Rabu, 12 Agustus 2009

Perempuan Yang Hebat

Suasana berisik di sebuah pasar malam membuat kuping gue sangat pengang. Entah itu suara ibu-ibu sedang tawar menawar atau suara permainan komedi putar yang ramai di naiki oleh anak-anak kecil. Tidak hanya itu, di sini penuh sekali orang sampai-sampai gue tidak bisa bernafas. gue dan kawan-kawan kalau tidak karena tugas tiadak mau datang ke tempat ini. Memang asyik tapi untuk anak kecil sedangkan aku empat tahun lagi baru kepala dua. Tak apalah sesekali menjernihkan pikiran yang mumet dengan pelajaran yang hampir setiap hari ulangan harian.
“Ri, pulang yuk! Sumpe deh gue gak kuat di sini.” Ucap Teman baik gue yang bernama Ogi.
“Loe kenapa Gi? Mabok loe?” Tanya Tomo. Dia juga teman baik gue.
“Bener banget. Gue sepertinya kena asma nih gara-gara kekurangan oxigen di tambah bauket gila.” Jelas Ogi yang mukanya sudah seperti mayat hidup.
“Ya sudah, sekarang kita pulang biar nanti gue aja yang ngerjain sisa tugasnya.” Jelas gue.
Gue dan teman-teman keluar dari arena itu dengan terburu-buru. ”Loe berdua tunggu disini aja gue beli minum dulu.” Ucap gue. ”Jagan lama-lama gue udah mau mati!” ucap Ogi yang terduduk pasrah di dekat pangkalan ojek di depan pasar malam itu.
Gue berjalan dengan cepat menuju warung yang menjual air mineral. Gue keluarkan uang sebesar seribu lima ratus dan aku mendapatkan sebotol air mineral. Ketika gue mau berbalik ternyata gue tidak sengaja menabrak seorang Nenek-nenek yang berjalan bungkuk.
”Maaf Nek saya tidak sengaja soalnya buru-buru.” ucap gue sedikit seseal.
”Tak apa cuk.” ucap Nenek itu dengan memegang muka gue dan memperhatikan mata gue.
”Nek, saya duluan ya.” gue pamit.
“Sebentar Nak!”
“Kenapa Nek? Apa ada yang luka?”
“Tidak.”
”Lalu?” tanyaku penuh tanda tanya dan bingung.
”Hai anak muda, hidup mu sangat beruntung. Kelak kau dewasa kau akan mendapatkan wanita yang begitu cantik, pintar dalam segala hal. Wanita itu sungguh dekat pada tuhannya. Ia menutupi auratnya hingga tak sedikit pun yang terlihat. Imannya kepada tuhannya tak pernah gugur seperti daun yang berguguran bila di hadapi suatu permasalahan. Wanita itu juga bisa melakukan segala seuatu. Tetapi anak muda, satu hal yang harus kau ingat baik-baik. Jika kau menghadapinya kau harus berhati-hati untuk memilih wanita itu jika tidak wanita itu akan menjadi milik orang lain untuk selamanya. Dan keberadaan wanita itu tidak terlalu dekat dengan mu.” jelas panjang lebar Nenek itu.
Gue hanya termenung dengan ucapnnya Nenek itu. Saat gue ingin melontarkan pertanyaan gak taunya Nenek itu sudah tiadak ada sepanjang pengelihatan gue, yang gue lihat hanyalah Tomo yang dari kejauhan melambai tangan ke pada gue. guepun berlari kecil menyaparinya.
”Beli minuman aja seabad, ngapain loe tadi pake acara bengong segala? Nih si Ogi udah gak jes bentuknya.” ngomel Tomo ke gue. ”Gi, ni minumannya. Maaf ya tadi ada sedikit masalah. Nanti kalau ada waktu gue mau cerita pada loe berdua.” ucap gue sambil membuka tutup minuman itu.
Setelah Ogi sedikit baikan, kita semua pergi dari tempat itu dan pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah, perkataan nenek-nenek tadi sangant membingungkan, entah mengapa sampai detik ini gue masih memikirkannya. Gue putuskan untuk memejamkan mata.
”Hai anak muda, hidup mu sangat beruntung. Kelak kau dewasa kau akan mendapatkan wanita yang begitu cantik, pintar dalam segala hal. Wanita itu sungguh dekat pada tuhannya. Ia menutupi auratnya hingga tak sedikit pun yang terlihat. Imannya kepada tuhannya tak pernah gugur seperti daun yang berguguran bila di hadapi suatu permasalahan. Wanita itu juga bisa melakukan segala seuatu. Tetapi anak muda, satu hal yang harus kau ingat baik-baik. Jika kau menghadapinya kau harus berhati-hati untuk memilih wanita itu jika tidak wanita itu akan menjadi milik orang lain untuk selamanya. Dan keberadaan wanita itu tidak terlalu dekat dengan mu.”
”Aaaa......” gue bangun. ”Untunglah cuma mimpi saja.”
# # #
”Hai bro! Kenapa ngelamun aja?” tanya Ogi. ”Gak, gak kenapa-napa.” jawab gue.
”O iya, tadi loe di cariin sama Nadia tuh, katanya jadi gak wawancarai ketua rohis,taekwondo dengan apa gitu yang baru.” tanya Tomo.
”Ya ampun gue sampe lupa. Ya udah deh gue ke kelas dia dulu sebentar.” Gue langsung keluar dari kelas.
“Ari, loe udah ngerjain PR mat belom?” tanya Ogi.
“Ya ampun gue lupa juga. Eh tapi pelajaran terakhir ini kan? Ya undah itu bisa di atur.” Teman gue geleng-geleng kepala sedangkan gue langsung ngibrit ke kelas Nadia.
“Pagi kak?” sapa anak perempuan dengan penampilan yang nyentrik.
“Pagi juga.” Jawab gue. Gak enak juga jalan di koridor anak kelas sepuluh sendirian tapi gak papalah dari pada tugas gue gak kelar-kelar. Akhirnya sampai juga di kelas Nadia.
“Maaf bisa tolong panggilin Nadia gak?” suruh gue sama anak cowok yang mau keluar dari kelas itu.
“Eh, kak Ari kenapa?” tanya Nadia.
”Tanya kenapa? Tadi bukannya nyariin gue?”
”Oh, iya itu jadi gak wawancarai ketua ekskul buat mading bulan depan?”
”Jadilah gimana kalu misalkan nanti pulang sekolah ngumpul kita bicaraiin tentang ini.” usul gue.
”Oh yaudah.”
”Kasi tau anak kelas sepuluh yang lain kalo gue kasi tau yang kelas sebelasnya.”
”Oke. Makasi.”
Gue pun turun kembali ke kelas. Saat di tikungan mau menuju kelas gak taunya gue menabrak seseorang.
”Bruukkk......”
”Aduh....”
Gue menabrak perempuan yang membawa buku lumayan banyak. Karena ini kesalahan gue mangkanya gue bantuin.
“Maaf ya.” Saat perempuan menatap gue, dia langsung menebarkan senyuman pada gue.
“Oh, gak papa kak ini salah saya.” Gue dengan dia sama-sama berdiri.
“Duluan ya kak.” Dia pamit. Dia pergi dengan anggun. Sepulang sekolah, gue pergi ke ruang mading untuk nunguin anak mading yang lain. Gue sendirian, Ogi ada ngumpul di ekskul ilmiah. Tomo ngumpul di taekwondo. Gue??? Tapi, gue masih bingung dengan apa yang di ucapin Nenek-nenek semalam. Apa jangan-jangan Nadia lagi. Eh bener tuh kan katanya perempuan misterius itu cantik, nadia juga cantik. Pintar dia juga rengking satu. Gak kelihatan sedikit auratnya Nadia juga pakai jilbab. Kenapa harus hati-hati memilih kalau sudah jodohkan gak kemana-mana?
Tok....tok...tok....
Suara itu membuyarkan lamunanku.
”Masuk.” suruh gue.
"Oya kak ada satu murid baru.” ucap Nadia.
”Bagus dong. Sekarang di mana?” tanya gue.
“Katanya masi ada yang harus dia urus sebentar. Mungkin telat.” jawab Nadia.
”Kayaknya udah pada ngumpul semua ya? Kenapa gak kita mulai aja Ri?” tanya wakil ketua mading yang namanya Lisa.
”Lima menit lagi. Karena ada anak baru yang ikut mading.”
Tok....tok...tok...
”Assalamua’alaikum?” seorang perempuan berjilbab rapi mengucapkan salam.
”Wa’laikum salam.” jawab semua anak mading yang ada.
”Hai semua?” sapa perempuan itu dengan senyuman.
”Kak Ari ini lo anak mading yang baru.”
”Lho, bukannya kamu yang tadi? ”
”Eh kakak yang tadi pagi nabrak saya ya? Kayaknya kita sehati deh bisa ketemu lagi.” Perempuan itu langsung ngasi sesuatu ke Nadia.
”Baik, silakan duduk semuanya. Sebelum kita mulai rapatnya, ada anak baru di ekskul mading ini jadi kita beri waktu untuk memperkalkan diri. Silakan.” suruh gue.
”Terimakasi.” dia berdiri. ” Assalamua’alaikum semuanya. Kakak-kakak maupun temen-temen semuanya. Saya mau memperkenalkan diri. Nama saya, Maryam cukup panggil saya Rya aja gak papa kok. Saya sekelas sama Nadia. Jadi cukup sekian terima kasih.” duduk kembali.
”Nama gue Ari. gue disini sebagai ketua mading.”
“Gue Lisa. Wakil ketua. Yang sebelah kiri gue Boby sekertaris1, sebelahnya Doni sekertaris2 dan yang lainnya kenalkan.” Ucap Lisa. “Kita mulai rapat kali ini. Rencananya bulan depan kita mau nerbitin hasil wawancara dari masing-masing ekskul tapi sampai saat ini belum ada yang wawancarai. Selain itu ada masalah lagi bulan depan tinggal besok dan mading ini harus terbit awal bulan. Ini semua karena kebanyakan libur Idul Fitri. Jadi menurut kalian bagaimana?” jelas gue.
”Maaf kak, gimana kalo kita panggil aja ketua ekskul masing-masing ke sini terus kita wawancarai satu persatu.” usul Tina.
”Gak mungkin Tina soalnnya kita lagi nguber waktu. Gue rasa untuk seharian wawancarai tu masing-masing ekskul gak akan cukup.” jelas Lisa.
”Emangnya ada berapa ekskul kak?” tanya Maryam.
”Sekitar sepuluh sampai dua belas.” Jawab Lisa.
“Segitu ya! Pasti anak mading lebih dari itu kan?” tanya Maryam. ”Maksudnya?” tanya Ari.
”Gini lo. Katanya mading buat bulan depan itu kepepet dan nguber waktu. Aku punya ide jadi mulai besok satu persatu dari anak mading secara bersamaan mewawancarai masing-masing ekskul jadi pasti selesainya barengan juga dan nggak ngebuang waktu.”
”Gue ngerti dan setuju dengan usul Maryam. Yang lainnya gimana?” tanya Lisa.
”Setuju....” ucap semuanya.
# # #
”Akhirnya mading kita kali ini banyak yang baca. Makasi ya buat semuannya yang sudah ngebantuin mading ini.” ucap Ari.
”Terus tema buat bulan Depan apa?” tanya Doni.
“Ntar deh gue pikirin lagi. Yang jelas yang bagus.”
“Ya iyalah.” Lemes Nadia.
“Maryam, lagi ngapain loe?” tanya Ari.
“Oh, ini lagi buat burung.”
”Burung?” ucap semua anak mading dengan bingung.
”Iya burung.”
”Buat apa?” tanya Ari.
”Gak buat apa-apa sih. Tapi maryam jadi punya ide buat mading bulan depan.” jawab Maryam.
”Apa?” tanya semuanya.
”Tentang kesenian. Jadi bikin angket perkelas untuk nentuin kesenian apa yang paling di minati. Setelah tau apa, misalnya musik dan nanti kita bahas darimana asal musik siapa yang nyiptainnya dan sebagainya. Tapi sih terserah ini kan baru ide aja. Kalo ada yang lebih bagus sih ya mendingan yang lebih bagus.” jelas maryam panjang lebar.
”Ri, menurut gue sih bagus juga itu idenya. Lagian kan kita selama ini belum pernah bikin tema atau judul seperti itu.” jelas Lisa. ”Yang lainnya gimana?” tanya yang lainnya.
”Kita coba aja dulu. Lagiankan masih panjang waktunya.” ucap Nadia.
”Oke.” Sebulan kemudian.
”Ari...” teriak Lisa.
”Ada apa sih teriak-teriak?” tanya Ari.
”Liat nih Ri. Biasanya ni kotak saran kosong kalau pun ada palingan cuma satu tapi kenapa sekarang banyak begini?” tanya Lisa kebingungan.
” Iya juga. Tapi itu masi mending Lis liat nih di meja gue!” ”Kenapa ya?” lisa bertanya-tanya.
”Udah sebagian gue baca. Kebanyakan sih mereka seneng dengan apa yang kita terbitin mulai dua bualn yang lalu dan mereka berharap kita bisa menerbitin yang temanya yang bagus.”
"Kalo gitu sekarang mading kita berjaya dong!” nyambung Tina. ”Bisa di bilang sih iya. Tapi gue sekarang lagi pusing mikirin ulangan yang setiap hari jadi gue minta bantuan loe pada ya mikirin tema buat bulan depan.” Ucap gue kualahan.
“Pagi.” Sapa Maryam. “ Kenapa? Kok banyak surat begini?” tanyanya bingung.
“Ini semua berkat loe Yam.” Semua senyum.
“Kok Maryam emangnya kenapa?” Maryam bingung.
“Mereka semua bikin saran ke mading kita supaya mading kita ini lebih bagus lagi.” Jelas Tina.
“Wah bagus dong. Lagian bukan Maryam aja kali yang lainnya juga bagus.” Maryam merendah diri.
Sepulang sekolah gue, Ogi, dan Tomo makan bareng di kantin. ”Mau ngomong apa Ri?” tanya Tomo.
”Loe masih ingetkan pas di pasar malam waktu itu.” tanya Ari. ”Kenapa emangnya?” sahut Ogi.
”Waktu itukan gue beli minuman buat Ogi, masa ya gue ketemu dengan Nenek-nenek padahal gue udah minta maaf dengan dia eh... malah dia bilang begini sama gue ”Jika gue udah dewasa nanti gue dapet jodoh perempuan yang cantik, pinter, berjilbab tapi kata nenek-nenek itu gue harus hati-hati nyari itu cewe.” Gue harus gimana dong? Semenjak itu terjadi, gue selalu mimpiin itu.” ”Ya jelas lah lo mimpiin itu. Abisnya loe mikirin itu terus.” jelas Ogi.
”Ada lagi yang dia omongin?”
”Ada.”
”Apa?” tanya Ogi sama Tomo.
”kalau gak salah Jarak antara gue sama dia itu dekat, mungkin kayak gue kenal dengan dia begitu juga sebaliknya.”
”Ada lagi?”
”Gak.” Ari menggelengkan kepala.
”Cewek berjilbab yang deket sama loe setau gue cuma Nadia. Dia kali. Loe suka gak sama dia?” tanya Tomo.
”Gue pikir sih Nadia juga tapi gue masih ragu. Soalnya nenek-nenek itu bilang gue harus hati-hati milihnya kalo ngak ntar cewek itu jadi milik orang lain. Maksudnya?”
“Mungkin loe harus ngerebut hati Nadia sebelum orang lain.” Jawab Ogi.
“Iya juga ya!” Ari mikir-mikir.
“Gue dukung deh Ri. Iya kan Tom ? ” tanya Ogi
”Betul banget”
”Ri, mading kitakan ada anak baru tuh gue rasa dia juga cantik feminin gitu loh.”
”Ah, dasar Tomo gak bisa diem kalao ngeliat cewek cantik.”
# # #
Setelah sebulan gue PDKT sama Nadia, gue akhirnya jadian juga sama Nadia. Tapi kenapa setelah gue jadian sama Nadia tetap aja nenek itu selalu hadir dalam mimpi gue lebih sering dari sebelum jadian. Saat gue habis ngedate sama Nadia hari sabtu malam, gue nganterin Nadia pulang ke rumahnya, tiba-tiba ada sekelompok pria yang berwajah sanganr memberhentikan mobil yang sedang gue kendarain.
Tok....tok....tok....
Salah satu pria dari mereka mengedor-gedor kaca jendela sebelah gue. Nadia sudah ketakutan.
”Heh jangan pura bego deh buka ayo pintunya?” suruh pria yang mengedor jendela gue.
”Ri, gue takut banget. Udah buka aja pintunya kasi aja apa yang dia mau dari pada nyawa kita taruhannya.” Nadia berseru.
Kita berdua turun dari mobil seketika itu juga, tas Nadia di rampas kemudian HP gue dia ambil dari saku setelah itu gue di pukulin habis-habisan sedangkan Nadia hanya berteriak.
”Ari awas Ari awas...” Gue terjatuh dan gak berdaya.
Nadia di dorong ke tengah jalan dan mau di perkosa gue langsung nolongin Nadia tapi mereka malah memukuli gue dan dia mengambil batu besar lalu menimpuk gue dan Nadia. Gue gak betindak hanya melindungi nadia tapi kenapa tak terjadi apa-apa. Gue coba membuka mata untuk melihat yang terjadi.
”Hei kalo mau ngerampok jangan sama orang yang lemah. Sini lawan gue.”
"Maryam. Maryam ngapain di sini?"tanya Ari.
“Kak Ari sama Nadia pergi sana biar Maryam yang ngatasin ini.” ucap Maryam.
”Loe?” tanya Ari.
”Gak usah pikirin Maryam. Maryam bisa ngatasin ini mendingan cepat pergi sana. Tapi jangan lupa lapor polisi.” ucap Maryam sambil cengengesan.
Terimakasih Maryam dan maaf gue ninggalin loe. Gue pergi dan mencari pertolongan.
”Hei kalo ngerampok liat orangnya dulu.” Gue liat Maryam menghabisi perampok itu tanpa ampun. Tak lama kemudian polisi datang.
Polisi pun datang ke TKP aku dan Nadia sedang di obatin dan semenjak gue kembali gue gak melihat Maryam.
”Pak tadi bapak liat anak perempuan pake jilbab besar ke sini?” tanya gue.
”Maryam?” tanya balik polisi itu.
”Iya pak.”
”Dia sudah pergi dari tadi. Perempuan yang perfact.” Polisi itu langsung pergi.
# # #
“Hai anak muda sesungguhnya kamu telah kehilangan seorang perempuan yang tadinya calon pendampingmu. Aku sudah katakan padamu. Kau harus hati-hati memilih. Tetapi kau memilih wanita yang sangat berbeda jauh dengannya. Kau sudah memilih takdirmu dan waktu tidak bisa kembali terulang.”
“Tidaaaaaakkkk.....”
Saat di sekolah gue menanyakan pada kedua sahabat baik gue. “Jadi menurut loe gue harus bagaimana” tanya gue.
“Polisi itu bilang perempuan perfact. Apa jangan-jangan Maryam semua yang ngabisin itu perampok?” tanya Ogi.
”Iyalah. Gue berhutang budi sama Maryam, bukan hanya dalam mading aja dia juga udah nyelamatin nyawa gue dan Nadia.”
”Gue rasa loe emang keliru Ri. Guekan udah nanya sama loe waktu itu apa ada yang kurang dari ucapan Nenek itu tapi loe bilang ga ada. Tapi kalo nggak keliru masa iya bisa salah!. Menurut gue sih masih ada yang kurang kalo nggak gak mungkin loe keliru.” Tomo menganalisa.
”Braaakkkkk!!!” Ari memukul meja.
”Kenapa lo Ri?” tanya Ogi.
“Bener Tom ada yang kurang. Gue baru inget kalo Nenek-nenek itu pernah bilang sama gue kalu perempuan yang nenek itu maksud adalah perempuan itu bisa...bisa... apa ya gue jadi luapa!” ”Loe emang orangnnya pelupa!” ejek Ogi.
”O iya perempuan itu bisa melakukan segala susuatu. Segala susuatu.”
”Tuh kan Ri. Walau itu kata gak berguna tapi ternyata itu lebih penting.” ucap Ogi. ”Terus. Si Nadia itu bisa ngapain aja? Sudah terbukti kalau dia gak bisa bela diri.”
“Menurut gue Maryam deh yang di maksud Nenek itu Ri. Ya... walau gue tau sedikit tentang dia, awalnya gue kira dia itu femenin banget karena dia ikut ekskul kuliner tapi yang bikin gue kaget pas dia ikut sekali dia masuk ekskul taekwondo dan dia sudah sabuk hitam di atas gue. Bayangin donk!.” Ucap Tomo.
“Sebentar, gue baysngin dulu!” Ogi melucu.
“Gue rasa walau loe udah telat tapi dari pada loe penasaran menidingan loe coba deketin atau PDKT dengan dia tapi jangan sampe ketauan Nadia.” Jelas Tomo. Sepulang sekolah, gue ngambil motor di parkiran gak sengaja gue bertemu Maryam di parkiran motor juga.
“Hai maryam.”
“Hai juga.”
Dia membuka jok motornya untuk mengambil helm dan jaket. “Maryam.” Panggil gue.
“Iya.”
“Yang kemarin terima kasih ya!”
”Oh, sama-sama. Namanya juga manusia kan harus saling tolong menolong.”
”Iya juga. Oiya, abis ini mau ke mana?”
”Pulang.”
”Sama dong.”
”Duluan ya kak!”
Sesampai di rumah gue coba SMS-an dengannya.
Hai Maryam lagi ngapain? Menurut loe tema mading bulan Depan apa ya? -Ary-
Sepuluh menit kemudian dia baru balas SMS gue.
Maaf kak! Tadi ,M srysm habis sholat. Gimana kalau tentang makanan yang Di sukai dan metodenya sama Kaya bulan lalu.
Esok siang, gue coba untuk membahas tema bulan depan pada anak mading semunannya.
”Menurut kalian gi mana tentang makanan yang di sukai buat tema bulan depan?” tanya gue pada anak mading.
”Boleh juga idenya tu. Manusia gak mungkin kalau gak makan.” Jelas Bom-bom.
“Yang lainnya setuju? metodenya sama kaya bulan lalu.” “Setuju.” Ucap semuannya.
Sepulang dari rapat, mumpung Nadia gak masuk hari itu, gue coba bicara dengan Maryam.
“Maryam. Gue ingin ngomong sedikit bisa kan?”
”Bisa.”
”Gue kan ketua di mading ini jadi gue ingin nanyai biodata loe. Ntar kalo ada apa-apakan jadi gampang menghubungi atau apa gitu. Yang lainnya juga gitu.”
“Boleh.”
“Hobi loe apa?”
“Gue suka melakukan segala sesuatu.”
Druaaarrrr....
Seperti terdengan suara geledek yang besar di gendang telingaku dan teringat ucapan Nenek-nenek itu.
”Kak Ary. Kenapa?” Maryam menyadarkan gue.
”Gak papa kok.”
Sore itu gue menanyakan semua pada meryam. Dan anehnya semua pembicaraan gue tadi dengannya itu semua sama persis yang di katakan semua dengan Nenenk itu. Gue juga bilang dengan Ogi dan Tomo. Ogi nganjurin gue untuk mengatakan semuanya yang terjadi pada Maryam apa pun yang akan terjadi.
Esoknya gue sudah putus asa nyariin Maryam soalnya gak ketemu-ketemu. Gue putuskan untuk besok aja ngomongnya. Sore ini sepertinya akan hujan langit mulai mengitam. Gue jalan menuju rumah tiba-tiba di tengah perjalanan hujan turun dengan deras. Jadi gue berteduh di halte terdekat. Gue mendengar suara yang mirip seperti suara Maryam. Gue menoleh ke suara itu ternyata benar maryam juga sedang berteduh di halte ini. Gue samperin dia.
”Maryam.”
”Eh kak Ari. Berteduh juga?”
”Iya nih abisnya hujan deres banget jadi terpaksa deh. Gue boleh duduk di sini?”
“Silakan.”
“Nih minumannya Neng.” Pedagang itu memberikan sebuah minuman soda pada Maryam.
”Minum kak.” Tawar Maryam.
”Thank’s.. Maryam?” panggil gue.
“Ya. Kenapa? Ngomong aja.”
“Em, gue sendiri bingung gimana harus berbicara, memulai atau apa gitu.”
"Kenapa bingung?”
“Beberapa bulan yang lalu gue bertemu dengan seorang Nenek-nenek gue baru inget kata-kata dari dia.”
“Nenek-nenek itu bilang apa?”
”Nenenk itu bilang : Hai anak muda, hidup mu sangat beruntung. Kelak kau dewasa kau akan mendapatkan wanita yang begitu cantik, pintar dalam segala hal. Wanita itu sungguh dekat pada tuhannya. Ia menutupi auratnya hingga tak sedikit pun yang terlihat. Imannya kepada tuhannya tak pernah gugur seperti daun yang berguguran bila di hadapi suatu permasalahan. Wanita itu juga bisa melakukan segala seuatu. Tetapi anak muda, satu hal yang harus kau ingat baik-baik. Jika kau menghadapinya kau harus berhati-hati untuk memilih wanita itu jika tidak wanita itu akan menjadi milik orang lain untuk selamanya. Dan keberadaan wanita itu tidak terlalu dekat dengan mu.”
”Lalu apa yang terjadi?”
”Aku berfikir teman dekat aku itu yang berjilbab Cuma Nadia dan aku juga bilang pada ke dua sahabatku mungkin Nadia. Jadi gue putuskan gue jadian sama Nadia tapi tiba-tiba kejadian itu terjadi. Malam itu juga Nenek itu masuk dalam mimpiku dan dia berkata: Hai anak muda sesungguhnya kamu telah kehilangan seorang perempuan yang tadinya calon pendampingmu. Aku sudah katakan padamu. Kau harus hati-hati memilih. Tetapi kau memilih wanita yang sangat berbeda jauh dengannya. Kau sudah memilih takdirmu dan waktu tidak bisa kembali terulang. Sungguh Yam gue gak tau harus bagaimana saat itu. Terus gue bilang lagi pada sahabat gue dan setelah dianalisa oleh Tomo dan Ogi, di mengira kalau perempuan yang di maksud Nenek itu adalah teman yang gak deket sama gue.”
”Lho emang benarkan.”
”Benar?” tanya gue bingung.
”Coba deh kakak ulangi kalimat yang terakhir.” suruh Maryam ”Jika kau menghadapinya kau harus berhati-hati untuk memilih wanita itu jika tidak wanita itu akan menjadi milik orang lain untuk selamanya.”
”Terus?”
”Gak ada lagi.”
”Ada kok. Yang keberadaan wanita itu tidak sangat dekat. Bukannya itu yang tadi kakak ucap?”
”Ya ampun Maryam. Ternyata benar dugaan temen gue.”
”Loe udah tau siapa dia?”
“Gue udah tau.” gue berfikir sejenak.” Loe mau tau Yam?” “Siapa ? “
“Loe Maryam.’’
“Hah, Maryam. Salah kali Kak. Kenapa harus Maryam kan banyak wanita yang lain.’’
“Gue tau dan kata Nenek itu juga gue udah telat untuk mendapatin Maryam jadi gue cuma berusaha. Maryam mau jadi pacar gue ?“
“Hahah, Kak Ari itu lucu. Kakakkan sudah jadian sama Nadia. Lagian itu kan cuma omongan dari orang lain dan emang sih kita harus mempercacai orang lain tapi ya menurut Maryam jangan segitunya. Jujur Kak, misalkan Maryam juga suka dengan kak Ari tetap aja Maryam gak mau pacaran karena itu dosa dan di tambah cinta itu gak bisa dipaksakan. Apalagi kakak baru menanam cinta bersama Nadia dan itu jangan di hancurin karena cinta itu bukan permainan. Maryam yakin kalau semua perempuan itu hatinya sangant sensitif. Hati perempuan itu bagaikan berlian dan jika ada yang menyakiti hati perempuan maka sama aja bagai berllian yang hancur berkrping-keping. Dan satu lagi jika memang yang di katakan Nenek itu benar kan jodoh atau pasangan setiap manusia itu tidak akan pergi jauh dan sudah di tentukan sama Allah. Dan Maryam gak mau cuma karena nenek itu dan Maryam kakak hancurkan cinta kakak dengan Nadia.”
Perkataan yang di ucapkan Maryam itu ada benarnya dan menggerakkan hati gue. Dan gue putuskan untuk menjaga cinta gue dengan Nadia. Dan ada hikmah dengan kejadin ini semua yaitu gue harus bisa memilih jalan hidup gue dengan hati-hati. Setelah ini juga gak hanya ekskul mading aja yang berjaya tapi setiap ekskul yang di ikuti maupun yan tidak ikuti Mryam menjadi jaya dan semakin sedikit persentase anak murid yang tidak ikut sama sekali ekskul. Saat kenaikan kelas yang mendapat ranggking satu dari seanggkatanya yaitu Maryam yang tadinya Nadia di semester satu. Dan saat pemilihan ketua OSIS saat kelas dua, Maryam lah yang terpilih. Suara yang memilih maryam sangat jauh dari yang lain. Gue cukup puas bisa mengenal Maryam dan gue rasa bukan gue aja yang bilang seperti ini ”Memang pantas Maryam mendapatkan semua itu. Perfact girl, altough no somebody perfact in wold.”

karya : arofah
sumber : http://cerpen.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar