Minggu, 04 Oktober 2009

Akhir Sebuah Pesan

Aku murid pindahan di SMA Bakti. Sebelumnya aku bersekolah di salah satu SMA Swasta di kawasan perkotaan. Tapi, karena mengikuti tugas papa yang seorang insinyur pembangunan kami sekeluarga harus ikut pindah untuk sementara ke luar kota. Kami tinggal disebuah desa yang damai dan sejuk, jauh dari lalu lalang kesibukkan kota. Dari sinilah pertemananku dengan Rey dimulai. Memang, sejak pertama kali aku bertemu dengan Rey ada suatu keganjilan pada dirinya. Rey seorang anak yang senang menyendiri, jarang kulihat dia berbincang dengan teman-teman sekelas. Kali ini aku mencoba untuk memberanikan diri berbicara dengannya. Sebab ada sesuatu yang menarikku untuk berteman dengannya, entah apa itu.“Hmm, permisi. Perkenalkan namaku Dylan, kamu pasti Rey,” ucapku sambil mengulurkan tangan. Saat itu pula dalam benakku muncul berbagai pertanyaan, bagaimana jika Rey tidak memperdulikanku dan pergi begitu saja? Ternyata dugaanku itu salah. Rey menanggapi kehadiranku dengan baik.“Ya, aku Rey. Kamu murid baru itu kan, Dylan,” Rey tersenyum lembut seolah tahu apa maksudku. “Eh, Rey kenapa sih kamu kok jarang berbincang dengan teman lain. Padahal kamu itu ternyata anaknya enak diajak bicara lho,”tanyaku pada Rey.“Mungkin... sebentar lagi kamu akan tahu yang sebenarnya Dylan,” jawab Rey dengan nada datar namun serius.Yang benar saja kata-kata Rey barusan membuat aku takut sekaligus penasaran. Apa ya, maksud dari perkataan Rey tadi? Apakah tidak ada sebuah penjelasan yang lebih logis lagi? Entah benar atau tidak yang dikatakan Rey tadi aku tidak tahu, yang pasti aku merasa harus mengungkapkan sebuah misteri pada diri Rey.“Maaf, apa maksud dari perkataanmu tadi Rey?”. “Sudahlah Dylan tidak usah diteruskan, besok baru aku akan mengatakannya padamu, Ok!” jawab Rey seraya meninggalkanku. Saat itu pula semilir angin lembut merasuki tubuhku, membuat jiwaku sedikit tenang.Bel pulang sekolah berbunyi saatnya para murid bergegas untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Aku pulang dengan berjalan kaki, karena rumahku tidak begitu jauh dari sekolah. Rasanya saat ini hatiku sedang kalut termakan waktu, aku mulai merasakan sesuatu sejak berteman dengan Rey. Kehidupanku mulai berubah, banyak hal aneh yang terjadi pada diriku.
***
Gorden kamarku bergoyang tertiup angin, kulihat indahnya langit disinari cahaya bintang dan bulan. Sejenak aku berpikir, dunia ini memang aneh, begitu banyak kisah yang terjadi dan sebuah takdir yang harus dijalani.Tiba-tiba saja mataku terasa begitu berat dan dengan cepat aku terlelap dalam tidurku. Anehnya dalam mimpiku muncul seorang kakek yang tidak kukenal. Dan aku mencoba untuk bertanya pada kakek tua itu. “Maaf, kakek siapa? Dan apa yang sedang kakek lakukan disini?” Ternyata, ekspresi kakek itu sama dengan apa yang dilakukan oleh Rey. Kakek tua itu hanya tersenyum lembut seolah berkata, suatu saat kau akan mengetahuinya.“Dylan...!!! Cepat bangun sayang, sudah pagi nanti terlambat sekolah lho,” suara mama membuatku terjaga dari tidurku.“Iya, ma…! Dylan bangun,” mimpi apa tadi, lagi-lagi hal aneh terjadi. Siapa ya kakek itu? Tapi hati ini rasanya begitu dekat dengan kakek tua itu. Sudahlah aku harus berangkat sekolah.
***
Di sekolah, aku terburu-buru untuk menemui Rey. Tapi tidak kutemukan Rey dimanapun. Akhirnya setelah setiap sudut sekolah ku jelajahi barulah aku menemukan Rey diruangan Lab. IPA, entah apa yang sedang dilakukannya. Yang kutahu hanyalah melihat Rey sedang menatap langit-langit seolah berbicara pada mereka. Selintas aku berpikir, apakah Rey sudah gila. Tapi tak kuhiraukan pikiran itu, aku mencoba untuk berpikir positif. Kutemui Rey dan bertanya apa yang sudah terjadi selama ini. Tiba-tiba Rey mengatakan suatu hal yang tidak ku mengerti.“Dylan... aku rasa sudah saatnya kau harus mengetahui ini semua. Peganglah tanganku dan pejamkan mata,”ungkap Rey meyakinkan.Kucoba untuk mengikuti apa yang dikatakan Rey. Tiba-tiba seperti ada kekuatan besar yang mendorong dan sebuah angin kencang meliputi kami. Saat Rey mengatakan untuk membuka mata, penglihatanku seakan tak percaya akan apa yang ada di depan mataku. Sebuah pemandangan yang tak dapat dijelaskan secara nalar manusia sedang kulihat. Aku merasa berada di alam lain, sebuah padang rumput luas ada didepan mata. Padahal baru saja kami di ruang Lab. IPA di sekolah. “Dylan, coba lihatlah sekelilingmu lebih seksama lagi. Apa yang kamu lihat?” perkataan Rey membuyarkan lamunanku.“Baiklah, Rey,” jawabku. Tak lama kemudian baru kusadari bahwa didepanku ada sebuah rumah yang sangat mewah, tapi rumah itu terlihat sangat kuno dan nampaknya rumah itu tak asing bagiku, ternyata rumah itu mirip dengan rumah di desa yang sedang aku tempati saat ini. “Bukankah itu rumah yang saat ini aku tempati?”
“Benar, Dylan. Sebenarnya semua silsilah keluargamu berasal dari sini dan kau terpilih untuk mengungkap ini semua. Saat ini aku membawamu ke masa lalu atas permintaan seseorang, kau lihat seorang kakek disana? Amatilah apa yang sedang dilakukan kakek tua itu,” ujar Rey padaku.“Baiklah, sepertinya kakek itu sedang menanam sesuatu tapi bukan tanaman yang sedang beliau tanam. Tapi apa? Eh, lihat Rey sepertinya kakek itu yang pernah muncul dalam mimpiku,” “Ayo! Dylan kita ke sana kakek itu sudah masuk kedalam rumah. Kita lihat apa yang ditanam,” teriak Rey. “I...iya, Rey,”ucapku terbata-bata kebingungan.Kami mulai menggali dengan alat seadanya, tapi...hampir saja kami menemukan apa yang telah kami cari selama ini. Tiba-tiba saja teman kami yang bernama Soraya datang ke ruang Lab. IPA, mengagetkan kami berdua sehingga kami kembali ke dunia nyata. Padahal belum sempat kami mengetahui apa yang di tanam kakek itu. Seketika itu pula Rey menyingkir dan berlari meninggalkan kami. Sementara Soraya bingung melihat apa yang terjadi aku berlari menyusul Rey.“Rey….!!! Tunggu! Sekarang apa yang harus kita lakukan?” Tanyaku kebingungan.“Ini memang sudah takdir, kita tidak boleh menggalinya lewat alam lain. Tapi harus dalam dunia nyata. Kita harus melakukannya sekarang, Dylan antar aku ke rumahmu. Mintalah bantuan orang tuamu untuk menggalinya,” pinta Rey.“Baik!”
***
Mama dan papa membantu kami menggali tanah didepan halaman rumah. Dan ternyata memang benar ada sesuatu didalamnya. Sebuah peti baja berlapis perak yang berisi sebuah naskah kuno yang menjelaskan tentang riwayat keluargaku. Seusai mendengarkan papa mengartikan naskah kuno tersebut, aku menjadi paham apa maksud dari semua ini. Ternyata kakek tua itu adalah ayah dari kakek buyutku. Beliau menyebutkan, bahwa naskah itu adalah benda yang sangat berharga bagi keluarga kami dan harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Itulah sebabnya mengapa papa ditempatkan bertugas di desa ini, karena takdir yang membawa kami.

Karya : windy
Sumber : http://cerpen.net/cerpen-horor/akhir-sebuah-pesan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar