Selasa, 28 April 2009

Abu Nawas Adu Ketangkasan

Pada suatu hari yang cerah, Raja Harun Alrasyid dan pengikutnya meninggalkan istana untuk berburu. Namun di tengah perjalanan, Abujahil menyusul dengan terengah-engah di atas kudanya. “Baginda, Baginda! Hamba mau mengusulkan sesuatu,” katanya setelah mendekat sang raja.

“Apa usulmu itu, Abujahil?” tanya Baginda Raja keheranan.

“Agar acara berburu ini menarik dan disaksikan banyak penduduk, bagaimana kalau kita sayembarakan saja?” ujar Abujahil dengan mimik serius.

Baginda terdiam sejenak dan mengangguk-angguk.

“Hamba ingin beradu ketangkasan dengan Abunawas, bagaimana Baginda? Pemenangnya mendapat sepundi uang emas. Tapi kalau kalah, hukumannya memandikan kuda-kuda istana, selama satu bulan,” tutur Abujahil meyakinkan sang raja.

“Hei, hadiah saja yang kau pikirkan. Lantas bagaimana caranya adu ketangkasan ini?” sela Baginda agak marah.

Setelah memberi tahu idenya, Baginda setuju, maka dipanggillah Abunawas oleh salah satu punggawa.

Abunawas menghadap. Ia pun diberi petunjuk panjang lebar oleh Baginda. Pada awalnya Abunawas menolak karena ia tahu semua ini akal bulus Abujahil yang ingin menyingkirkan dirinya dari istana. Tapi Baginda memaksa dan Abunawas tidak bisa mengelak.

Abunawas pun berpikir sejenak. Ia tahu kalau Abujahil sekarang diangkat menjadi pejabat istana. Ia pasti mengerahkan semua anak buahnya untuk menyumbang seekor binatang buruannya di hutan nanti. Namun karena kecerdikannya, Abunawas malah tersenyum riang. Abujahil yang melihat perubahan raut muka Abunawas menjadi penasaran. Batinnya berkata, tak mungkin Abunawas mengalahkan dirinya kali ini.

Akhirnya Baginda menggiring mereka ke tengah alun-alun istana. Raja dan segenap rakyat menunggu, siapa yang bakal memenangkan lomba berburu ini. Terompet tanda mulai adu ketangkasan pun ditiup oleh Perdana Menteri. Abujahil segera memacu kudanya secepat kilat menuju hutan belantara, di pinggir istana. Anehnya, Abunawas memacu kudanya sedang-sedang saja, sehingga diteriaki para penonton.

Menjelang sore, tampak kuda Abujahil memasuki pintu gerbang istana. Ia pun diteriaki para penonton dan mendapat tepuk tangan meriah sekali. Di sisi kiri-kanan kudanya tampak puluhan hewan yang mati terpanah. Tak hanya itu, kuda tambahan juga memanggul binatang buruan lainnya. Abujahil dengan senyum bangga memperlihatkan semua binatang buruannya di tengah lapangan.

“Aku, Abujahil, berhak memenangkan lomba ini. Lihat binatang buruanku banyak, mana mungkin Abunawas mengalahkanku!?” teriaknya lantang. Penonton di sekitar arena semakin ramai bertepuk tangan.

Tidak berapa lama, terdengar suara kaki kuda Abunawas. Semua orang menertawakan dan kembali meneriakinya. Tapi, Abunawas tidak tampak gusar. Ia malah tersenyum dan melambaikan tangan.

“Tenang, tenang, rakyatku! Kita akan mengetahui apa yang akan dilakukan Abunawas. Dan kita juga akan tahu, siapa pemenangnya kali ini,” kata raja yang ikut gusar melihat polah Abunawas.

Baginda menyuruh dua orang punggawanya maju ke tengah lapangan dan menghitung binatang buruan Abujahil.

“Satu, dua, tiga, empat, lima…dua puluh, tiga puluh lima ekor kelinci, ditambah lima ekor rusa, dan dua babi hutan!” teriak salah satu punggawa.

“Kalau begitu akulah pemenangnya, sebab Abunawas tidak membawa seekor binatang pun. Hahahaha,” teriak Abujahil lantang.

“Tenang, tenang. Aku membawa ribuan binatang. Jelaslah aku pemenangnya dan kau Abujahil, silakan memandikan kuda-kuda istana. Menurut aturan lomba, semua binatang boleh ditangkap, yang penting jumlahnya,” kata Abunawas sambil membuka bambu kuning yang telah diisi ribuan semut merah. “Sekarang coba hitung ini, satu, dua, tiga, empat, seratus, duaratus, selebihnya tidak usah dihitung,” ungkap Abunawas.

Tanpa banyak berkata, Abujahil tak sadarkan diri alias semaput gara-gara melihat semut merah Abunawas. Baginda tertawa terpingkal-pingkal dan langsung memberi hadiah pada Abunawas. Kecerdikan dan ketulusan hati pasti bisa mengalahkan kelicikan! (*)

Novel Pintu Terlarang

Novelis indonesia, Sekar Ayu Asmara bikin gebrakan dengan menjadikan Novel Pintu Terlarang sebagai sebuah film. Tapi, artikel kali ini khusus buat ngasi tau Resensi Novel Pintu Terlarang aja. Khan, artikel sebelumnya uda tuw bahas Resensi Film dan Pemain Film Pintu Terlarang.

Sekar Ayu Asmar pinter dan luwes banget waktu ngebagi 3 cerita dalam novel ini. Ketiga masalah yang diangkat pun ga’ ada nyambung-nyambungnya. Jadi bingung sendiri awalnya, apa ke-3 cerita ini bakal berbenturan akhirnya?

Sesi pertama nyeritain seorang anak berumur 9 tahun. Nie anak terus menerus ngedapetin kekerasan fisik sejak kecil oleh kedua orang tuanya. Dan dengan Cap anak Nakal yang diberikan orang tuanya, dia tumbuh jadi anak yang abnormal dan berkelakuan aneh.

Pada sesi kedua, diceritakan tentang tokoh utama Novel bernama Gambir. Seorang pria tampan dengan karir sebagai pematung sukses. Gambir memiliki seorang istri cantik, perfeksionis dan juga sukses dalam pekerjaannya, bernama Talyda. Sekilas terlihat, hubungan keduanya sangat bahagia dan serasi. Namun, nyatanya tidak. Ketika mereka hanya berdua, suasana penuh intrik dan misteri mulai menyelimuti. Ketegangan terjadi saat Gambir begitu penasaran dengan sebuah pintu di ruang kerjanya. Talyda menjulukinya, Pintu Terlarang.

Talyda berdiri bertolak pinggang sambil mengancam suaminya “Kamu ingat ya Gambir. Pintu itu adalah pintu yang terlarang.” Ia menudingkan jari telunjuknya dekat ke wajah Gambir. “Sekali kamu buka, semua yang kita telah bina selama ini akan hilang. Sekali kamu buka, hidup kita akan berakhir. Hidup KAMU akan berakhir!!!”

Terakhir, sesi ketiga nyeritain tentang kisah seorang wanita bernama Ranti. Seorang wartawan yang begitu terobsesi mengungkap kisah anak yang jadi korban penganiyaan kedua orang tuanya.

Nah, saat ketiga sesi cerita diatas tadi mulai saling berbenturan, kebenaran pun akhirnya mulai muncul ke permukaan. Gambir, akhirnya membuka Pintu Terlarang dan mulai menemukan jawaban atas rahasia yang selama ini memenjarakannya.

Seru, khan? Baca dee Novel Thriller Pintu Terlarang Ciptaan Sekar Ayu Asmara. Semoga berminat.
Bagi2 ya pendapat kalian disini..


Kalimat Luas Setara Dan Kalimat Luas Bertingkat

KALIMAT adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis harus memiliki S dan P (Arifin dan Tasai, 2002: 58). Ditinjau dari panjang atau pendeknya, sebuah sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Kalimat pendek menjadi panjang atau berkembang karena diberi tambahan-tambahan atau keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau pada keduanya. Pendapat lain mengatakan, “Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik dan turun.” (Ramlan, 2001:6).

Ditinjau dari pola-pola dasar yang dimilikinya, kalimat dapat dibagi menjadi kalimat inti, kalimat luas, dan kalimat transformasional. Tiap-tiap kalimat memiliki unsur inti yaitu sekurang-kurangnya terdiri dari unsur Subjek dan Predikat. Jika salah satu unsur inti tersebut diperluas maka kalimat tersebut menjadi kalimat luas. Jadi, kalimat luas merupakan perluasan kalimat inti yang penggunaannya biasanya sering mengalami kekeliruan dalam hal perluasannya.

Kalimat dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu kalimat sederhana dan kalimat luas. Kalimat sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat yang berklausa satu. Adapun kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas itu bermacam-macam. Macam-macam kalimat luas terdiri atas kalimat luas setara dan kalimat luas tak setara (Alwi dkk, 2004).

Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.

a. Pola kalimat I = kata benda-kata kerja

Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul.

Pola kalimat I disebut kalimat ”verbal”

b. Pola kalimat II = kata benda-kata sifat

Contoh: Anak malas. Gunung tinggi.

Pola kalimat II disebut pola kalimat ”atributif”

c. Pola kalimat III = kata benda-kata benda

Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru

Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. Kalimat ini mengandung kata kerja bantu, seperti: adalah, menjadi, merupakan.

d. Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial

Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor.

Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial

Suatu bentuk kalimat luas hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal sehingga membentuk satu pola kalimat baru di samping pola yang ada.

Kalimat Luas Setara

Kalimat luas setara ialah struktur kalimat yang di dalamnya terdapat sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal disebut kalimat luas setara (koordinatif). Kalimat berikut terdiri atas dua kalimat dasar.

Saya datang, dia pergi.

Kalimat itu terdiri atas dua kalimat dasar yaitu saya datang dan dia pergi. Jika kalimat dasar pertama ditiadakan, unsur dia pergi masih dapat berdiri sendiri sebagai kalimat mandiri. Demikian pula sebaliknya. Keduanya mempunyai kedudukan yang sama. Itulah sebabnya kalimat itu disebut kalimat luas setara.

Ciri-ciri kalimat luas antara lain sebagai berikut:

  1. Kedudukan pola-pola kalimat, sama derajatnya.
  2. Penggabungannya disertai perubahan intonasi.
  3. Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan.
  4. Pola umum uraian jabatan kata : S-P+S-P

Kalimat luas setara dibentuk dari dua buah klausa atau lebih yang digabungkan menjadi sebuah kalimat, baik dengan bantuan kata penghubung ataupun tidak.

Kedudukan klausa-klausa di dalam kalimat setara ini adalah sama derajatnya, yang satu tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain; atau yang satu mengikat atau terikat pada yang lain. Klausa-klausa itu mempunyai kedudukan yang bebas, sehingga kalau yang satu ditinggalkan, maka yang lain masih tetap berdiri sebagai sebuah klausa.

Lihat bagan berikut.

bagan-klausa-11

Pengabungan dua buah klausa menjadi kalimat luas setara ini memberikan makna yang menyatakan penggabungan :

1) Penambahan

Kalimat luas serta setara yang hubungan antara klausa-klausanya menyatakan makna penambahan dibentuk dari dua buah klausa atau lebih; biasanya dengan bantuan kata penghubung dan.

Contoh :

  • Selat Sunda terletak antara Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa dan Selat Bali antara Pulau Jawa dengan Pulau Bali
  • Kami belajar di perpustakaan, mereka bermain di halaman, dan guru-guru mengadakan rapat di kantor.

Kalau ada unsur yang sama dari klausa-klausa yang digabungkan itu, maka unsur yang sama itu dapat disatukan, artinya unsur yang sama itu hanya ditampilkan satu kali saja. Misalnya :

  • Adik belajar bahasa Inggris, Ida bahasa Perancis, dan Siti bahasa Jerman.

Predikat belajar pada klausa kedua dan ketiga dilesapkan; yang ditampilkan hanya pada klausa pertama

2) Pertentangan

Kalimat luas setara yang hubungan anatara klausa-klausanya menyatakan makna ’pertentangan’ dibentuk dari dua buah klausa; biasanya dengan bantuan kata penghubung tetapi atau sedangkan.

Contoh :

  • Saya ingin melanjutkan belajar ke perguruan tinggi tetapi orang tua saya tidak mampu membiayainya.
  • Setahun yang lalu jalan ini bersih dan mulus tetapi sekarang kotor dan berlubang-lubang
  • Kami bertiga mendirikan kemah sedangkan mereka berdua menyiapkan makanan.

3) Pemilihan

Kalimat luas setara yang hubungan antara klausa-klausanya menyatakan makna ’pemilihan’ dibentuk dari dua buah klausa; biasanya dengan bantuan kata penghubung atau

Contoh :

  • Barang-barang pesanan Tuan ini akan Tuan ambil sendiri, atau kami yang harus mengantarkannya ke alamat Tuan?
  • Kamu mau menuruti nasihatku, atau kau dengarkan saja apa kata istrimu?
  • Kau harus segera berangkat atau kita tunggu dulu kedatangan beliau?

4) Penegasan

Kalimat luas setara yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna ’penegasan’ dibentuk dari dua buah klausa;biasanya dengan bantuan kata penghubung bahkan, malah, apalagi, dan lagipula.

Contoh :

  • Barang-barang kerajinan dari daerah itu sudah dipasarkan di seluruh Indonesia, bahkan telah juga di ekspor ke Negeri Belanda.
  • Pembangunan tidak boleh kita hentikan, bahkan harus kita tingkatkan pelaksanaannya.
  • Anak-anak itu memang nakal, apalagi kalau tidak ada ibunya.
  • Daerah ini hawanya sejuk, lagipula pemandangannya indah.

5) Pengurutan

Kalimat luas setara yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna ’pengurutan’ atau ’pengaturan’ dibentuk dari dua buah klausa atau lebih; biasanya dengan bantuan kata penghubung lalu, kemudian, dan sebagainya.

Contoh :

  • Kami menoleh dulu ke kiri dan ke kanan, lalu segera berlari menyeberangi jalan yang ramai itu.
  • Mula-mula mereka membuka pintu itu, lalu mereka menyiapkan pondok-pondok tempat tinggal, kemudian barulah mereka menyiapkan lahan pertanian.

Kalimat Luas Bertingkat

Kalimat luas bertingkat ialah kalimat yang mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur kalimat inti itu misalnya keterangan, subjek, atau objek dapat disebut sebagai kalimat luas bertingkat jika di antara kedua unsur itu digunakan konjungtor. Konjungtor inilah yang membedakan struktur kalimat luas bertingkat dari kalimat setara.

Kalimat luas bertingkat dibentuk dari dua buah klausa, yang digabungkan menjadi satu. Biasanya dengan bantuan kata penghubung sebab, kalau, meskipun, dan sebagainya.

Kedudukan klausa-klausa di dalam kalimat luas bertingkat ini tidak sama derajatnya. Yang satu mempunyai kedudukan lebih tinggi dari yang lain; atau yang satu mengikat atau terikat pada yang lain. Bagan berikut mungkin dapat lebih menjelaskan struktur kalimat bertingkat ini.

struktur-kalimat-luas-bertingkat-1

atau dapat juga sebagai berikut:

struktur-kalimat-luas-bertingkat-2

Penggabungan dua buah klausa menjadi kalimat luas bertingkat ini memberikan makna yang, antara lain, menyatakan :

1. Sebab

Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna ’sebab’ dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat dengan bantuan kata penghubung karena atau sebab.

Klausa pertama (klausa bebas) sebagai induk kalimat menyatakan sesuatu peristiwa yang terjadi sebagai akibat dari terjadinya peristiwa pada klausa kedua (klausa yang tidak bebas) yang menjadi anak kalimat pada kalimat bertingkat itu.

Contoh:

  • Banjir sering melanda kota kami karena saluran-saluran airnya penuh dengan sampah dan kotoran.
  • Karena tidak pandai berenang akhirnya dia hanyut terseret air.
  • Harga jual barang-barang ini terpaksa dinaikkan sebab biaya produksi dan ongkos kerja juga baik.

Anak kalimat dan induk kalimat pada kalimat bertingkat ini dapat dipertukarkan tempatnya. Kalau anak kalimat mendahului induk kalimat maka di muka induk kalimat dapat pula ditempatkan kata penghubung maka, misalnya :

  • Karena tidak pandai berenang, maka akhirnya dia terseret arus.

2. Akibat

Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna ’akibat’ dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat dengan bantuan kata penghubung sampai, hingga, atau sehingga.

Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan terjadinya sesuatu peristiwa yang mengakibatkan terjadinya peristiwa pada klausa kedua

Contoh :

  • Tukang copet itu dipukuli orang ramai sampai mukanya babak belur.
  • Dia suka sekali berjudi hingga harta bendanya habis dan hutangnya menumpuk.
  • Penumpang kereta api itu penuh sesak sehingga untuk meletakkan sebelah kaki pun sukar.

Dalam kalimat luas bertingkat yang hubungannya menyatakan akibat ini, posisi anak kalimat selalu di belakang induk kalimat.

3. Syarat

Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna ’syarat’ dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat; biasanya dengan bantuan kata penghubung kalau, jika, dan asal.

Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan akan terjadinya suatu peristiwa kalau sudah terjadi peristiwa lain yang dinyatakan pada klausa kedua atau anak kalimatnya. Namun, perlu diperhatikan urutan induk kalimat dan anak kalimat dapat dipertukarkan.

Contoh :

  • Saya akan hadir kalau saya di undang.
  • Jika mereka bersalah tentu kami yang akan menindaknya.
  • Gajah bukanlah binatang buas yang suka menyerang asal mereka tidak kita ganggu.

4. Tujuan

Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna ’tujuan’ dibentuk dari dua buah klausa yang digabung menjadi sebuah kalimat; biasanya dengan bantuan kata penghubung agar, supaya, dan untuk.

Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan terjadinya suatu perbuatan yang harus dilakukan agar peristiwa yang disebutkan dalam kalimat klausa kedua atau induk kalimat dapat berlangsung. Disini pun urutan kedua klausa itu dapat dipertukarkan.

Contoh :

  • Jalan-jalan diperlebar agar lalu lintas menjadi lancar.
  • Kamu harus belajar baik-baik supaya hidupmu kelak menjadi enak.
  • Pembangunan ini harus kita teruskan untuk memberi kehidupan yang lebih baik kepada anak cucu kita nanti.

5. Waktu

Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna ’waktu berlangsungnya sesuatu peristiwa’ dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat; biasanya dengan bantuan kata penghubung ketika, sesudah, sebelum dan sejak.

Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan terjadinya suatu peristiwa atau perbuatan, sedangkan klausa kedua sebagai anak kalimat menyatakan waktu terjadinya peristiwa induk kalimatnya.

Urutan anak kalimat dan induk kalimat dapat dipertukarkan tempatnya.

Contoh :

  • Monumen Nasional itu dibuat ketika kamu masih kecil
  • Sesudah selesai memperbaiki saluran air ini, kita akan memperbaiki tanggul sungai itu
  • Dia sudah menyelesaikan tugasnya sebelum bel berbunyi
  • Sejak ibu meninggal kami tinggal bersama kakek di desa

6. Kesungguhan

Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan makna ’kesungguhan’ dibentuk dari dua buah yang digabungkan menjadi menjadi sebuah kalimat; biasanya dengan bantuan kata penghubung meskipun, biarpun, atau sungguhpun. Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan suatu peristiwa atau perbuatan, sedangkan klausa kedua sebagai anak kalimat menyatakan peristiwa atau kondisi yang bertentangan untuk terjadinya peristiwa pada klausa pertama.

Urutan induk kalimat dan anak kalimatnya dapat dipertukarkan

Contoh :

  • Dia berangkat juga ke sekolah meskipun hujan turun lebat sekali
  • Walaupun tidak diizinkan ayah, dia pergi juga ke hutan itu
  • Pembangunan gedung itu belum selesai juga sungguhpun telah menelan biaya ratusan juta rupiah

7. Pembatasan

Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-klausanya menyatakan ’pembatasan’ dibentuk dari dua buah klausa yang digabungkan menjadi sebuah kalimat; biasanya dengan bantuan kata penghubung kecuali atau hanya. Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan suatu perbuatan, dan klausa kedua sebagai anak kalimat menyatakan pembatasan terhadap peristiwa pada anak kalimat

Contoh :

  • Semua soal itu dapat saya kerjakan dengan baik kecuali nomor 17 tidak sempat saya selesaikan
  • Semua orang sudah hadir hanya Siti dan Adi belum nampak batang hidungnya.

Di sini lazim juga kata penghubung kecuali dan hanya diikuti pula dengan kata penghubung kalau. Misalnya :

  • Saya tentu akan datang memenuhi undanganmu kecuali kalau ada halangan yang tidak bisa dihindarkan

8. Perbandingan

Kalimat luas bertingkat yang hubungan klausa-kluasanya menyatakan ’perbandingan’ dibentuk dari dua buah klausa; biasanya dengan bantuan kata penghubung seperti dan bagai.

Klausa pertama sebagai induk kalimat menyatakan suatu perbuatan, sedangkan kluasa kedua sebagai anak kalimat menyatakan perbuatan lain yang serupa dengan perbuatan pada induk kalimat.

Contoh:

  • Dengan cepat disambarnya tas nenek tua itu bagai elang menyambar anak ayam.
  • Dia terkejut bukan main seperti mendengar bunyi guruh di siang bolong.
  • Direguknya air di gelas itu dengan sekali reguk sebagai orang belum minum tiga hari.

Bedasarkan uraian di atas bahwa kalimat luas setara dan kalimat luas bertingkat memiliki perbedaan. Ada tiga pedoman untuk membedakan kalimat luas setara dan kalimat luas bertingkat, yaitu

a. Letak kata penghubung

Pada kalimat luas setara kata penghubung selalu ada di antara klausa yang dihubungkan, sedanagkan pada kalimat luas bertingkat (kecuali dalam beberapa hal) posisinya dapat di antara kedua klausa yang dihubungkan, dapat pula pada awal kalimat.

Contoh :

  • Sidin pergi ke Jakarta tetapi adiknya tinggal di rumah. (setara)
  • Ia pergi ketika kita mengunginya. (bertingkat)
  • Ketika kita mengunjunginya, ia pergi. (bertingkat)

b. Macam kata penghubung

Kata penghubung yang digunakan di dalam kalimat luas setara jumlahnya tidak banyak, antara lain dan, bahkan, lalu, atau, tetapi, hanya, jadi.

Kata penghubung yang digunakan dalam kalimat luas bertingkat antara lain ketika, sebelum, sesudah, sehingga.

c. Lagu/intonasi

Pada kalimat luas setara lagu kalimat mempunyai dua puncak, jadi terbagi menjadi dua makrosegmen, sedangkan pada kalimat luas bertingkat intonasinya hanya mempunyai satu puncak. Dengan demikian lagu pada kalimat luas bertingkat sama seperti lagu pada kalimat tunggal.

Contoh :

  • Uangnya banyak tetapi hidupnya tidak tenteram.
  • Meskipun uangnya banyak, hidupnya tidak tenteram.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin dan E. Zainal dan S. Amran Tasai. 2002. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Presindo.

Alwi, Hasan 2004. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.



Sumber : http://tarmizi.wordpress.com/

oleh : Tarmizi Ramadhan

Bagaimana Memakai Konjungsi?

Konjungsi atau kata hubung adalah kata yang mempunyai fungsi menghubungkan kalimat dengan kalimat lain. Contohnya kalimat berikut:

- Saya bertemu dia ketika kami belajar di Wisma Bahasa.

Kata ketika adalah kata hubung yang menghubungkan kalimat pertama dengan kalimat kedua.

- Kalimat pertama = Saya bertemu dia.

- Kalimat kedua = Kami belajar di Wisma Bahasa.

Dalam bahasa Indonesia ada banyak konjungsi : sementara, sambil, ketika, supaya, sehingga, dan lain-lain. Bagaimana memakai konjungsi itu ?

1. Sementara

- Mempunyai dua subjek yang berbeda.

- Mempunyai aktivitas sama waktu.

Contoh :

Kalimat pertama = Bapak memasak di dapur.

Kalimat kedua = Ibu membaca koran. (pada waktu sama)

Kalimat gabung = Bapak memasak di dapur sementara ibu membaca koran.

2. Sambil

- Mempunyai satu subjek sama.

- Mempunyai aktivitas sama waktu.

Contoh :

Kalimat pertama = Saya membaca koran

Kalimat kedua = Saya medengarkan musik.(pada waktu sama)

Kalimat gabung = Saya membaca koran sambil mendengarkan musik.

3. Ketika

- Mempunyai satu atau dua subjek.

- Mempunyai aktivitas yang tidak sama waktu.

Contoh :

Kalimat pertama = Saya sedang mandi.

Kalimat kedua = Dia datang.(beberapa waktu sesudah saya mulai aktivitas mandi)

Kalimat gabung = Dia datang ketika saya sedang mandi.

4. Supaya

- Mempunyai satu atau dua subjek.

- Kalimat kedua adalah tujuan (goal/aims) kalimat pertama.

Contoh :

Kalimat pertama = Saya belajar keras.

Kalimat kedua = Saya bisa berbicara dalam bahasa Indonesia (kalimat ini adalah tujuan dari ‘ Saya belajar keras ‘, pada saat sekarang saya belum bisa berbicara dalam bahasa Indonesia)

Kalimat gabung = Saya belajar keras supaya saya bisa berbicara dalam bahasa Indonesia.

5. Sehingga

- Mempunyai satu atau dua subjek.

- Kalimat kedua adalah hasil/akibat (effect/result) kalimat pertama.

Contoh :

Kalimat pertama = Tadi malam saya menonton tv sampai jam 12 malam.

Kalimat kedua = Saya terlambat bangun pagi.(kalimat ini adalah akibat atau hasil ‘Tadi malam saya menonton tv sampai jam 12 malam’)

Kalimat gabung = Tadi malam saya menonton tv sampai jam 12 malam sehingga terlambat bangun pagi.

Latihan

Gabungkan dua kalimat ini dengan memakai kata hubung yang tepat !

1.Guru saya menjelaskan tatabahasa. Saya menulis.

2.Saya menyanyi. Saya bermain gitar.

3.Tadi pagi saya tidak makan pagi. Sekarang saya merasa lapar sekali.

4.Saya mau tidur lebih awal. Besok pagi saya bisa bangun pagi-pagi.

5.Dia berolah raga setiap pagi. Dia mau menjadi sehat.

6.Ibu menonton tv. Bapak membersihkan rumah.

7.Saya sedang jalan-jalan di Malioboro. Saya bertemu teman saya.

8.Pieter bekerja keras sekali hari ini. Sekarang dia merasa capai sekali.

9.Dia membaca koran. Dia makan pagi.

10. Saya bekerja di Indonesia. Saya belajar bahasa Indonesia di Wisma Bahasa


Sumber: http://wismabahasa.wordpress.com/
oleh : Wismabahasa

Dongeng Asal Mula Duabelas Shio Binatang

Shio BinatangPada zaman dahulu kala, hiduplah seorang dewa. Pada tanggal 31 Desember pagi sebelum tahun baru, Sang Dewa menulis surat kepada binatang2 diseluruh negeri. Angin lalu menyebarkan surat-surat itu ke seluruh negeri.


Dalam sekejap, para binatang menerima surat2 itu, yang isinya seperti ini:

"Besok pagi di Tahun Baru, aku akan memilih binatang yang paling dahulu datang kesini, dari nomor satu sampai dengan nomor duabelas. Lalu, setiap tahun aku akan mengangkat satu-persatu dari mereka sebagai Jenderal berdasarkan urutan". Tertanda, Dewa.


Para bintang sangat bersemangat dan tertarik dengan hal itu. Mereka sangat ingin menjadi Jenderal. Tetapi, ada seekor binatang yang tidak membaca surat semacam ini, yaitu Kucing yang suka bersantai dan tidur. Ia hanya mendengar berita ini dari Tikus. Tikus yang licik menipunya dan memberitahu bahwa mereka harus berkumpul di tempat Dewa lusa tanggal 2 Januari, padahal seharusnya mereka berkumpul besok pagi tanggal 1 Januari.


Semua binatang bersemangat dan memikirkan tentang kemenangan, dan mereka semua tidur cepat. Hanya Sapi yang langsung berangkat malam itu juga, karena ia sadar bahwa ia hanya dapat berjalan lambat. Tikus yang licik melihatnya lalu meloncat dan menumpang di punggung Sapi, tapi Sapi tidak menyadari hal itu.

Pagi harinya, saat hari masih gelap, Anjing, Monyet, Babi Hutan, Harimau, Naga, Ular, Kelinci, Ayam, Domba dan Kuda semuanya berangkat berlari menuju ketempat Sang Dewa.


Saat matahari mulai terbit, yang pertama kali sampai di tampat tinggal Dewa adalah...Sapi. Tapi kemudian Tikus melompat kedepan dan mendarat tepat dihadapan Dewa. Maka Tikus pun menjadi yang pertama.


Selamat Tahun Baru Dewa...kata Tikus kepada Dewa.


Sapi pun menangis karena kecewa menjadi urutan ke dua.


Di belakang mereka, tibalah Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Domba, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi Hutan datang berurutan. Dengan demikian mereka ditetapkan sebagai pemenang satu sampai dengan duabelas sesuai dengan urutan kedatangannya.


Duabelas ekor binatang ini kemudian disebut dengan 12 Shio Bintang.

Para binatang itu merayakan kemenangan dan berpesta pora sambil mengelilingi Sang Dewa. Lalu, kucing datang dengan wajah yang sangat marah. Ia mencari Tikus yang telah menipunya sehingga ia datang terlambat. Kucing pun berlari mengejar Tikus kesana kemari.


Sejak itu mulailah era Duabelas Shio Binatang, dimulai dari yang pertama tahun Tikus, lalu Sapi, kemudian Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Domba, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi Hutan.


Kucing yang tidak berhasil masuk kedalam Dua belas Shio Binatang sampai sekarang masih mengejar Tikus kesana kemari karena telah ditipu.


Sumber : http://www.ceritaanak.org/

Sajak Khalil Gibran - Nasihat Jiwaku

Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar
mencintai semua orang yang membenciku,

Dan berteman dengan mereka yang memfitnahku.
Jiwaku menasihatiku dan mengungkapkan kepadaku
bahwa cinta tidak hanya menghargai orang yang mencintai,
tetapi juga orang yang dicintai.

Sejak saat itu bagiku cinta ibarat jaring lelabah di antara dua bunga, dekat satu sama lain;
Tapi kini dia menjadi suatu lingkaran cahaya di sekeliling matahari yang tiada berawal pun tiada berakhir, Melingkari semua yang ada, dan bertambah secara kekal.

Jiwaku menasihatiku dan mengajarku agar melihat kecantikan yang ada di
sebalik bentuk dan warna.

Jiwaku memintaku untuk menatap semua yang buruk dengan tabah sampai nampaklah keelokannya.

Sesungguhnya sebelum jiwaku meminta dan menasihatiku,
Aku melihat keindahan seperti titik api yang tergulung asap;
tapi sekarang asap itu telah tersebar dan menghilang, dan aku hanya melihat api yang membakar.

Jiwaku menasihatiku dan memintaku untuk mendengar suara yang keluar bukan dari lidah maupun dari tenggorokan.
Sebelumnya aku hanya mendengar teriakan dan jeritan di telingaku yang bodoh dan sia-sia.

Tapi sekarang aku belajar mendengar keheningan,
Yang bergema dan melantunkan lagu dari zaman ke zaman.
Menyanyikan nada langit, dan menyingkap tabir rahsia keabadiaan..

Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar memuaskan kehausanku dengan meminum anggur yang tak dituangkan ke dalam cangkir-cangkir,
Yang belum terangkat oleh tangan, dan tak tersentuh oleh bibir
Hingga hari itu kehausanku seperti nyala redup yang terkubur dalam abu.
Tertiup angin dingin dari musim-musim bunga;
Tapi sekarang kerinduan menjadi cangkirku,
Cinta menjadi anggurku, dan kesendirian adalah kebahagianku.

Jiwaku menasihatiku dan memintaku mencari yang tak dapat dilihat;
Dan jiwaku menyingkapkan kepadaku bahwa apa yang kita sentuh adalah apa yang kita impikan.

Jiwaku mengatakan padaku dan mengundangku untuk menghirup harum tumbuhan
yang tak memiliki akar, tangkai maupun bunga, dan yang tak pernah dapat dilihat mata.

Sebelum jiwaku menasihati, aku mencari bau harum dalam kebun-kebun,
Dalam botol minyak wangi tumbuhan-tumbuhan dan bejana dupa; Tapi sekarang aku menyedari hanya pada dupa yang tak dibakar,
Aku mencium udara lebih harum dari semua kebun-kebun di dunia ini dan semua angin di angkasa raya.

Jiwaku menasihatiku dan memintaku agar tidak merasa mulia
kerana pujian.
Dan agar tidak disusahkan oleh ketakutan kerana cacian.
Sampai hari ini aku berasa ragu akan nilai pekerjaanku;
Tapi sekarang aku belajar;
Bahawa pohon berbunga di musim bunga, dan berbuah di musim panas
Dan menggugurkan daun-daunnya di musim gugur untuk menjadi benar-benar telanjang di musim dingin.
Tanpa merasa mulia dan tanpa ketakutan atau tanpa rasa malu.

Jiwaku menasihatiku dan meyakinkanku
Bahawa aku tak lebih tinggi berbanding cebol ataupun tak lebih rendah
berbanding raksasa.
Sebelumnya aku melihat manusia ada dua,
Seorang yang lemah yang aku caci atau kukasihani,
Dan seorang yang kuat yang kuikuti, maupun yang kulawan
dalam pemberontakan.
Tapi sekarang aku tahu bahwa aku bahkan dibentuk oleh tanah
yang sama darimana semua manusia diciptakan.
Bahwa unsur-unsurku adalah unsur-unsur mereka, dan pengembaraan mereka adalah juga milikku.

Bila mereka melanggar aku juga pelanggar,
Dan bila mereka berbuat baik, maka aku juga bersama perbuatan baik mereka.
Bila mereka bangkit, aku juga bangkit bersama mereka;
Bila mereka tinggal di belakang, aku juga menemani mereka.

Jiwaku menasihatiku dan memerintahku untuk melihat bahawa cahaya yang kubawa bukanlah cahayaku,

Bahawa laguku tidak diciptakan dalam diriku;
Kerana meski aku berjalan dengan cahaya, aku bukanlah cahaya,
Dan meskipun aku bermain kecapi yang diikat kemas oleh dawai-dawaiku,
Aku bukanlah pemain kecapi.

Jiwaku menasihatiku dan mengingatkanku untuk mengukur waktu dengan perkataan ini: “Di sana ada hari semalam dan di sana ada hari esok.” Pada saat itu aku menganggap masa lampau sebuah zaman yang lenyap dan akan dilupakan, Dan masa depan kuanggap suatu masa yang tak bisa kucapai;

Tapi kini aku terdidik perkara ini
Bahawa dalam keseluruhan waktu masa kini yang singkat,
serta semua yang ada dalam waktu, Harus diraih sampai dapat.

Jiwaku menasihatiku, saudaraku, dan menerangiku.
Dan seringkali jiwamu menasihati dan menerangimu.
Kerana engkau seperti diriku, dan tak ada beda di antara kita.
Kusimpan apa yang kukatakan dalam diriku ini dalam kata-kata yang kudengar dalam heningku,
Dan engkau jagalah apa yang ada di dalam dirimu, dan engkau adalah penjaga yang sama baiknya seperti yang kukatakan ini.

~ Khalil Gibran

Bahasa Indonesia vs Bahasa Asing

Seberapa besar rasa cinta dan bangga kamu terhadap bahasa Indonesia? Hah, besar banget? Kalo gitu mendingan bilang “I love you” atau “aku cinta kamu”? Hmm... Ganti deh! Mendingan bilang “bye-bye” atau “sampai jumpa”?

Memang tidak bisa dipungkiri kalau zaman sekarang lebih enak dan nyaman berbicara dengan bahasa Inggris. Entah itu buat gaya atau sekedar menunjukkan perbedaan strata sosial saja.

Yang pasti, musik pribumi terkena imbas karena arus mordernisasi tersebut. Ada Ten to Five, Mocca, D’Cinammons, Glenn Fredly dan penyanyi lainnya yang sengaja menciptakan lagu dalam bahasa Inggris. Lebih parahnya lagi, ada yang sengaja membuat lagu berbahasa “gado-gado”. Alias, campur-campur.

Sebut saja, Melly Goeslaw dengan Lets Dance dan Butterfly. Krisdayanti, I’m Sorry Goodbye. Dewi Sandra dengan I Love You. Shanty dengan Unbreakable yang menjadi soundtrack iklan Sunsilk. Masih banyak lagu acak aduk lainnya.

Halo??? Ada yang salah dengan bahasa Indonesia???

Pernah sekali waktu saya mendengar siaran Putus di radio Prambors, 89.6 FM. Daging dan Desta mengundang Shanty dalam rangka promosi lagu dan album terbarunya, juga sebagai duta iklan shampoo. Desta bertanya, “Kenapa judul lagunya Unbreakable?” Shanty menjawab, “Soalnya kalau diganti ke bahasa Indonesia artinya kan jadi “nggak patah”. Gak enak aja nyanyinya!”

Dari situ saya menyadari, bahwa harus diakui bahasa Indonesia tidak punya nilai penghargaan yang tinggi dari bangsanya sendiri! Antara memalukan dan menyedihkan bukan?

Kalau memang alasannya supaya masyarakat awam bisa belajar sedikit berbahasa Inggris melalui lagu, rasanya hina sekali. Semudah itukah membuat seseorang tiba-tiba fasih berbahasa? Apalagi bahasa tersebut diaplikasikan dengan bahasa pribumi!

Apakah memang ada yang kurang dengan nilai dan makna dari bahasa Indonesia, sehingga membuat lirik dengan nada jadi nggak asik didengar?

Mungkin sekarang saya dan kamu tidak bisa berbuat apa-apa karena memang lagu tersebut sudah terlanjur dibuat. Bahkan sudah dikenal akrab oleh para pecintanya. Namun satu hal yang perlu ditanamkan dalam generasi musik Indonesia, lirik berbahasa Indonesia akan jauh lebih menjangkau kalangan minoritas yang seharusnya diprioritaskan sebagai kaum mayoritas.

Seperti, lagu-lagu dangdut yang ramai dinyanyikan kalangan minoritas dengan bebas tanpa perlu memedulikan spelling atau pronounciation. Dengan mempertahankan bahasa Indonesia dalam tiap lagu pribumi, sama saja dengan mengabadikan identitas bangsa Indonesia.

Sumber: http://musikamu.multiply.com
oleh : Sari