pada Matahari. Karena ia tidak sombong. Kami pun senang padamu, asalkan kau tak sombong. Sebenarnya kau dan Matahari tak bisa dibandingkan. Masing-masing punya kelebihan. Sudahlah, jangan menangis lagi," hibur sebuah Bintang pada Bulan.

Bulan berhenti menangis. Benar apa yang dikatakan Bintang. Ia tak boleh sombong. "Bulan, coba lihat!" kata sebuah bintang. Di bawah, sekelompok anak melambai-lambaikan tangan. "Ya, mereka menginginkan kau menerangi tempat itu. "Tapi uaaaah...." Bulan menguap. "Bulan mengantuk karena sepanjang siang tidak tidur. Biarlah untuk malam ini ia istirahat," kata bintang-bintang.

Malam itu Bulan tidak bekerja. Ia tertidur dengan nyenyak. Biarlah malam itu langit tak dihiasi Bulan. Yang penting, Bulan telah menyadari kesalahannya. Ia tak lagi sombong dan tetap hadir setiap malam.

(SELESAI)


Sumber : http://www.dongengkakrico.com/

Bawang Merah & Bawang Putih

Kisah dari Jawa Tengah.

Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.

Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikahi saja ibu Bawang merah supaya Bawang putih tidak kesepian lagi. Maka ayah Bawang putih kemudian menikah dengan ibu Bawang merah. Mulanya ibu Bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada Bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.

Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwa salah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”

Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Matahari sudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.”
“Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri tepi sungai.

Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.
Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba.
“Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.

Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.

Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.

Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.

(SELESAI)


Sumber : http://www.dongengkakrico.com/

Balas Budi Burung Bangau

Dahulu kala di suatu tempat di Jepang, hidup seorang pemuda bernama Yosaku. Kerjanya mengambil kayu bakar di gunung dan menjualnya ke kota. Uang hasil penjualan dibelikannya makanan. Terus seperti itu setiap harinya. Hingga pada suatu hari ketika ia berjalan pulang dari kota ia melihat sesuatu yang menggelepar di atas salju. Setelah di dekatinya ternyata seekor burung bangau yang terjerat diperangkap sedang meronta-ronta. Yosaku segera melepaskan perangkat itu. Bangau itu sangat gembira, ia berputar-putar di atas kepala Yosaku beberapa kali sebelum terbang ke angkasa. Karena cuaca yang sangat dingin, sesampainya dirumah, Yosaku segera menyalakan tungku api dan menyiapkan makan malam. Saat itu terdengar suara ketukan pintu di luar rumah.

Ketika pintu dibuka, tampak seorang gadis yang cantik sedang berdiri di depan pintu. Kepalanya dipenuhi dengan salju. "Masuklah, nona pasti kedinginan, silahkan hangatkan badanmu dekat tungku," ujar Yosaku. "Nona mau pergi kemana sebenarnya ?", Tanya Yosaku. "Aku bermaksud mengunjungi temanku, tetapi karena salju turun dengan lebat, aku jadi tersesat." "Bolehkah aku menginap disini malam ini ?". "Boleh saja Nona, tapi aku ini orang miskin, tak punya kasur dan makanan." ,kata Yosaku. "Tidak apa-apa, aku hanya ingin diperbolehkan menginap". Kemudian gadis itu merapikan kamarnya dan memasak makanan yang enak.

Ketika terbangun keesokan harinya, gadis itu sudah menyiapkan nasi. Yosaku berpikir bahwa gadis itu akan segera pergi, ia merasa kesepian. Salju masih turun dengan lebatnya. "Tinggallah disini sampai salju reda." Setelah lima hari berlalu salju mereda. Gadis itu berkata kepada Yosaku, "Jadikan aku sebagai istrimu, dan biarkan aku tinggal terus di rumah ini." Yosaku merasa bahagia menerima permintaan itu. "Mulai hari ini panggillah aku Otsuru", ujar si gadis. Setelah menjadi Istri Yosaku, Otsuru mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. Suatu hari, Otsuru meminta suaminya, Yosaku, membelikannya benang karena ia ingin menenun.

Otsuru mulai menenun. Ia berpesan kepada suaminya agar jangan sekali-kali mengintip ke dalam penyekat tempat Otsuru menenun. Setelah tiga hari berturut-turut menenun tanpa makan dan minum, Otsuru keluar. Kain tenunannya sudah selesai. "Ini tenunan ayanishiki. Kalau dibawa ke kota pasti akan terjual dengan harga mahal. Yosaku sangat senang karena kain tenunannya dibeli orang dengan harga yang cukup mahal. Sebelum pulang ia membeli bermacam-macam barang untuk dibawa pulang. "Berkat kamu, aku mendapatkan uang sebanyak ini, terima kasih istriku. Tetapi sebenarnya para saudagar di kota menginginkan kain seperti itu lebih banyak lagi. "Baiklah akan aku buatkan", ujar Otsuru. Kain itu selesai pada hari keempat setelah Otsuru menenun. Tetapi tampak Otsuru tidak sehat, dan tubuhnya menjadi kurus. Otsuru meminta suaminya untuk tidak memintanya menenun lagi.

Di kota, Sang Saudagar minta dibuatkan kain satu lagi untuk Kimono tuan Putri. Jika tidak ada maka Yosaku akan dipenggal lehernya. Hal itu diceritakan Yosaku pada istrinya. "Baiklah akan ku buatkan lagi, tetapi hanya satu helai ya", kata Otsuru.

Karena cemas dengan kondisi istrinya yang makin lemah dan kurus setiap habis menenun, Yosaku berkeinginan melihat ke dalam ruangan tenun. Tetapi ia sangat terkejut ketika yang dilihatnya di dalam ruang menenun, ternyata seekor bangau sedang mencabuti bulunya untuk ditenun menjadi kain. Sehingga badan bangau itu hampir gundul kehabisan bulu. Bangau itu akhirnya sadar dirinya sedang diperhatikan oleh Yosaku, bangau itu pun berubah wujud kembali menjadi Otsuru. "Akhirnya kau melihatnya juga", ujar Otsuru.

"Sebenarnya aku adalah seekor bangau yang dahulu pernah Kau tolong", untuk membalas budi aku berubah wujud menjadi manusia dan melakukan hal ini," ujar Otsuru. "Berarti sudah saatnya aku berpisah denganmu", lanjut Otsuru. "Maafkan aku, ku mohon jangan pergi," kata Yosaku. Otsuru akhirnya berubah kembali menjadi seekor bangau. Kemudian ia segera mengepakkan sayapnya terabng keluar dari rumah ke angkasa. Tinggallah Yosaku sendiri yang menyesali perbuatannya.

(SELESAI)


Sumber : http://www.dongengkakrico.com/

Anggrek Hitam Untuk Domia

Gong dari rumah panjang menggelagar bertalu-talu. Penduduk kampung Tebelianmangkang sudah tahu. Jika gong ditabuh, berarti ada keadaan genting. Merekapun bergegas mendatangi rumah itu.

Rupanya, seorang wanita bernama Darahitam akan melahirkan bayi. Namun bayinya tak juga mau keluar. Darahitam sangat khawatir. Sebelumnya, sudah dua kali bayinya meninggal. Sambil kesakitan ia berdoa dan bernazar,

"Jubata, tolonglah agar anakku lahir dengan selamat. Lelaki atau perempuan, anak ini akan kupersembahkan menjadi pelayanmu!"

Jubata adalah dewa tertinggi suku Dayak. Jubata adalah perantara antara manusia dan Tuhan. Darahitam yakin Jubata akan menolongnya. Dan…

"Hoa, hoa, hoa …" suara tangis bayi memecah keheningan.

Seluruh penduduk desa menyambut gembira. "Ia lahir dengan selamat! Bayi yang cantik! Kulitnya bersih. Hidungnya mancung. Alisnya tebal. Bulu matanya lentik," seru para wanita.

Karena sangat cantik, bayi perempuan itu dinamakan Domia. Dalam bahasa Dayak, Domia berarti dewi.

Seperti ramalan banyak orang, Domia tumbuh menjadi gadis jelita. Banyak pria yang melamarnya. Namun Domia menolaknya. Sebab ia terikat nazar ibunya pada Jubata. Domia ditakdirkan menjadi pelayan Tuhan, atau imam wanita. Seorang imam tak boleh menikah. Tak seorang pun bisa membatalkan nazarnya. Kecuali Jubata sendiri yang mencabutnya.

Meskipun demikian, Domia jatuh cinta pada pemuda bernama Ikot Rinding. Pemuda itupun mencintai Domia. Namun Ikot Rinding heran. Karena Domia tak mau menikah dengannya.

Suatu hari yang panas, pergilah Ikot Rinding memancing. Namun, karena tak ada seekor ikanpun yang didapatnya, ia lalu pergi ke hulu sungai. Di tengah jalan, Ikot Rinding terhenti! Ia melihat Domia sedang mencuci pakaian. Pemuda itu langsung menghampiri gadis pujaan hatinya.

"Domia, mengapa kau tak mau menjadi istriku?" tanya Ikot Rinding.

Mendengar pertanyaan itu, Domia terkejut. Gadis cantik itu akhirnya berterus terang. Ia bercerita tentang nazar ibunya pada Jubata ketika melahirkannya. Betapa sedih hati Ikot Rinding mendengar cerita itu. Ia tahu, nazar pada Jubata hanya bisa dibatalkan oleh Jubata sendiri. Tapi… kemana ia harus mencari Jubata?

Karena cintanya pada Domia, Ikot Rinding pun mengembara. Siang berganti malam. Malam menjelang pagi. Setelah enam hari mengembara, sampailah ia di Bukit Sungkung. Ikot Rinding beristirahat dan tertidur pulas di bawah pohon rindang. Begitu bangun, hari sudah pagi. Berarti ini hari ketujuh pengembaraanya mencari Jubata.

Ketika akan melangkah pergi, Ikot Rinding terkejut. Ia melihat sebuah sumpit tergeletak di tanah. Di hutan belantara tak berpenghuni ini ada sumpit? Dari mana asalnya? Ikot Rinding segera memungutnya. Di hutan belantara seperti ini, sumpit tentu sangat berguna, pikirnya.

Ikot Rinding meneruskan pengembaraanya. Ketika melintasi sebongkah batu, ia tiba-tiba teringat pada nasihat ibunya. Ketika masih kecil, saat menemani ibunya menyikat pakaian di atas batu, ibunya selalu berkata, "Jangan sekali-kali mengambil barang orang lain tanpa izin!"

Seketika Ikot Rinding berbalik, meletakkan sumpit itu ke tempat semula. Sumpit itu bukan miliknya. Mungkin milik pemburu yang lewat di daerah itu.

Maka Ikot Rinding pun meneruskan perjalanannya mencari Jubata. Badannya lelah. Ia merasa lapar dan dahaga. Tapi begitu ingat akan Domia, ia menjadi bersemangat kembali. Tiba-tiba ia mendengar suara desisan. Sekelebat melintas seekor ular tedung. Ia berhenti di depan Ikot Rinding. Lidahnya kecil panjang bercabang. Badannya yang tadi melingkar, ditegakkan.

Ikot Rinding sadar ia harus waspada. Tangan kanannya kini meraih ranting. Diputar-putarnya ranting itu. Lalu dengan cepat tangan kirinya menyambar leher si ular tedung. Ular itu rupanya terpedaya oleh gerak tipunya. Dilemparnya ular tedung itu jauh ke tepi jurang.

Usai pertistiwa itu, terdengarlah langkah kaki. Rupanya ada orang yang menonton perkelahian Ikot Rinding melawan ular tedung. Semula Ikot Rinding curiga. Namun wajah pemuda itu tampak ramah.

"Aku Salampandai, putra bungsu raja hutan di sini," ujarnya. Salampandai bercerita, sudah dua hari ia berburu. Namun tak berhasil menangkap apapun. Ini gara-gara senjatanya hilang. Ia juga bercerita bahwa ayahnya menyuruhnya rajin berlatih menyumpit. Terutama menyumpit binatang liar yang bergerak cepat.

Sekarang Ikot Rinding tahu siapa pemilik sumpit yang ditemukannya tadi. Ia mengajak Salampandai ke tempat sumpit itu. Benda itu masih ada di sana.

Karena gembira, Salampandai mengundang Ikot Rinding bermalam di rumahnya. Ia ingin mengenalkan sahabat barunya kepada keluarganya. Bahkan, ia pun ingin menjadikan Ikot Rinding saudara angkat. Walau ia sudah mempunyai enam orang kakak.

Sejak itu, Ikot Rinding diizinkan tinggal di istana. Raja dan ratu sangat menyayanginya seperti anak kandung sendiri. Salam pandai dan Ikot Rinding-pun selalu bersama kemanapun mereka pergi.

Suatu hari, "Jaga Si Bungsu baik-baik," pesan Raja pada Ikot Rinding dan keenam putranya saat mereka akan pergi berburu. Ikot Rinding mengangguk. Tapi enam saudara kandung Salampandai tak menjawab. Mereka tidak menyukai Ikot Rinding. Mereka merasa Ratu dan Raja hanya memperhatikan Si Bungsu dan Ikot Rinding. Mereka lalu membuat rencana mencelakakan salah satu dari Ikot Rinding atau Si Bungsu.

Setibanya di hutan, mereka harus berpencar. Salampandai mendapat tempat yang agak mendaki. Dan Ikot Rinding ke tempat yang menurun. Keenam kakak Salampandai sengaja memisahkan mereka berdua. Namun ketika keenam orang itu sudah pergi, diam-diam Ikot Rinding membuntuti Salampandai. Ia tahu, keenam orang itu sengaja menyuruh Salampandai ke tempat yang berbahaya.

"Berhenti! Jangan lewat gua itu!" teriak Ikot Rinding pada Si Bungsu.

Ikot Rinding tahu, di gua itu hidup sekawanan kalong. Gigi dan cakar hewan-hewan itu sangat tajam. "Salampandai, tiarap!" teriak Ikot Rinding saat melihat gumpalan-gumpalan hitam keluar dari mulut gua. Tetapi terlambat. Si Bungsu kini dalam kepungan kelelawar.

Dengan tangkas, Ikot Rinding mencabut mandau. Ia menebas ke segala arah. Satu persatu binatang gua itu dikalahkannya. Kini tinggal raja kelelawar yang bertubuh besar. Kali ini Ikot Rinding menggunakan sumpitnya. "FUUHH!" Hanya dengan sekali tiupan, robohlah si raja kelelawar. Si Bungsu pun selamat.

Keduanya lalu pulang. Salampandai menceritakan peristiwa itu pada ayahnya. Raja sangat takjub mendengarkan cerita ketangkasan Ikot Rinding. Ia sangat bahagia karena putra kesayangannya selamat.

"Mintalah apa saja yang kau inginkan," ujarnya pada Ikot Rinding. "Hari ini juga akan segera kupenuhi."

Pada saat itu Ikot Rinding baru sadar. Ayah Salampandai ternyata adalah Jubata itu sendiri. Inilah saat yang diimpikan Ikot Rinding. Meski agak ragu, Ikot Rinding pun berkata, "Aku memohon bukan untuk diriku. Untuk orang lain. Sudilah kiranya Raja membebaskan Domia, dari nazar ibunya, Darahitam."

Jubata ingat. Tujuh belas tahun lalu, seorang ibu bernama Darahitam kesulitan bersalin. Karena putus asa, Darahitam bernazar. Dan kini Ikot Rinding meminta agar nazar itu dilepaskan. Jubata yang bijaksana mengerti. Berbuat baik jauh lebih penting daripada memegang teguh sebuah sumpah.

"Permohonanmu kukabulkan," ujarnya.

"Apakah tandanya?" tanya Ikot Rinding.

Melihat keraguan putra angkatnya, Raja masuk ke kamarnya. Begitu keluar, tangannya memegang setangkai anggrek hitam. Yang hanya tumbuh di halaman istana Jubata.

"Inilah tandanya," sabda Jubata. Anggrek itu lalu diserahkannya pada Ikot Rinding. "Begitu Domia menerima sendiri dari uluran tanganmu, bunga ini segera berubah warna. Itulah pertanda. Bahwa nazar ibunya telah kulepaskan."

Usai menerima anggrek hitam itu, Ikot Rinding bergegas meninggalkan istana. Ia telah sangat rindu pada Domia. Perjalanan panjang ditempuhnya tanpa rasa lelah. Tak terasa, tibalah ia di kampung Tebelianmangkang.

Anggrek hitam ia serahkan pada Domia. "Pejamkan matamu…" pinta Ikot Rinding. Tanpa banyak bertanya, Domia menurut. "Nazar ibumu akan dilepaskan Jubata. Sebagai tanda, anggrek hitam di genggamanmu akan berubah warna."

Ketika membuka kelopak matanya kembali, Domia melihat anggrek hitam telah berubah warna. Jadi butih bersih. Indah berseri bagai anggrek bulan. Domia telah terlepas dari nazar.

Sepasang kekasih itu tak hentinya mengucap syukur pada Jubata. Dan keduanya hidup bahagia sampai masa tua mereka.